![]() |
Haji Agus Pruhuman: adakan di tengah kampung. (Foto: Syafril Elain, TangerangNET.Com) |
NET – Dari sejumlah
yang hadir pada saat Sosialisasi Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota
Tangerang Selatan 2015” di Kantor Kelurahan Setu, Kecamatan Setu, ikut hadir Haji Agus Pruhuman.
Kapasitas Haji Agus Pruhuman pada sosialisasi tersebut adalah sebagai tokoh
masyarakat Kelurahan Bakti Jaya dan berani kritis kepada Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Rabu (4/11/2015).
“Saya berpendapat
sosialiasi yang dilakukan oleh KPU Tangsel sekarang ini sudah tidak zamannya
lagi begini. Kalau mau sosialisasi Pilkada, ya langsung ke warga, ke
masyarakat,” ujar Haji Agus lantang.
Haji Agus menjelaskan
sosialisasi dengan mengundang pihak tertentu untuk datang lantas mendengarkan
pidato, sudah ketinggalan zaman. “Sebaiknya para anggota KPU atau anggota PPK
(Panitia Pemilihan Kecamatan-red) mengadakan sosialiasi di lingkungan perumahan
atau di tempat tinggal warga. Nah, jadi warga merasa lebih dekat dan mau
mendengarkan apa yang akan disampaikan,” tutur Agus menyarankan.
Menurut Agus, meski
lontarannya tersebut bernada kritikan tapi dia tetap mendukung program pesta
demokrasi limata tahun tersebut. “Kalau acara sosialisasi di tengah kampung,
anggota KPU bisa lihat langsung. Misalnya, ada spanduk atau umbul-umbul yang
rusak bisa diganti,” tutur Agus.
Sebab, dari sejumlah
umbul-umbul atau alat peraga kampanye yang sudah rusak tetap terpasang. “Saya
melihat ada spanduk yang berisi gambar pasangan calon t
api kondisinya sudah
tidak bagus tetap terpasang. Ini kan merusak keindahan kota,” tukas Agus.
Agus menyarankan
kepada KPU Tangsel agar mengganti spanduk atau umbul yang berisi gambar
pasangan calon yang sudah rusak agar diganti dan tidak dibiarkan terpasang. “Bahkan,
saya melihat ada warga yang dengan sengaja mencopot spanduk atau umbul bergambar
pasangan calon,” ungkap Agus.
Menanggapi pertanyaan
Haji Agus tersebut, Ketua KPU Kota Tangsel Mohamad Subhan menjelaskan alat peraga
kampanye (APK) baik spanduk, umbul-umbul, dan baligho hanya untuk sekali
dicetak.
“Jadi, kalau ada yang
rusak tidak mudah untuk mencari gantinya. Sementara untuk mencetak ulang, waktunya
tidak cukup. Soalnya, untuk penggunaan anggaran Rp 200 juta ke atas harus
ditender,” jelas Subhan.
Mengenai sosialisasi,
kata Subhan, banyak jenis sosialiasi yang dilaksanakan oleh KPU Tangsel. “Sosialisasi
bukan hanya tatap muka. Ada juga dalam bentuk jalan santai, gerak jalan,
perlombaan, dan naik sepeda santai,” ujar Subhan. (ril)
0 Comments