Para pengunjuk rasa di depan kantor Kementerian BUMN Jakarta. (Foto: Istimewa) |
NET - Perwakilan masyarakat Tuban, Jawa Timur, mendesak
bertemu Menteri BUMN Erick Thohir. Upaya ini dilakukan guna mencari solusi
persoalan warga sekitar dari kehadiran PT Semen Gresik.
"Kami ingin bertemu Bapak Erick Thohir dan Dirut PT
Semen Indonesia (induk perusahaan Semen Gresik) Hendi Priyo Santoso. Kami ingin
menyampaikan berbagai persoalan di sana. Karena beberapa ratus kali kita aksi,
tidak ada tindak lanjut pimpinan PT Semen Indonesia, dengan alasan yang tidak
jelas,” ujar Sunoto, Rabu (19/2/2020) saat berunjuk rasa di depan kantor
Kementerian BUMN, Jakarta.
Kepada Erick, mereka ingin menyampaikan tuntutan masyarakat
yang mau terbebas dari polusi. ”Setiap saat polusi berupa debu yang
berterbangan, hadir di pemukiman warga sekitar pabrik semen itu, ungkap Sunoto.
Sunoto menyebutkan mereka itu perwakilan masyarakat dari LSM
Anak Bangsa Peduli Lingkungan (Abdul) Tuban. Masyarakat bisa mati secara
perlahan akibat kondisi ini. Mereka menuntut dihentikannya perusakan lingkungan
di wilayah itu oleh PT Semen Gresik. Sebab kawasan Tuban terutama sekitar
pabrik semen, debit airnya mulai menurun semenjak batu karst yang menjadi bahan
baku semen sekaligus penyerap air, dieksploitasi tanpa henti oleh PT Semen
Gresik.
"Maka dalam jangka panjang akan terjadi kekeringan,
sumber air sulit. Ekosistem juga tidak berimbang, hewan seperti ular, tikus
tidak bisa hidup. Penggunaan dana CSR perusahaan juga dinilai tak jelas atau
tak tepat sasaran,” ucap Sunoto.
Sebab, kata Sunoto, berdasarkan data yang ada, angka
kemiskinan di Tuban meningkat. Pada 2019, daerah itu naik di urutan kelima
sebagai daerah termiskin di Jawa Timur.
Ini aneh, ada perusahaan BUMN raksasa di sana, tapi
kemiskinan semakin meningkat. "Artinya CSR tidak tepat guna," ungkap
Sunoto.
LSM Abdul juga mengkritisi reklamasi yang dilakukan PT Semen
Gresik. Sunoto menilai, reklamasi yang diperintahkan dalam aturan yang ada, tak
benar-benar dijalankan. Diskriminasi terhadap vendor tertentu menurutnya juga
kerap dilakukan. Di sana tidak ada reklamasi, ada pun abal-abal. Tapi di situ
bukit yang masih asli, ditanami tumbuhan, lalu ditulisi 'Taman Reklamasi'.
"Hak-hak warga setempat tak dipenuhi perusahaan.
Seperti hak untuk bekerja di pabrik semen BUMN itu,” ujar Sunoto.
Sunoto mengatakan teramat sedikit pegawai PT Semen Gresik,
di luar buruh kasar, yang berasal dari warga sekitar. Dari 100 orang warga yang
melamar, bisa hanya tiga orang yang diterima. Kebanyakan berasal dari daerah
lain. (dade)
0 Comments