Rachmawati Soekarno Putri (duduk) dan peserta Konferensi Internasional Membela Hak-hak Rakyat Palestina bertemu di rumah kediamannya. (Foto: Istimewa) |
Hal itu diungkapkan Rachmawati ketika menerima peserta
Konferensi Internasional Membela Hak-hak Rakyat Palestina di kediamannya di
Jalan Jatipadang Raya, Jakarta.
Rachmawati mengatakan solidaritas internasional untuk
membela kemerdekaan bangsa Palestina dan penjajahan dan penindasan negara Israel,
harus diletakkan di atas pondasi kemanusiaan yang universal serta melintasi
sekat batas agama dan bangsa.
Karena itu, kata Rachma, solidaritas internasional untuk
melawan kekuatan kelompok nekolim yang ingin mempertahankan tata dunia yang
timpang juga harus melibatkan sebanyak mungkin kelompok masyarakat di dunia.
Konferensi yang dihadiri ratusan peserta dari sejumlah
negara dan dibuka oleh Ketua MPR RI Zulkifli Hasan itu diselenggarakan hari
Kamis dan Jumat pekan lalu (7-8/12//2017) di Gedung Nusantara V DPR RI dan
Hotel Sultan, Jakarta. Rachmawati sedianya menjadi salah seorang pembicara
dalam Konferensi, namun berhalangan hadir.
"Solidaritas ini harus melintasi sekat batas bangsa
dan agama. Terlebih karena penjajahan atas bangsa Palestina bukan hanya nestapa
bagi umat Muslim atau bangsa Arab, melainkan tragedi bagi seluruh umat manusia
pembela kemanusiaan," ucap Rachma.
Delegasi yang menemui Rachma dipimpin oleh pendiri Voice
of Palestine (VoP) Mujtahid Hashem, didampingi Koordinator Umum Kampanye Global
untuk Palestina Kembali (Return) Yousef Abbas dari Suriah, dan Kordinator Return di Amerika Latin Suhail Assaid dari
Argentina. Pertemuan juga dihadiri aktivis Silaturahmi Anak Bangsa (Silabna) Alireza
Alatas dan Uwais Alatas.
Dalam penjelasannya di hadapan Rachma, Mujtahid
mengatakan Konferensi Konferensi Internasional Membela Hak-hak Rakyat Palestina
telah melahirkan Deklarasi Jakarta sebagai perlawanan terhadap Deklarasi
Balfour yang diterbitkan pemerintahan Inggris tahun 1917 silam.
Deklarasi Balfour yang berisi dukungan Inggris terhadap
komunitas Yahudi untuk memiliki negeri di Palestina adalah awal dari penjajahan
yang dialami bangsa Palestina.
"Kita memperjuangan hak rakyat Palestina untuk
kembali ke tanah mereka yang diambil paksa oleh Israel. Juga hak mereka untuk
menentukan nasib sendiri, serta hak mereka untuk melakukan perlawanan terhadap
penjajahan yang mereka hadapi," kata Mujtahid.
Dia juga mengatakan peserta Konferensi sepakat untuk
menggelar dua kegiatan penting yakni Intifada ke-3 dan Global March ke-2 tahun
depan.
"Kami berharap Ibu Rachma turut meng-endorse dan
memperluas gerakan ini. Kami yakin ini bagian dari perjuangan Bung Karno,"
katanya lagi.
Adapun Kordinator Umum Return Yousef Abbas dari Suriah
mengundang Rachma untuk menghadiri konferensi internasional berikutnya di
Beirut, Lebanon, bulan Maret tahun depan.
"Pikiran-pikiran Ibu penting untuk didengarkan
pejuang kemerdekaan Palestina dan pembela kemanusiaan," katanya.
Sementara Suhail Assad dari Argentina mengatakan masyarakat Amerika Latin memiliki pengalaman
yang sama dengan masyarakat di Afrika dan Asia, yakni sama-sama mengalami
penjajahan oleh kaum nekolim.
"Sehingga ketika kita kenalkan kepada mereka apa
yang terjadi di Palestina, mereka bisa dengan mudah menerima, karena mereka
juga mengetahui perasaan hidup dalam penjajahan (nekolim)," ujarnya.
Pada akhir pertemuan, Mujtahid Hashem, Suhail Assad, dan
Yousef Abbas memasangkan syal perlawanan terhadap penjajahan Israel kepada
Rachmawati. (*/ril)
0 Comments