Iskandarsyah (berkaca mata) tersenyum. (Foto: Istimewa) |
NET - Pernyataan Direktur Eksekutif ETOS Indonesia Institute
Iskandarsyah perihal mundurnya Ketua Umu (Ketum) Partai Golongan Karya (Golkar)
Aerlangga Hartato menjelang Musyawarah Nasional (Munas) mendapat perhatian publik.
Saat dihubungi pada Selasa
(24/9/2019), Iskandarsyah sekali lagi mempertegas pernyataannya, bahwa Ketum
Partai Golkar petahana hendaknya lebih legowo atas kegagalannya membawa perahu
partainya.
“Banyak catatan minus dari pra hingga paska Pileg (Pemilu
Legislatif-red) dan Pilpres (Pemilihan Presiden-red) 2019 lalu,” ujar Iskandarsyah.
Selain suara partai Golkar yang semakin terjun bebas, kata
Iskandar, Ketum tidak menjalankan amanat
Anggaran Dasar Anggaran Ruma Tangga (AD ART) partainya.
“Mas Aerlangga seakan sibuk dengan dunianya sendiri, sampai
beliau lupa aturan-aturan partainya,” tutur Iskandar.
Lebih tegas Iskandarsyah sampaikan bahwa Golkar bukanlah
partai figur, partai Golkar adalah partai yang sangat dinamis.
“Jadi siapapun menduduki posisi Ketum Golkar nanti buat saya
adalah yang terbaik buat partai ini,” ungkap Iskandar.
Ada sosok Bambang Soesatyo ( Bamsoet), kata Iskandar, kemudian
belum lama pernyataan Ridwan Hisyam yang juga politisi senior partai Golkar
untuk siap maju bertarung menjadi calon ketua umum (Caketum). “Buat saya ini dinamika yang harusnya ditiru
partai lain,” ujar Iskandar.
Dengan dinamika yang terjadi di dalam partai Golkar, menurut
Iskandar, maka roda partai pun akan terasa lebih bermarwah, tapi dengan satu
catatan Ketum petahana jangan coba-coba lagi maju di Munas nanti.
“Ini seperti mempermalukan diri sendiri nantinya,” turut
Iskandar memperkirakan.
Menurut Iskandar, peristiwa demi peristiwa yang terjadi di
internal partai Golkar sekarang ini sudah menjurus ke arah intimidasi dan
lain-lain, dan ini harus dihentikan.
Sosok Bamsoet dan Ridwan Hisyam sudah teruji di dalam sini,
adapun ada yang menyatakan mau maju juga ya monggo, yang terpenting tidak lepas
dari aturan-aturan partai.
“Mulai dibunyikan dalam internal partai Golkar Gerakan ABA
itu, Asal Bukan Aerlangga. Ini refrensi yang buruk mendukung pemimpin yang
gagal,” tutur Iskandarsyah. (*/rls)
0 Comments