Ketua Majelis Dikdasmen PWM Banten Muhammad Badrus bersama peserta pelatihan. (Foto: Istimewa) |
Koordinator Tim Kerja “Pelatihan Pencegahan Intoleransi dan
Anti Perundungan bagi Sekolah Muhammadiyah se-Wilayah Banten” M. Sofyan
mengatakan hal itu pada pelatihan yang dilaksanakan pada Jumat-Sabtu (4-5/11/2022)
di Tangerang.
Sofyan menjelaskan dengan spirit berkemajuan (progresif)
tersebut, tak heran saat ini Muhamamdiyah memiliki amal usaha di bidang
pendidikan yang tersebar dari Sabang sapai Merauke, dengan peserta didik yang
memiliki latar belakang agama, suku, dan budaya yang berbeda. Karena itulah,
Muhamamdiyah dikenal sebagai salah satu pelopor yang melahirkan toleransi
otentik melalui pendidikan yang pluralistis sesuai dengan ideologi Pancasila.
Melihat betapa pentingnya penguatan toleransi dan penguatan
ideologi dalam Gerakan Nasional Revolusi Mental yang digalakan oleh Kementerian
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Majelis
Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pimpinan Wilayah Muhamadiuah (PWM)
Banten.
Menurut Sofyan, pelatihan ini diadakan untuk mecetak
guru-guru Muhammadiyah menjadi duta toleransi yang otentik di dunia pendidikan.
Di sisi lain, Ketua Majelis Dikdasmen PWM Banten Muhammad
Badrus menyatakan apresiasi kepada Kemenko PMK yang telah mendukung kegiatan
pelatihan ini untuk para guru Muhammadiyah Di Banten.
“Ini merupakan
momentum penting untuk mencetak tenaga pendidik di lingkungan Muhammadiyah
Banten sehingga menjadi best practice dalam penguatan toleransi yang otentik di
sekolah,” tutur Badrus.
Salah satu narasumber pelatihan, Gufron Amirullah menilai
pelatihan ini sangat relevan di tengah gempuran berita hoax dan provokatif yang
tidak tersaring di media sosial. “Tenaga pendidik adalah orang yang paling
dekat dengan generasi muda, sehingga dampaknya akan sangat besar,” ungkapnya.
Harapan besar disampaikan oleh Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan
Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK Didik Suhardi yang mendorong
sekolah Muhammadiyah agar menjadi garda terdepan dalam memerangi intoleransi
dan perundungan di sekolah.
“Etos Kerja, Gotong Royong, dan integritas harus dijadikan
fondasi untuk menjadi sekolah unggulan dan menjadi duta toleransi yang otentik
bagi yang lain,” harapnya. (*/rls/mas)
0 Comments