![]() |
Dua pengendara moge sebagai tersangka pengeroyok dua anggota TNI, dijebloskan ke dalam ruangan teralis besi. (Foto: Istimewa) |
NET - Letnan Jenderal
(Purn) Djamari Chaniago harus mencabut pernyataannya, yang menganggap kasus
pengeroyokan yang dilakukan anggota motor gede (moge) yang dipimpinnya terhadap
dua prajurit TNI sebagai masalah kecil.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Presidium Ind Police Watch
(IPW) Neta S. Pane dalam Siaran Pers IPW yang diterima Redaksi
TangerangNet.com, Minggu (1/11/2020).
Ind Police Watch (IPW) menilai pernyataan Djamhari itu
sangat tidak mendidik dan sangat mengedepankan sikap arogansi dari seorang
pensiunan militer. “Seharusnya sebagai pimpinan kelompok moge itu, Djamhari
meminta maaf kepada masyarakat, karena anggota rombongannya sudah berbuat
semena mena, tidak hanya kepada masyarakat umum di jalanan, tapi juga kepada
anggota TNI yang dikeroyok,” tutur Neta.
Pernyataan Neta sekaitan dengan pengeroyokan dua anggota TNI
oleh rombongan pengendara motor gede (moge) dari klub Harley Owners Group (HOG)
di Bukittinggi, Sumatera Barat, Jumat (30/10/2020) lalu.
Letnan Jenderal (Purn) Djamari Chaniago adalah ketua
rombongan dari para pengendara moge yang rencananya akan melakukan tur ke titik
nol di Sabang, Aceh, itu. Tur tersebut dibalut tema "Long Way Up Sumatera
Island".
Sikap Djamhari yang arogan itu tidak pantas ditiru dan akan
membuat dirinya dicibir oleh masyarakat luas, yang pada akhirnya akan merugikan
dirinya sebagai pensiunan yang seharusnya dihormati public, kata Neta.
Untuk itu, IPW berharap, Djamhari sebagai purnawirawan mau
berjiwa besar mencabut ucapannya dan meminta maaf kepada masyarakat luas,
khususnya kepada kedua prajurit TNI yang sedang terbaring di rumah sakit akibat
dikeroyok anggota masyarakat sipil pengguna moge tersebut.
Seharusnya, kata Neta, Djamhari bisa berkomentar lebih
santun dan kebapakan dalam melihat kasus ini. Belajar dari kasus ini, sudah
saatnya para petinggi yang menjadi pimpinan motor gede mengingatkan para
anggotanya agar tidak bersikap arogan di jalanan dan tidak bersikap ugal-ugalan
atau tidak menjadi raja jalanan seperti
geng motor yang banyak dikeluhkan masyarakat.
“Jika pengendara moge bersikap ugal-ugalan seperti geng
motor bukan mustahil masyarakat akan memberi perlawanan pada mereka dan
pengendara moge akan menjadi musuh masyarakat di jalanan,” ujar Neta.
Neta mengatakan para purnawirawa yang menjadi pimpinan moge
jangan mau menjadi bamper dan backing atas keugal-ugalan anggotanya. Jika
tidak, mereka akan dicibir dan tidak dihargai publik. IPW mendesak Polda Sumbar
memproses kasus ini dengan Promoter.
“Selain dikenakan pasal telah melakukan penganiayaan,
pengendara moge itu harus dikenakan pasal berlapis, yakni melawan aparatur
negara. Dan sebaiknya kasus ini diselesaikan di pengadilan agar ada efek
pembelajaran agar pengendara moge tidak bersikap seenaknya ugal-ugalan dan
pimpinannya tidak arogan atau menganggap sepele persoalan yang ada, yang sudah
membuat masyarakat terluka,” tutur Neta. (*/pur)
0 Comments