Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. (Foto: Istiewa) |
Komitmen itu ditunjukan Kapolri dengan mencopot tujuh
pejabat kepolisian di beberapa wilayah jajarannya.
Yakni; Kombes Pol Franciscus X. Tarigan, Dirpolairud Polda
Sulbar ke Pamen Yanma Polri (dalam rangka evaluasi jabatan). AKBP Deni Kurniawan,
Kapolres Labuhan Batu Polda Sumut ke Pamen Yanma Polri (dalam rangka evaluasi
jabatan). AKBP Dedi Nur Andriansyah,
Kapolres Pasaman Polda Sumbar ke Pamen Yanma Polri (dalam rangka evaluasi
jabatan).
Selanjutnya AKBP Agus Sugiyarso, Kapolres Tebing Tinggi Polda
Sumut ke Pamen Yanma Polri (dalam rangka evaluasi jabatan). AKBP Jimmy Tana,
Kapolres Nganjuk Polda Jatim ke Pamen Yanma Polri (dalam rangka evaluasi
jabatan). AKBP Saiful Anwar, Kapolres Nunukan Polda Kaltara ke Pamen Yanma Polri (dalam rangka evaluasi
jabatan). AKBP Irwan Sunuddin, Kapolres Luwu Utara Polda Sulsel ke Pamen Yanma
Polri (dalam rangka evaluasi jabatan).
Pencopotan satu Kombes tersebut tertuang dalam surat
telegram nomor ST/2279/X/KEP./2021 per tanggal 31 Oktober 2021. Sedangkan, enam
AKBP dicopot dalam telegram nomor ST/2280/X/KEP./2021 tanggal 31 Oktober 2021.
Kedua telegram itu ditandatangani oleh AS SDM Polri Irjen Wahyu Widada atas
nama Kapolri.
"Ya, ini tentunya sebagaimana komitmen dan pernyataan Pak
Kapolri. Soal 'ikan busuk mulai dari kepala', kalau pimpinannya bermasalah maka
bawahannya akan bermasalah juga serta semangat dari konsep Presisi. Komitmen ini jelas untuk melakukan perubahan
dan perbaikan untuk menuju Polri yang jauh lebih baik lagi," ujar Kadiv
Humas Polri Irjen Argo Yuwono dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Senin
(1/11/2021).
Dengan adanya keputusan tersebut, Argo menjelaskan seluruh
personel Polri harus mampu memiliki jiwa kepemimpinan yang mengayomi dan
melayani masyarakat dan anggota dengan sangat baik serta menjadi prioritas.
Bukan hanya itu, Argo berharap dengan adanya komitmen tersebut,
bisa menjadi efek jera bagi siapapun personel Kepolisian yang melanggar aturan.
"Jadilah pemimpin yang teladan, bijaksana, memahami,
mau mendengar, tidak mudah emosi, dan saling menghormati. Dengan begitu, Polri
ke depannya akan semakin mendapatkan kepercayaan di masyarakat," ujar
Argo.
Sebelumnya, terkait kepemimpinan, Kapolri Jenderal Sigit
mengutip peribahasa, 'Ikan Busuk Mulai dari Kepala'. Atau dengan kata lain,
segala permasalahan internal di kepolisian, dapat terjadi karena pimpinannya
bermasalah atau tidak mampu menjadi teladan bagi jajarannya.
"Ada pepatah, ikan busuk mulai dari kepala, kalau
pimpinannya bermasalah maka bawahannya akan bermasalah juga. Pimpinan harus
jadi teladan, sehingga bawahannya akan meneladani. Karena kita tidak mungkin
diikuti kalau kita tidak memulai yang baik, kita tidak mungkin menegur kalau
tidak jadi teladan, harus mulai dari pemimpin atau diri sendiri. Ini yang saya
harapkan rekan-rekan mampu memahami. Hal yang dijalankan penuh keikhlasan akan
menjadi buah keikhlasan. Tolong ini diimplementasikan bukan hanya teori dan
pepatah," papar Sigit.
Sebagai Kapolri, Sigit memastikan dirinya beserta pejabat
utama Mabes Polri memiliki komitmen untuk memberikan reward bagi personel yang
menjalankan tugasnya dengan baik dan bekerja keras untuk melayani serta mengayomi
masyarakat.
"Saya dan seluruh pejabat utama memiliki komitmen
kepada anggota yang sudah bekerja keras di lapangan, kerja bagus, capek,
meninggalkan anak-istri. Akan selalu komitmen berikan reward, kalau saya lupa
tolong diingatkan," ucap Sigit mantan Kapolda Banten itu.
Namun sebaliknya, Sigit mengatakan sanksi tegas akan
diberikan kepada seluruh personel yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik,
atau melanggar aturan yang ada.
Bahkan, Sigit tak ragu untuk menindak tegas pimpinannya
apabila tidak mampu menjadi tauladan bagi jajarannya, apabila kedepannya masih
melanggar aturan. Semua itu dilakukan untuk kebaikan Korps Bhayangkara
kedepannya.
"Namun terhadap anggota yang melakukan kesalahan dan
berdampak kepada organisasi maka jangan ragu melakukan tindakan. Kalau tak
mampu membersihkan ekor maka kepalanya akan saya potong. Ini semua untuk
kebaikan organisasi yang susah payah berjuang. Menjadi teladan, pelayan dan
pahami setiap masalah dan suara masyarakat agar kita bisa ambil kebijakan yang
sesuai," ujar Sigit. (*/pur)
0 Comments