Suhendar menyerahkan berkas pendaftaran yang diterima Ratih Utami. (Foto: Istimewa/AH) |
NET – Suhendar, dosen Universitas Pamulang (Umpam)
mendaftarkan diri sebagai bakal calon Walikota Tangerang Selatan (Tangsel)
melalui Partai Solidaritas Indonesia, Selasa (2/10/201).
Suhendar selama ini terkenal
sebagai pendekar anti-korupsi di Tangsel.
“Alhamdulillah hari ini, saya telah mendaftar sebagai
peserta Konvensi Terbuka untuk Bakal Calon Walikota dan Wakil Walikota
Tangerang Selatan di Partai Solidaritas Indonesia (PSI),” ujar Suhendar kepada
wartawan.
Suhendar memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya untuk
Partai Solidaritas Indonesia yang berani melakukan proses penjaringan terbuka
untuk bakal calon Walikota dan Wakil Walikota Tangsel pada Pilkada mendatang.
Semoga apa yang menjadi tujuan baik dari konvensi terbuka ini bisa tercapai dan
mampu menghasilkan calon dan kandidat yang memiliki kapasitas, akuntabel, serta
pro-rakyat--sesuai dengan gagasan yang selama ini dibangun oleh PSI.
“Saya optimis bahwa PSI - serta partai lain yang juga telah
membuka Konvensi Terbuka seperti PDI Perjuangan - bisa melakukan proses seleksi
terhadap bakal calon secara obyektif. Artinya, siapapun nama kandidat yang akan
diusung nanti oleh partai tersebut, saya optimis bakal berasal dari peserta
konvensi itu. Bukan nama yang sekonyong-konyong muncul dari langit, padahal ia
tidak tercatat sebagai pendaftar di konvensi,” ungkap Suhendar yang lebih
dahulu mendaftar di PDIP.
Suhendar merasa yakin akan lolos dalam penjaringan tersebut.
“Saya percaya itu. Sebab bila, saya tidak percaya, maka saya tidak akan
mendaftar di partai tersebut,” ucap Suhendar.
Bagaimanapun, kata Suhendar, sebuah konvensi adalah upaya
partai politik dalam membangun kepercayaan publik. Inilah sarana yang paling
tepat bagi parpol untuk menjaring sosok terbaik untuk diusung dalam Pilkada
mendatang.
“ Jadi, saya tidak percaya bila ada gosip bahwa partai politik
tertentu bisa dengan mudah menentukan nama kandidat meski sosok itu tidak
terdaftar pada konvensi,” tutur Suhendar yang bergerak sebagai pendekar
anti-korupsi di Tangsel.
Bila parpol melakukan itu, kata Suhendar, risikonya sangat
besar. Konsekuensinya adalah public trust terhadap partai itu akan langsung
anjlok. Sementara untuk memenangkan sebuah Pilkada, aspek public trust itu
sangat dibutuhkan dan mempengaruhi hasil.
“Karena itu, saya selalu menampik isu tersebut. Saya sangat
yakin bahwa partai politik beberapa tahun belakangan ini sudah jauh lebih baik
dari masa-masa sebelumnya,” ucap dosen fakultas hokum itu.
Toh pada akhirnya, kata Suhendar, semua orang selalu punya
kemampuan untuk menentukan keberpihakannya pada nilai-nilai kebaikan. (*/pur)
0 Comments