HM Robert Usman. (Foto: Istimewa) |
Situasi tersebut dinilai sangat mengkhawatirkan nasib bangsa
Indonesia ke depan, terlebih Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) dikritik
belum memiliki rumusan tentang solusi terhadap imbas pelaku usaha kecil untuk
tetap bertahan di tengah pandemi.
Meski Presiden Republik Indonesia Joko Widodo telah mengimbau
untuk mengedepankan nasib pedagang kecil ketimbang pengusaha besar. Hal
tersebut nampaknya tidak membuahkan hasil yang maksimal tentang kebijakan yang
diberlakukan di Tangsel.
Junaidi Rusli, mantan ketua Persatuan Wartawan Indonesia
Tangsel yang juga pendiri dan Ketua Umum Masyarakat Anti Monopoli Persaingan
Usaha sehat (MAMPU) menilai masih adanya ketimpangan sosial yang terjadi di
wilayah Kota Tangerang Selatan atas imbas kebijakan yang terjadi terhadap
pelaku usaha kecil.
Dikatakannya, imbas penutupan tempat pelaku usaha kecil
memberikan dampak yang serius bagi keberlangsungan hidup pelaku usaha kecil
tersebut.
"Saya melihat, upaya penutupan di tempat pelaku usaha
kecil di tengah pandemi ini merupakan upaya pelumpuhan ekonomi pengusaha kecil.
Sementara, pasar, mall dibiarkan buka hingga pukul 22.00 WIB, bioskop, kemudian
tempat karaoke ada yang buka sampai jam 03.00 pagi. Kok seperti ini sih,"
ujar Junaidi, Minggu (20/6/2021).
Menurutnya, pemerintah pusat, provinsi dan khususnya Kota
Tangsel harus menyiapkan solusi seimbang, dan terbaik atas imbas kebijakan yang
di jalankan.
"Dalam hal ini pemerintah Kota harus memiliki solusi
atas kebijakannya menutup lokasi tempat berdagang pelaku usaha kecil. Kegiatan
usaha di tempat seperti di taman kota ini jauh lebih kecil angka penularannya
ketimbang di ruangan tertutup seperti mall, bioskop dan tempat karaoke,"
ujar Junaidi kepada wartawan, Minggu (20/6/2021).
Junaidi merasa prihatin atas lonjakan angka penderita Covid-19
di wilayah Kota Tangerang Selatan, namun di sisi lain pemerintah kota dituntut
untuk memberikan solusi yang baik.
“Iya, saya prihatin atas lonjakan penderita Covid-19 di Kota
Tangsel. Tapi ayo dong siapkan solusi yang baik di Kota Tangsel. Padahal,
pasar, mall, bioskop, karaoke serta tempat hiburan malam itu tempatnya ruang
interaksi publik, dan saya lihat kerumunan pasti terjadi disana, lalu bagaimana
solusinya," sindirnya
Berbeda dengan Junaidi, H. Robert Usman, kader partai Golkar
yang digadang-gadang menjadi pengganti sosok almarhum H. Sukarya sebagai
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menilai, wilayah Tangsel ini
merupakan penyangga ibukota DKI Jakarta, dan hal tersebut merupakan konsekwensi
terpaparnya covid atas wilayah yang berdekatan.
"Sebaiknya kita ikuti saja anjuran dari pemerintah.
Tetapi, kita memiliki tanggung jawab yang sama untuk memerangi dan lepas dari
Covid-19. Saya sangat memahami, Dinas Kesehatan cukup dibuat repot. Seperti
kejar-kejaran dengan barang yang tidak kelihatan oleh mata. Intinya, selama
masyarakatnya tidak kompak, maka virus tersebut tidak akan pernah pergi dari
Tangsel," ujar Robert beberapa waktu lalu di kediamannya.
Ia menyebutkan masyarakat Kota Tangsel itu merupakan orang
yang cerdas, modern dan juga religius. Dikatakannya, pemerintah daerah harus
mematuhi kebijakan pemerintah di atasnya.
"Pemda itu harus mematuhi pemerintah di atasnya. Di
satu sisi ekonomi memang harus berjalan. Kita harus memprioritaskan kesehatan
ketimbang ekonomi dong. Jadi jangan sampai ekonomi kita kejar namun kita
terpapar," bebernya
Ia mencontohkan gebrakan Gubernur Banten yakni Wahidin Halim
dinilai tegas dalam menutup seluruh tempat wisata, karena di tempat tersebut
sangat berpotensi terpaparnya masyarakat oleh virus Covid- 19.
"Gubernur sudah menutup semua tempat wisata, karena di sanalah
berpotensi penyebaran covid tersebut. Di setiap kerumunan baiknya kita hindari.
Kesadaran sumber daya manusia inilah kuncinya. Jika tempat yang di tuju
berpotensi akan kerumunan, lebih baik di hindari sajalah. Semua harus Cooling
down, jangan merasa di rugikan dulu deh. Virus ini nyata. Silahkan kunjungi
tempat pemakaman di Jombang. Barulah kita sadar," tandasnya (*/rls)
0 Comments