Waka Polda Banten Brigjen Ery Nursatari bersama perserta festival mural. (Foto: Istimewa) |
Angrek menjelaskan kepada tamu dan undangan tentang mural yang digambarkannya yaitu tentang pandemik Covid-19, virus lemas usai disuntik vaksin. Kemudian sekelompok masyarakat berlari dari tahun 2021 ke tahun 2022 yang sudah bebas dari Corona.
"Kita sebentar lagi pingin berjalan ke 2022, ini
ceritanya pada masanya menerima vaksin, di situ ada Covidnya divaksin terus
teler, berjalan ke 2022. Harapan saya, kita bebas dari Covid-19, enggak mikirin
Covid-19, kita bebas aja gitu," kata Angrek Gunawan, ditemani ibunya di
lokasi lomba Polda Banten, Kota Serang, Sabtu (30/10/2021).
Anggrek menjelaskan karya yang dibuat, menggambarkan tentang
kehidupan tahun 2021, karyanya ada 4
orang, satu orang laki-laki dan 3 orang perempuan.
Tiga perempuan bergandeng tangan sambil berlari berada di
tahun 2020-2021, pada tahun 2021 Anggrek menggambarkan sebuah virus corona
bertuliskan Covid. Sementara seorang laki-laki nampak bahagia sambil membawa
bendera merah putih pada tahun 2022.
"Pesan yang ingin saya sampaikan yaitu bahwa tahun 202
Indonesia bebas dari pandemik Covid-19," ujarnya.
Selain itu, Anggrek juga menggambarkan sebuah jarum suntik
bertuliskan vaksin. Dalam gambar itu, ingin disampaikan pesan kepada masyarakat
agar tidak takut untuk divaksin.
Ia mengajak pada masa pandemic Covid-19 ini mari ikuti
aturan pemerintah dengan mentaati protokol kesehatan sehingga pandemik Covid-19
berakhir.
Sementara itu, Wakapolda Banten BJP Ery Nursatari mengatakan mural memiliki
sejarah panjang di Indonesia. Salah satunya sebagai sarana menyampaikan kritik,
suara sosial dan perjuangan para pahlawan pada zaman perang kemerdekaan dahulu.
Masyarakat menyuarakan aspirasi dan kritiknya melalui sebuah
gambar atau tulisan di dinding. Salah satu manfaatnya yaitu untuk menggelorakan
semangat perjuangan kemerdekaan.
"Pada saat zaman perjuangan kemerdekaan untuk melawan
penjajah. Kita tidak mampu melawan dengan senjata, melalui mural disampaikan
pesan-pesan semangat perjuangan dan kritik kepada penjajah," tutur Wakapolda Banten
Wakapolda Banten menjelaskan ada 29 peserta yang mendaftarkan
diri dalam lomba mural. Mereka kemudian membuat sketsa gambar disebuah kanvas.
Gambar itu kemudian diseleksi oleh juri dari penggiat seni
dan diklasifikasikan serta hasilnya, ada satu yang diberangkatkan ke Mabes
Polri dan 15 peserta lainnya menggoreskan cat di tembok Polda Banten.
"Ini merupakan salah satu tugas kita. Kami juga Polisi
yang punya seni, ingin berteman dengan para seniman. Jangan sampai ada
kegaduhan dalam menyampaikan aspirasi melalui seni mural. Semoga, kita bisa
bekerjasama, dan bisa membantu di dalam kondisi Covid-19 ekonomi yang kurang
baik dengan mengekspresikan melalui lukisan tembok atau mural," ujarnya.
Selanjutnya Wakapolda Banten memberikan apresiasi berupa
uang pembinaan dan piagam penghargaan kepada para pemenang. (*/pur)
0 Comments