Suami-istri Gantina dan Reni Jaya. (Foto: Bambang TR/TangerangNet.Com) |
Hal itu disampaiakan Gantina dan Reni Jaya kepada sejumlah
awak media saat murung di sudut warung kopi dekat Kantor Cabang Dinas (KCD) SMA
perwakilan Banten di Kota Tangsel di kawasan Perumahan Villa Melati Mas,
Kelurahan Pondok Jagung, Kecamatan Serpong Utara, pada Rabu (1/9/2021).
Reni bersama Gantina bercerita seraya menunjukkan beberapa
lembaran dokumen yang dibawanya. Keduanya seolah pasrah, lantaran tidak kunjung
ada kepastian soal pembuatan Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Program Indonesia
Pintar (PIP) bagi putranya MF, 16, yang bersekolah di SMAN 6.
"Kita capek Pak, sudah ngurus ke sana-sini tetap sampai
sekarang belum dapat kepastiannya itu seperti apa pembuatan kartu KIP dan PIP
untuk anak kami," ujar Gantina.
Reni menjelaskan kesulitan apa yang dirasakannya membuat
kartu KIP dan PIP untuk kebutuhan anaknya tersebut. Ibu dari 3 anak itu
mengatakan sejak awal anaknya MF masuk sekolah di SMAN 6 pada 2020 lalu, telah
dicoba mengurus pembuatan kartu KIP dan PIP. Bahkan salah satu guru di SMAN 6
pun ikut menawarkan bantuan dalam pendataan.
"Waktu itu ada guru yang bilang kepada saya, katanya
mau bantu. Ya sudah saya serahin data dan persyaratannya. Cuman habis itu,
belum ada hasilnya sampai sekarang. Saya sudah hubungi guru tersebut dan
menanyakan prosesnya sudah sampai mana, tapi katanya belum ada nama anak saya
dalam daftar," tuturnya.
Karena tidak ada kabar kepastian, Reni dan suami memutuskan
untuk mengurus langsung pembuatan kartu KIP dan PIP tersebut. Dan setelah
berkordinasi dengan guru sekolah sebelumnya, dia mulai menempuh segala prosedur
yang harus dilaluinya.
"Karena udah lama, dari anak saya pertama masuk kelas 1
sampai sekarang sudah kelas 2. Ya sudah akhirnya saya minta surat keterangan
dari sekolah. Setelah itu, saya jalan ngurus sendiri, sudah ke Dinas Sosial
juga. Kemarin Selasa, saya sudah ke KCD, tapi dibilang sama pegawainya mereka
tidak melayani pembuatan KIP dan PIP," bebernya.
Tak puas mendapat jawaban itu, Reni dan suami kembali
mendatangi KCD hari ini. Lagi-lagi hasilnya sama, pegawai yang ditemui
menjelaskan mereka tidak berwenang memproses pembuatan kartu KIP dan PIP
langsung.
"Tadi ke situ lagi (KCD), dan jawabannya ya sama. Jadi
pegawainya bilang, registrasinya harus melalui operator sekolah, nanti dari
sekolah yang kirim datanya ke kita. Jadi disuruh balik lagi ke sekolah,"
katanya.
Gantina dan Reni merupakan keluarga kecil yang kondisi
ekonominya tak sebaik wali murid kebanyakan di SMAN 6. Penghasilan Gantina
sebagai juru parkir, tidak bisa menopang berbagai kebutuhan sehari-hari,
apalagi untuk keperluan lain di luar itu.
"Dulu narik angkot, tapi karena sepi, tidak ketutup
setorannya akhirnya sekarang jadi tukang parkir," tutur dia.
Meski berasal dari keluarga tak mampu, Reni dan Gantina
merasa bangga karena putra mereka bisa mengenyam pendidikan di SMAN 6 melalui
jalur afirmasi. Untuk itulah, keduanya berharap banyak dari kartu KIP dan PIP
agar meringankan beban biaya kebutuhan sekolah anaknya.
"Dari sekolah kan disuruh beli juga buat buku paket
pendamping, dulu kami beli Rp 900 ribuan. Kalau kemarin ini kita disuruh beli
buku harganya Rp 510 ribu, belinya di koperasi sekolah. Kita bingung uangnya
belum ada. Kalau udah ada itu kartu KIP-PIP kan agak ringan jadinya," tutursnya.
Sementara itu, Humas SMAN 6 Kota Tangsel Arie Yunitarie
memastikan pihaknya akan membantu segala proses pembuatan kartu KIP ataupun PIP
bagi siswanya yang tidak mampu.
"Nanti, kita cek dulu ya Pak. Pasti sekolah ada alasan.
Kita tidak pernah tidak bantu, apalagi untuk masalah KIP dan PIP dan segala
macamnya, kita pasti bantu. Kita upayakan, apalagi tidak mampu," ucap Arie
Yunitarie.
Arie menjelaskan pada tahun lalu data siswa yang ingin
membuat kartu KIP dan PIP telah diajukan. Namun dari jumlah itu tidak
seluruhnya bisa disetujui. "Memang biasanya tidak di ACC seratus persen,
selalu berbeda setiap tahunnya. Untuk PIP tahun ini memamg belum bisa diajukan,
karena data belum lengkap," terangnya.
Arie pun meminta agar orang tua siswa mendatangi sekolah
esok hari guna pengurusan KIP dan PIP. "Nanti kalau misalnya anak ini mau
mengkomunikasikan lagi, coba biar datang ke sekolah. Kalau di sekolah bisa
menemui BK, bisa menemui kesiswaan, nanti kami fasilitasi," pungkasnya. (btl)
0 Comments