Berita Terkini

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pemborong Gorong-gorong Besar Sebelah Di Bona, Kabur Tinggal Pekerjaan

Tumpukan tanah berbatuan di Jalan Bona Raya 
dan Jalan Bonar Barat VII belum diangkut. 
(Foto: Syafril Elain/TangerangNet.Com)  


NET – Dua pekan terakhir tidak terlihat lagi para pekerja pembangunan gorong-gorong besar sebelah di Jalan Bona Raya, Kelurahan Cikokol, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang. Akibatnya, lumpur dan tanah serta batuan yang menumpuk di pinggir jalan mengganggu arus lalu lintas.

“Ini bukan hanya mengganggu lalu lintas. Lumpur dan tanah yang dibongkar dari got ditumpuk di pinggir jalan tersebut bisa masuk ke dalam got,” ujar Ketua RT 04 RW 07, Kelurahan Cikokol Haji Eri Wibowo kepada wartawan, Kamis (11/11/2021).

Hari Eri Wibowo menyebutkan ada gelagat pemborong tidak bertanggung atas pekerjaan sehingga para pekerja pergi begitu saja meninggalkan tanggung jawab. “Saya sebagai Ketua RT di wilayah ini, banyak mendapat pertanyaan wari warga, ke mana para pekerja gorong-gorong sudah dua minggu tidak tampak hidungnya,” tutur Haji Eri yang juga dosen di perguruan tinggi swasta itu.

Selayaknya, kata Eri, pemborong bertanggung jawab atas pekerjaan yang sudah diterima dari Pemerintah Kota Tangerang dalam hal ini melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penata Ruang (PUPR). Proses untuk mendapat proyek pekerjaan gorong-gorong sudah dilewalati dan ada pula penandatangan Fakta Integritas.

“Kalau pekerjaan belum selesai terus ditinggal, ke mana integritas pemborong itu,” ucap Ketua RT 04 tersebut.

Sebagaimana pada papan proyek yang dipampangkan di situ, pekerjaan gorong-gorong dilaksanakan oleh CV Shabilla Mulya Utama (SMU) dengan nilai proyek Rp 389, 87 juta lebih. Lama pekerjaan disebutkan selama 120 hari.

Ketika hal tersebut dikonfirmasi kepada Ketua RW 07 Kelurahan Cikokol Haji Yenno Munir yang selama ini betindak sebagai pengawas proyek gorong-gorong dari unsur warga, mengaku memang menegur pemborong. Pada dua minggg lalu Yenno menegur pemborong dan para pekerja di lapangan.

“Teguran saya begini, pada saat dilakukan penggalian tanah dan lumpur serta bebatuan got, setelah ditumpuk di pinggir jalan, jangan terlalu lama ditumpuk,” ungkap Haji Yenno.

Menurut Yenno, bila terlalu lama ditumpuk mengganggu aktifitas warga. Selain itu, sekarang ini musim hujan, akibat tumpukan puing got itu menimbulkan jalan jadi becek dan lumpur bisa masuk lagi ke got.

“Mereka bekerja harus sinkron antara tukang gali got dengan pengangkut lumpur, tanah, dan puing sehingga tidak terjadi penumpukan. Ini kan terlama bertumpuk sehingga berhari-hari dan warga pun sulit beraktifitas, terganggu. Akhirnya, saya yang diprotes oleh warga,” ungkap Ketua RW 07.

Itulah disampaikan kepad pemborong dan pekerja. “Kalau tanah, lumpur, dan puing tidak  cepat diangkut, jangan dulu dilakukan penggalian. Saya tegur begitu. Ehhhh…mereka justru pergi tanpa kerja sama sekali. Tumpukan lumpur, tanah, dan puing dibiarkan begitu saja,” ucap Haji Yenno sembari mengangkut bahu.

Namun, kata Yenno, pada malam ini (Kamis, 11/11/2021) datang ke rumah. “Mereka datang ke rumah saya dan mengaku mulai besok (Jumat, 12/11/2021) bekerja lagi. Kita lihat saja, apakah benar ucapan itu,” ujar Yenno. (ril)

 

  

 

 

 

 

Post a Comment

0 Comments