Kabareskrim Polri Komjen Listyo Sigit Prabowo saat memberi penjalasan kepada wartawan didampingi jajaran petinggi Polri. (Foto: Istimewa) |
NET - Kapolri Jenderal Idham Azis mengatakan berdasarkan
catatan jumlah kejahatan yang dilaporkan ke kepolisian pada 2019 menurun 53.360
kasus atau 19,3 persen, dengan kejahatan yang paling dominan adalah kejahatan
konvensional.
Kapolri menjelaskan kejahatan konvensional tahun ini, turun
10,5 persen dibanding 2018. Secara umum, kinerja penyidik dalam penyelesaian kejahatan
konvensional pada 2019 mengalami peningkatan 4,69 persen.
"Kejahatan terorisme sepanjang tahun 2019 menurun 10
orang sebesar 52,6 persen. Kita juga mengungkap kasus korban Novel Baswedan
dengan menetapkan RM dan RB sebagai tersangka," kata Idham.
Hal itu diungkap Kapolri saat Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri) menggelar acara rilis akhir tahun 2019. Sejumlah capaian
Polri di tahun ini dipaparkan dalam kegiatan yang digelar di Auditorium
Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu
(28/12/2019).
Hadir pada acara itu Wakapolri Komjen Ari Dono Sukmanto,
Kabareskrim Komjen Listyo Sigit Prabowo, Asisten SDM Kapolri Irjen Eko Indra
Heri, Kadiv Humas Polri Irjen M Iqbal, Karo Multimedia Brigjen Budi Setiawan,
Karo Penmas Brigjen Pol Argo Yuwono dan jajaran Divisi Humas Polri lainnya.
Juga hadir Direktur Komunikasi Indonesia Indicator Rustika Herlambang, anggota
Komisi III DPR RI Arteria Dahlan dan
Muhammad Nasir Djamil.
Sementara kejahatan kekayaan negara seperti tipikor tahun
2019 meningkat sebanyak 32 kasus. Kerugian keuangan negara yang berhasil
diungkap Polri tahun ini sebesar Rp 1,8 triliun, kata Kapolri.
"Jumlah kejahatan transnasional pada 2019 mengalami
penurunan 8.829 kasus atau 19,5 persen dan penyelesaian perkaranya pun
mengalami penurunan sebanyak 3.213 kasus atau 9,8 persen. Namun secara umum
kinerja Polri dalam penegakan hukum terhadap kejahatan transnasional meningkat
sebesar 8,76 persen," ujarnya.
Adapun kontijensi dan kejahatan terhadap perempuan, kata
Kapolri, pada 2019 meningkat 7 kasus dari 193 kasus pada tahun 2018, dan
penyelesaian meningkat dari 128 menjadi 180 kasus pada 2019. Kasus pemerkosaan
pada tahun 2019 meningkat 1.326 kasus atau 38,9 persen dan Kekerasan Dalam
rumah Tangga (KDRT) mengalami penurunan 3.742 kasus atau 36,2 persen.
Di sisi lain, menurut Idham, Divisi Humas Polri juga
melakukan peningkatan kinerja dengan mengelola media sosial secara optimal, dan
sejumlah upaya lainnya. "Di media sosial mereka menemukan pemberitaan
negatif, propaganda, mengelola isu yang menjadi trending topic," ungkapnya
Idham.
Sementara menurut Rustika, terdapat sebanyak 542.141 berita
dari 2610 media online di Indonesia memberitakan tentang Polri sepanjang 1
Januari hingga 5 Desember 2019. Sejauh ini, rapor Polri berada di angka 68 jika
dinilai dari framing pemberitaan media sepanjang 2019. Angka ini menurun dari
tahun lalu di kisaran 72 persen di tahun 2018. Meski demikian, angka ini
dinilai cukup bagus di tengah situasi politik yang cukup panas.
"Isu yang positif di Polri adalah soal pengamanan
Pilpres/Pileg (2019), penanganan karhutla, narkoba. Isu yang perlu pengelolaan
atau masih mendapat framing negatif adalah soal aksi mahasiswa," kata
Rustika.
Jumlah pemberitaan tentang Jenderal Polisi Idham Azis di
media online sejak diangkat menjadi Kapolri berjumlah 6583. Sejauh ini media
memberikan framing netral positif sebesar 85 persen. Sentimen netral dan
positif berasal dari berita pengangkatan dan berbagai apresiasi yang ditujukan
pada Idham Azis. Salah satunya adalah kebijakan soal gaya hidup polisi yang
dianggap sebagai sebuah gebrakan baru.
Menurut Rustika, strategi Divisi Humas Polri dalam mengelola
media sejauh ini sudah baik. Namun, tetap perlu disempurnakan di tahun-tahun
mendatang, mengingat situasi politik masyarakat mulai bergeser, karena era
digital mempercepat perubahan.
Perlu ada pendekatan baru yang lebih menyentuh berkaitan
dengan manajemen isu, dan bergandengan tangan dengan berbagai pihak. Mereka
juga diminta mulai memperhatikan isu di media sosial dan menggunakan strategi
baru dalam menanganinya.
"Sentuhan emosional dan kedekatan dengan audience-nya
perlu mendapat perhatian. Beberapa catatan penting adalah lebih cepat dan
tanggap terhadap isu sensitif yang berkembang liar di media sosial, pemetaan
isu dan aktor yang lebih baik, menambahkan influencer dengan menggandeng
berbagai pihak," papar Rustika.
Sementara Nasir, berpandangan prestasi Polri semakin baik
setiap tahunnya. Dimulai dari pembinaan SDM, pembinaan penguatan organisasi di
tubuh Polri dan pembentukan satgas-satgas dengan pola kerja yang dianggap luar
biasa.
"Dengan prestasi polri yang kian membaik, kepercayaan
masyarakat pun semakin meningkat dengan menginginkan Polri hadir di
tengah-tengah masyarakat," kata Nasir.
Dengan prestasi dan kepercayaan masyarakat seperti sekarang,
kata dia Polri diharapkan dapat terus memberikan yang terbaik untuk melayani
masyarakat, dengan mempertahankan apa yang sudah dicapai.
"Karena reformasi keamanan merupakan suatu hal integral
demi kemajuan dan kesejahteraan bangsa dan Polri telah melakukan hal tersebut
dengan baik," tuturnya.
Senada, Arteria mengatakan kinerja Polri kian membaik. Salah
satunya diwujudkan dengan akuntabilitas serta transparasi informasi di tubuh
Polri yang mengalami perubahan signifikan, sehingga mengundang perhatian
masyarakat.
"Masyarakat melihat Polri sebagai penegak hukum dengan
tugas atau sisi humanis yang melekat dalam tubuh Polri, seperti penanganan
bencana alam dan lain-lain," kata dia.
Dalam pergantian pimpinan yang baru pun, imbuh Arteria,
Idham tak meninggalkan program kerja yang digagas Kapolri sebelumnya, Jenderal
(Purn) Tito Karnavian. Langkah mantan Kapolda Metro Jaya ini dinilai positif
dan patut diapresiasi.
"Harapannya kinerja Polri dalam melindungi dan melayani
masyarakat dapat semakin meningkat, sehingga mendapatkan kepercayaan dari
masyarakat," tandas Arteria. (*/pur)
0 Comments