Tengku Zulkifli Usman (Foto: Ist/koleksi pribadi) |
PENULIS perhatikan banyak opini yang beredar setelah
kejadian yang menimpa Ade Armando.
Ada yang setuju ada yang tidak setuju, dan ada yang pura
pura bijak yang mengatakan bahwa kekerasan terhadap Ade Armando harus dikecam.
Beda pendapat itu hal biasa, tapi mari kita lebih wise dan
lebih filosofis melihat apa yang menimpa Ade Armando,agar kita adil.
Yang harus dipahami dengan baik adalah, bahwa kejahatan yang dilakukan Ade Armando selama
ini di media sosial adalah termasuk kategori kekerasan komunikasi (Violence
Communication).
Kejahatan yang dilakukan Ade Armando di media sosial adalah
pelecehan, penistaan, penghinaan, dan beberapa kekerasan komunikasi tingkat
berbahaya lainnya.
Ade Armando pada dasarnya sedang tidak menyampaikan sebuah
pikiran atau gagasan, tapi dia sedang melakukan kekerasan komunikasi dan
pelanggaran hukum berat di ranah Undang Undang Informasi Transaksi Elektronik (UU
ITE) yang sangat serius.
Itu jika kita melihat dari sisi komunikasi ya, tapi jika
kita mau melihat dari sisi politik, Ade Armando adalah "man by
message". Orang dengan perilaku yang diorder. Alias buzzer bayaran.
Sudah rahasia umum, bahwa Indonesia adalah salah satu negara
yang menggunakan jasa buzzer untuk membela Pemerintah, untuk mengaburkan opini
dan untuk mengaburkan sebuah isu.
Kerjaan buzzer adalah memanipulasi data dengan menggunakan
narasi narasi yang menyesatkan untuk mengaburkan sebuah kebenaran. Itulah
pekerjaan Ade Armando selama ini.
Kerjaan buzzer adalah untuk memanipulasi data dan menggiring
opini agar sebuah opini menjadi buyar dan bias dari substansi sebenarnya.
Kejahatan yang dilakukan oleh buzzer sejatinya adalah
kejahatan demokrasi yang super besar. Itulah mengapa pekerjaan Ade Armando
adalah sebuah kekerasan yang super besar.
Mungkin ada orang yang pura pura bijak yang ingin mengatakan
bahwa Ade Armando tidak layak dihadapi dengan kekerasan. Karena sebuah pikiran
harus dilawan dengan pikiran.
Dalam konteks Ade Armando, dia sedang tidak menyampaikan
sebuah pikiran, tapi sedang melakukan penghinaan, penistaan, kekerasan verbal dan
seterusnya. Jadi hal beginian tidak layak dikatakan sedang menyampaikan sebuah
pikiran.
Ade Armando sedang tidak dalam posisi menyampaikan sebuah
pikiran, sekali lagi dia sedang melakukan kekerasan komunikasi yang berbahaya,
yang semua sikap itu juga tidak layak disuruh dilawan dengan sebuah pikiran
yang sehat. Itu sangat tidak nyambung.
Lalu jika kita melihat dari kacamata hukum, Ade Armando juga
dikenal dengan sosok yang kebal hukum. Pihak berwenang tidak pernah serius
mengusut Ade Armando bahkan cenderung lebih terkesan melindungi Ade Armando
dengan semua kekerasan komunikasi yang dia lakukan.
Sebagai pengamat politik, penulis hafal benar betapa banyak
Ade Armando lain di berbagai negara. Karena pada era digital ini, banyak negara
yang menggunakan jasa buzzer termasuk Indonesia.
Mengatakan bahwa kekerasan terhadap Ade Armando tidak layak
adalah analisa dangkal dan di luar konteks. Penulis justru berpendapat bahwa
Ade Armando sangat layak menerima semua ini dengan semua kekebalan hukum yang
dia terima selama ini.
Penulis termasuk yang tidak mendukung kekerasan dalam
konteks an sich bahwa itu sebuah kekerasan. Tapi jika kasus seperti Ade Armando
dan kawan kawannya yang terus menerus melakukan kekerasan komunikasi di media
sosial, maka sudah sepantasnya dia dihukum seperti itu.
Para penjahat demokrasi yang semua kejahatan komunikasi
mereka di media sosial terus dilindungi oleh penegak hukum, dan di anak emaskan
oleh Pemerintah. Maka jangan pernah salahkan rakyat yang selalu polos dan jujur
dalam menuntut sebuah keadilan.
Penulis tidak akan pernah menyalahkan siapapun yang
melakukan kekerasan fisik terhadap buzzer buzzer yang terus melakukan kekerasan
komunikasi, yang justru punya efek lebih parah dan luas ketimbang sebuah
kekerasan fisik itu sendiri.
Penulis tidak akan pura pura bijak lalu beretorika di luar
konteks yang tidak nyambung hanya untuk membela para pelaku kejahatan dan
kekerasan komunikasi yang masif di media sosial, yang berefek pada pembelahan
bangsa.
Jikapun ke depannya akan ada lagi Ade Armando lain yang
mengalami perlakuan yang sama oleh rakyat, karena rakyat tidak pernah mendapat
keadilan hukum atas para pelaku kejahatan demokrasi dan kekerasan komunikasi
mereka.
Maka, penulis orang terdepan yang akan terus memaklumi dan
akan terus membela rakyat, bukan membela
penjahat penjahat intelektual berbayar diatas yang terus menerus memecah belah
bangsa ini. (***)
Penulis adalah Pengamat Politik.
0 Comments