![]() |
Erros Djarot saat tampil. (Foto: Istimewa) |
Dengan mengenakan baju batik, dan masih berkumis seperti
dulu, ia dipandu panitia masuk ke ruang transit VIP Hall Dewan Pers.
Di ruang transit sudah duduk sejumlah tamu VIP, antara lain
Mayjen TNI (Purn) Djoko Warsito (Dewan Pembina SMSI), Ervik Ari Susanto (penasihat
SMSI), Al Muktabar (Pj Gubernur Banten)
ditemani Mohammad Nasir (Sekretaris Jenderal SMSI). Kehadiran Erros langsung disambut bagaikan bertemu
kawan lama, tampak akrab.
Malam itu Erros hadir di Hall Dewan Pers atas undangan Ketua
Umum Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) untuk menerima penghargaan sebagai
tokoh Pejuang Kemerdekaan Pers. Penghargaan itu diberikan pada Malam Anugerah
SMSI 2023.
Selain kepada Erros Djarot, penilaian yang sama pada level
ketokohan, SMSI memberikan penghargàan kepada almarhum Prof Azyumardi Azra
(Ketua Dewan Pers) - diwakili putrinya, Emily Sakina Azra—sebagai Pelopor Pers
Merdeka.
“Erros Djarot dan Prof Azyumardi Azra itu pelopor Pers Merdeka,” ujar Wakil Ketua
Umum SMSI Pusat Yono Hartono yang mendapingi Erros Djarot saat berpidato
setelah menerima penghargaan.
Pemberian anugerah kepada Erros didasari penilaian bahwa
Erros Djarot telah mengawal kemerdekaan pers sejak zaman Orde Baru dengan
Tabloid Detiknya yang dibredel dan dilarang terbit semasa Orde Baru saat
Jenderal Soeharto berkuasa. Erros dinilai mendorong demokrasi di Indonesia.
Bagi Erros, putra kelahiran Lebak, Banten 22 Juli 1950, penghargaan
untuknya bukan lah yang pertama. Sebelumnya, sebagai budayawan, penulis lagu,
dan penulis skenario ini, penghargaan yang diterimanya sudah seabrek.
Pada 1976, 1978, dan 1981, ia sudah menerima penghargaan
menjadi penata musik terbaik dan memenangkan penghargaan lewat lagu yang
dinominasikan: Kawin Lari, Badai Pasti Berlalu, Usia 18.
Ketika mendapat penghargaan pejuang kemerdekaan pers dari
SMSI, Erros mengaku merasa terhormat, karena setiap melakukan apapun ia
bersungguh-sungguh.
“Saya setiap melakukan apa pun dengan I do all with
love. Lakukan segala sesuatu dengan
cinta, cinta pada negeri, cinta pada masa depan anak cucu. Jangan pernah takut,
takutlah pada keterbelakangan cara berpikir,” kata Erros.
Semula dia mengaku sedang tidak percaya masih ada orang pers
yang berani saat ini. Dia mengira pers
sudah mati, tidak berdaya, tidak punya nyali.
Erros kaget dan merasa lega karena ternyata masih ada orang
pers yang berpidato galak, seperti
pidato yang disampaikan oleh Ketua Umum SMSI Firdaus.
“Saya jadi lega. Saya merasa senang,” tutur Erros Djarot di
depan para tamu undangan dan pengurus SMSI Pusat dan Provinsi, saat memberi
sambutan setelah menerima penghargaan.
“Saya terhibur ada orang marah-marah. Nah, sudah saatnya
teman-teman yang berada di SMSI percaya diri. Kalian di SMSI sebetulnya kalianlah yang genuine pilar demokrasi masa depan.
Aspirasi rakyat bisa kalian sampaikan secara luas,” ucap Erros.
Erros berharap anggota SMSI bangga sebagai orang pers
walaupun secara materi pas-pasan. “Tapi jika kalian secara mentalitas,
integritas, dedikasi, rasanya kita enggak usah kecil hati, enggak usah
merengek-rengek ke Kemenkominfo,” tutur Erros lagi.
Erros menanggapi pidato Firdaus yang ia katakan “galak”.
Ketua Umum SMSI berani bicara galak pada pihak yang dinilai tidak beres dalam
menjalankan tugas secara adil.
Firdaus melawan draf hak penerbit (publisher right) yang diajukan untuk ditandatangani Presiden RI.
“Dalam draf itu ada rencana jahat untuk melakukan pembredelan media yang baru
tumbuh secara sistematis lewat peraturan presiden. Media yang belum
terverifikasi Dewan Pers tidak boleh mendapat iklan. Ini ulah budak
konglomerasi, ingin menghegemoni bisnis media, dengan cara tidak sehat, tapi minta
dilegitimasi presiden,” ujar Firdaus dalam pidato pembukaannya.
Pada waktu yang sama, SMSI memberi penghargaan kepada
anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) asal daerah pemilihan Jambi Dr. Ir. HAR
Sutan Adil Hendra, MM dan Pj Gubernur Banten Al Muktabar sebagai Sahabat Pers.
Pada puncak acara, Firdaus memberi penghargaan pin emas
Direktur Kemitraan Berita Google untuk
kawasan Asia Pasifik Kate Beddoe karena dinilai telah mengawal kemerdekaan
pers, mendorong demokrasi, dan menyemai keberagaman dengan mendukung
pertumbuhan ekosistem berita digital di Indonesia. (*/pur)
0 Comments