Ketua MPR RI Bambang Soesatyo saat menerima Wakil Ketua Parlemen Ukraina H.E. Mrs Olena Kondratiu dan rombongan. (Foto: Istimewa) |
Bambang mengatakan komitmen Indonesia dalam membantu
memulihkan kehidupan warga Ukraina tersebut, telah diperlihatkan Presiden Joko
Widodo dalam kunjungan kerjanya ke Ukraina pada Juni 2022. Dengan memberikan
bantuan kemanusiaan untuk warga sipil di Ukraina berupa hibah uang tunai
melalui Palang Merah Ukraina sebesar USD 250.000, obat-obatan, dan alat
kesehatan, serta berkomitmen membantu proyek rekonstruksi pasca berakhirnya konflik
militer Rusia - Ukraina.
"Sebagai negara yang menganut prinsip politik luar
negeri Bebas Aktif, Indonesia tidak pernah memihak salah satu pihak yang
bertikai, melainkan selalu berpihak kepada terwujudnya perdamaian dunia,"
ujar Bambang Soesatyo (Bamsoet) usai menerima Wakil Ketua Parlemen Ukraina H.E.
Mrs Olena Kondratiuk, di Ruang Kerja Ketua MPR RI, di Komplek MPR RI, Jakarta,
Rabu (5/10/2022).
Terlebih Ukraina dan Rusia, kata Bamsoet, merupakan dua
negara sahabat yang sama-sama memiliki hubungan bilateral sangat baik bagi
Indonesia. Karena itu, terhadap konflik militer antara Rusia dengan Ukraina,
sebagai sahabat Indonesia selalu menyerukan agar dapat segera dihentikan,
dengan mengutamakan penyelesaian secara damai melalui negosiasi–diplomasi.
Karena konflik militer ini bukan hanya merugikan Ukraina dan Rusia saja,
melainkan juga merugikan warga negara dunia lainnya.
Hadir Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid dan Fadel Muhammad,
Penasehat Diplomatik Wakil Ketua Parlemen Ukraina Ms. Kateryna Shydenko, serta
Anggota Parlemen Ukraina sekaligus Ketua Komisi Kebijakan Luar Negeri dan
Kerjasama Antar-Parlemen Mr. Oleksandr Merezhko, dan Duta Besar Ukraina untuk Indonesia
H.E. Mr. Vasyl Hamianin.
Ketua DPR RI ke-20 itu menjelaskan terhadap hasil referendum
di empat daerah Ukraina. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri
Indonesia telah mengeluarkan empat pokok pandangan. Pertama, setiap negara
harus menghormati kedaulatan dan integritas wilayah negara lain, sesuai prinsip
dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Kedua, Indonesia secara
konsisten menjunjung tinggi dan menghormati prinsip tersebut.
"Ketiga, Prinsip ini juga berlaku terhadap referendum
empat wilayah Ukraina yang dinilai melanggar prinsip Piagam PBB dan hukum
internasional. Keempat, Referendum tersebut justru semakin menyulitkan
penyelesaian konflik melalui perundingan dan mengakibatkan perang semakin
berkepanjangan yang akan merugikan semua pihak," jelas Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar itu menerangkan Indonesia
telah mengambil berbagai langkah diplomasi internasional secara multilateral
dalam membantu penyelesaian konflik militer Rusia - Ukraina. Antara lain
mendukung Resolusi Sidang Majelis Umum PBB 2 Maret 2022, 'Aggression Against
Ukraine', dan mendukung Resolusi Dewan HAM PBB 4 Maret 2022 'Situation of Human
Rights in Ukraine Stemming from the Russian Aggression'.
"Indonesia juga mendukung Resolusi Sidang Majelis Umum
PBB 24 Maret 2022, 'Humanitarian Consequences of the Aggression Against
Ukraine', dan abstain atas Resolusi Sidang Majelis Umum PBB 7 April 2022
terkait penangguhan keanggotaan Rusia di Dewan HAM PBB. Berbagai langkah
tersebut menegaskan sikap Indonesia yang konsisten mendukung penegakan hukum
internasional dan Piagam PBB, khususnya mengenai kedaulatan dan keutuhan
integritas teritorial suatu negara," jelas Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila mengatakan penghentian
konflik militer Rusia - Ukraina bukan hanya akan menyelamatkan anak-anak dan
perempuan yang kini menjadi pengungsi, melainkan juga akan menyelamatkan
perekonomian dunia yang kini dihadapkan pada resesi. Mengingat kedua negara
merupakan pemain penting dalam berbagai kegiatan perekonomian dunia.
Misalnya, Ukraina sebagai lumbung gandum dan minyak bunga
matahari, penghasil sumber daya mineral, industri besi logam, bahan kimia,
mesin, peralatan industri, transportasi, serta produk pertanian dan makanan,
serta sebagai salah satu negara dengan industri IT terkemuka di Eropa Tengah
dan Timur, yang mengedepankan tenaga IT profesional dan perusahaan berbasis
layanan IT.
"Selain menyebabkan krisis ekonomi, konflik militer
Rusia - Ukraina juga telah menyebabkan krisis kemanusiaan. Dari sekitar 44 juta
jiwa populasi penduduk Ukraina, sebanyak 13 juta jiwa telah menjadi pengungsi,
dengan 87 persennya merupakan anak-anak dan perempuan,” ungkap Bamsoet.
Sedangkan data dari Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk
HAM/OHCHR, per 19 September melaporkan jumlah korban sipil mencapai 14.532
orang, dimana 5.916 orang korban jiwa dan 8.616 orang korban terluka. Korban
jiwa terdiri dari 156 anak perempuan, 188 anak laki-laki, serta 35 anak-anak
dan 1.649 orang dewasa. (*/pur)
0 Comments