
Kain berwarna warni yang dililit dan dipaku di ribuan pohon yang berjejer di beberapa ruas jalan raya itu, di antaranya di Jalan Raya KH Hasyim Ashari, Jalan TMP Taruna, dan beberapa ruas jalan protokol lainnya. Dengan pengecatan dan pelilitan kain ini sehingga suasana di Kota Tangerang
tampak seperti daerah pariwisata di Denpasar, Bali.
"Entah apa maunya Pemda Kota Tangerang ini. Kok pohon-pohon itu dililit dengan kain berwarna-warni," ungkap Hendri Zein, Ketua DPC PDIP Kota Tangerang, Banten, Senin (30/3).
Kalau di Bali, kata Hendri, mungkin karena ada nilai sejarahnya, sehingga pohon-pohon yang dikramatkan dililit dengan kain di kota-kota. "Ya, kalau di Tangerang ini apa filosifinya. Kok makin aneh saja," tutur Hendri keheranan.
DIkonfirmasi masalah tersebut, Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Tangerang Ivan Judianto dan Sekretarisnya, Sugiharta Acmad Bagja mengatakan itu atas inisiatif camat untuk meningkatkan keindahan di Kota Tangerang.
Namun demikian, kata Ivan, jika memang kain berwarna-warni yang dililit di pohon itu dipaku, pihaknya akan melakukan evaluasi lebih dalam. "Nanti kita evaluasi, sebaiknya kain jangan dipaku ke pohon. Tapi cukup diikat atau di ujung kain digabungkan dengan menggunakan jarum.
Ditanya apakah ribuan pohon itu diikat dengan kain berwarna warni untuk menyongsong penilaian Adipura, Sekretaris DKP Sugiharta Achmad Bagja membatah, tidak itu hanya bertepatan saja dengan penilaian Adipura.
Yang jelas, tambahnya, kain berwarna-warni dililit di pohon di wilayah Kota Tangerang, untuk meningkatkan keindahan.
Sementara itu beberapa lurah di Kota Tangerang mengeluh karena untuk melilit pohon dengan kain warna-warni tersebut mereka harus mengeluarkan biaya yang cukup besar dari uang pribadi. "Ini mah atas perintah camat dan kami pun harus mengeluarkan uang pribadi buntuk itu," kata salah seorang lurah di wilayah Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang. (man)
0 Comments