![]() |
Rekno Riyanto. (Foto: Ist/koleksi pribadi) |
ADA atmosfer yang hilang dalam perayaan hari besar umat
Islam Idul Adha 1442 H ini. Di tengah teror global Covid-19 dan Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat berdasarkan Instruksi Menteri
Dalam Negeri RI Nomor 15 Tahun 2021 tentang PPKM Darurat Corona Virus
Disease 2021 Di Wilayah Jawa dan Bali, umat Islam di Indonesia merayakan
ritualitas Idul Adha dalam suasana berbeda; tidak bisa mudik, pelaksanaan
ibadah sholat Idul Adha dibatasi, dan tidak bisa menunaikan haji ke tanah suci.
Suasana Idul Adha yang berbeda ini merupakan dampak dari pandemi Covid-19 yang
sudah berjalan mendekati 2 tahun lebih.
Qurban dalam terminologi Islam jika diadaptasikan ke dalam
bahasa Indonesia, artinya dekat atau mendekatkan. Akar kata Qurban berasal dari
bahasa Arab yakni, Qariba. Qurban dalam ajaran Islam disebut juga
dengan al-udhhiyyah dan adh-dhahiyyah, yang memiliki arti hewan
sembelihan (unta, sapi, kerbau, dan kambing) yang disembelih pada hari Idul
Adha dan hari-hari tasyriq sebagai bentuk taqaarrub, mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Menurut kamus etimologi, Qurban memiliki arti harta
abadi. Artinya ritualitas berqurban akan menjadi tabungan investasi yang dapat
menolong umat Islam di akhirat nanti.
Dari perspektif sosial, Idul Adha merupakan momentum untuk
berbagi, dalam hal ini Qurban bermakna horizontal, merawat relasi antar manusia
dalam diskursus kemanusiaan, mendekatkan diri kepada Allah dengan merawat
kepedulian sosial dan meningkatkan empati dalam dimensi kemanusiaan. Di situ
ada semacam proses menebar kebahagiaan kepada sesama, terutama terhadap kaum
dhuafa, sebuah proses memanusiawikan manusia.
Esensi Qurban di tengah pandemi Covid-19 adalah membangun
jembatan tauhid sosial untuk lebih dekat lagi bukan saja kepada Tuhan Yang Maha
Pengasih, tetapi meningkatkan perhatian kepada kaum fakir miskin yang hidupnya
semakin sulit dan penuh tekanan akibat merebaknya corona virus. Merayakan Idul
Adha di tengah pandemi bukan semata melaksanakan ibadah harfiah yang
berlangsung secara kontinyu pada setiap tahunnya, melainkan merenungi kemanusiaan
di ruang keilahiaan.
Pada perayaan Idul Adha 1441 H ini, Paguyuban Graha Raya
(PGR) Bintaro, Tangerang Selatan memotong hewan Qurban pada hari tasyriq,
Kamis tanggal 22 Juli 2021 berupa 1 ekor sapi dan 1 ekor kambing, berlokasi di
Pakuhaji Permai yang dihadiri oleh Ketua Umum PGR, Wakil Ketua, Para Ketua PGR
serta Dewan Pengurus PGR dan Ketua RW lainnya. Hasil pemotongan hewan Qurban
tersebut didistribusikan untuk kaum dhuafa di wilayah perkampungan sekitar
Graha Raya, Bintaro, Kota Tangerang Selatan.
Semoga Idul Adha di tengah pandemi Covid-19 tidak menggerus
kekhusyukan umat Islam dalam melaksanakan ibadah Qurban sekalipun PPKM Darurat
masih diberlakukan. Mari, kita rapatkan shaf dalam satu barisan empati
kemanusiaan, berkontribusi untuk persoalan-persoalan sosial, sekalipun pandemi
membuat kehidupan kita dalam tekanan, tetapi nyala api kepeduliaan untuk
berbagi kepada sesama yang hidupnya tersingkir dari gemerlap zaman harus terus
dikobarkan. (***)
Penulis adalah Ketua Paguyuban Graha Raya.
0 Comments