Berita Terkini

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Sketsa Serba-Serbi Sholat Subuh (19): Sulitnya Sholat Subuh Berjemaah Di Hotel

Wina Armada Sukardi. 
(Foto: Ist/koleksi pribadi Wina AS) 


Oleh: Wina Armada Sukardi

 

SEBELUM pandemi Covid-19, hamba hampir setiap minggu ke luar kota (Jakarta). Biasanya, rata-rata seminggu dua kali.

Ada saja urusannya untuk ke luar kota. Untuk pelatihan, ceramah, jadi ahli (di polisi atau pengadilan), menjadi advokat di pengadilan, rapat kerja, seminar, mengajar dan sebagainya. Ruang lingkungan aktivitas hamba yang luas, membuat bidang kegiatan hamba juga beragam.

Misalnya lantaran hamba konseptor untuk pembuatan Standar Kompetensi Wartawan, dan berbagai standar atau pedoman Dewan Pers lainnya, Pendidikan Ahli Dewan Pers, hukum pers, advokat, dosen,  kebudayaan, dan sebagai dan sebagainya , sehingga memungkinkan memberikan materinya dari pelbagai bidang. Makanya hamba kala itu sangat sibuk keliling Indonesia.

Biasanya kalau ke luar kota, hamba oleh panitia diinapkan di hotel. Di tempatkan di hotel jenis apapun juga, hamba tidak pernah mengeluh.

Persoalannya, ternyata, kalau berada di hotel, info tentang mesjid terdekat yang mengadakan sholat subuh, tak ada sama sekali. Hampir di semua hotel yang hamba tempati memang terdapat musolah, tapi ketika disambangi, sama sekali tak ada kegiatan sholat subuh di sana. Informasinya pun tak ada. Juga pada bulan puasa.

Di sebagian besar hotel memang ada tanda arah  kiblat, tapi tak ada informasi apapun soal sholat subuh berjemaah. Jangankan informasi di mana mesjid terdekat yang melaksanakan sholat subuh berjemaah, pukul berapa waktu setempat sholat subuh dilaksanakan pun tak tersedia (beruntung sekarang sudah banyak aplikasi yang menyediakan hal ini).

Bukan hanya di daerah, demikian pula hotel-hotel di Jakarta. Informasi soal itu nihil. Walhasil, orang dari daerah yang menginap di hotel di Jakarta pun, tentu sulit menemukan harus ke mesjid mana untuk sholat subuh berjemaah di Jakarta.

Pernah hamba karena mendengar suara adzan subuh di hotel, hamba langsung mencari-cari dimana mesjidnya. Meski agak jauh kalau berjalan kaki, tapi hamba hampiri juga mesjid itu.

Apa yang terjadi? Ternyata di mesjid itu tak ada sholat subuh berjemaah. Mesjid melompong.

Muhadzin hanya mengumandangkan adzan subuh saja, tapi di mesjud itu sendiri tak ada sholat subuh berjemaah.

Indonesia, konon, terkenal sebagi negara dengan sejuta mesjid. Indonesia juga terkenal sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di atas jagad ini. Tapi jika kita mau sholat subuh berjemaah di luar kota dari hotel, susahnya setengah mati.

Hamba mau sekadar usul, ada baiknya di setiap hotel di Indonesia disediakan data: jam berapa waktu lokal sholat subuhnya. Diberikan pula informasi beberapa mesjid yang terdekat dari hotel yang mengadakan sholat subuh berjemaah. Di informasi itu ditambah dengan keterangan berapa lama waktu tempuh ke sana. Perlu dijelaskan apakah memungkinkan jalan kaki, atawa harus naik kendaraan motor atau mobil. 

Pemberitahuan atau informasi seperti ini cukup ditulis di selembar kertas dan diganti sebulan sekali. Atau, lantaran kiwari sudah zaman digital, pemberitahuaan itu pun cukup melalui text digital atau tayangan video di televisi hotel bersama tayangan keterangan hotel lainnya, seperti letak restoran, kolam renang, dan sebagainya.

Apakah kemudian informasi itu mau digunakan para tamu hotel atau tidak, terserah saja. Itu sudah bukan urusan dan tanggung jawab hotel lagi.

Lebih “cakep” lagi jika di musholah mesjid diadakan sholat subuh berjemaah. Hotel dapat bekerja sama dengan masyarakat setempat, atau Dewan Kemakmuran Mesjid (DKM) lokal, untuk menyediakan imam sholat subuh berjemaah di musholah hotel.

Pada awalnya mungkin tak banyak yang mengikutinya. Tak apa. Dulunya juga di mall demikian. Anggapan awalnya, apa iya pengunjung mall yang rata-rata menengah ke atas, mau kalau pas waktu sholat, sholat di musholah mall. Nyatanya hari ini pada waktu-waktu sholat, musholah mall selalu penuh. Apalagi pada bulan puasa, sampai harus dibuat beberap termin.

Demikian juga di hotel. Mungkin awalnya cuma beberapa orang. Cuma segelintir tamu yang sholat subuh berjemaah. Tidak apa. Lama-lama juga memadai.

Penyediaan informasi ikhwal soal sholat subuh berjemaah oleh hotel bakal membuat hotel-hotel di Indonesia menjadi khas. Para tamu dari seluruh dunia bakalan faham, Indonsia dengan sejuta mesjid dan jumlah umat Islam terbesar di dunia, hotel-hotelnya selalu menyedia informasi mengenai mesjid terdekat yang menyelenggarakan sholat subuh berjemaah, bahkan sebagian hotelnya sendiri menyediakan sarana tersebut.

Itulah Indonesia. Umat non muslim pun pasti maklum dan tidak berkeberatan, sebagaimana umat muslim juga tak keberatan di sebagian besar hotel di Eropa dan Amerika diwajibkan menyediakan injil. Di mana bumi dipijak, kita menghormati adat istiadat, kebiasaan dan agamanya.

Selama ini, akhirnya, kalau ada di hote di luar kota, hamba sering menganggap diri hamba musafir, sehingga terbebas dari kewajiban sholat, termasuk sholat subuh. Kalaupun sholat subuh, ya di kamar hotel aja. Sendirian.

      T a b i k***

 

Bersambung……

 

Penulis adalah wartawan dan advokat senior serta Dewan Pakar Pengurus Pusat Muhammadiyah. Tulisan ini merupakan repotase/opini pribadi.


Post a Comment

0 Comments