BJ Habibie (tiga dari kiri) dan Ir. Ibnu Susilo seusai menerima penghargaan. (Foto: Dade, Tangerangnet.com) |
NET - Tanggung
jawab terhadap pertumbuhan dan pengembngan teknologi nasional perlu memastikan
adanya penghargaan kepada para pelaku teknologi. Penghargaan Teknologi
Bacharuddin Jusuf Habibie atau Bacharudiddin Jusuf Habibie Technology Award
(BJHTA) 2017, adalah salah satu upaya BPPT untuk memberikan dorongan karena
timbul hasrat inovasi dan penciptaan teknologi kepada para pelaku teknologi
berprestas.
Hal itu dikatakan
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Unggul Priyanto, Selasa
(15/8/2017), saat acara Penghargaan Teknologi Bacharuddin Jusuf Habibie atau
Bacharuddin Jusuf Habibie Technology Award (BJHTA) 2017, di Kediaman BJ
Habibie, Jalan Patra Kuningan, Jakarta.
Penghargaan
Teknologi BJHT adalah pemberian
penghargaan tertinggi kepada insan pelaku teknologi yang berjasa pada bangsa
dan negara Indonesia dalam berinovasi dan berkreasi menghasilkan karya nyata di
bidang teknologi. Setelah melalui seleksi yang ketat dipilih melalui penilaian
yang didasarkan pada azas-azas inovasi yang terdiri dari azas penemuan,
kreatif, efisien, efektif, nilai tambah dan azas manfaat serta 10 poin kriteria
penilian, maka ke-10 Anugerah BJHTA diberikan kepada Ir. Ibnu Susilo dengan karya teknologi dan
inovasinya yaitu Fin Komodo.
Sementara itu,
CEO FIN Komodo Ir. Ibnu Susilo mengatakan saat di Industri Pesawat Terbang
Nusantara (IPTN), selain terlibat Proyek Pesawat Terbang N-250, juga terlibat
beberapa lain baik sipil maupun militer termasuk proyek Mobil Nasional yang diprakarsai
oleh Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS) yang di beri nama Maleo. Pada 2004, mendirikan perusahaan sendiri PT FIN
Komodo Teknologi, setelah resign dan PT Dirgantara Indonesia.
"Ia, selain
mengerjakan paket pekerjaan Design dan Anlysis Composite Komponen dari pesawat
terbang Airbus A-380 dan A-400 M dengan Malaysia, paralel dengan melakukan
proses perancangan kendaraan un-conventional FIN Komodo adalah Offroad Utility
Vehice yang digunakan sebagai alat transportasi pada daerah non-
infrastuktur," ucap Ibnu.
Menuut Ibnu,
kendaraan tersebut sangat lincah,
nyaman, aman ekonomis, efisien, dan mudah perawatannya, memiliki design single
platform serta dapat dimodifikasi untuk berbagai misi operasi, khususnya pada
daerah tertinggal, pedesaan, perkebunan, kehutanaan, pertambangan, TNI/Polri,
misi kesehatan, tujuan rekreasi, dan fungsi lainnya.
Ibnu mengatakan untuk medan hutan, biasanya jarak tempuh
sepanjang 100 Km dapat dilalui dalam 6-7 jam dengan konsumsi bahan bakar kurang
lebih hanya 5 liter, sedangkan kapasitas tangki 20 liter, sehingga dapat berada
didalam hutan selama 7x4 jam atau 4 hari untuk operasi perjalanan siang hari.
Sedangkan untuk
kondisi jalan dengan kemiringan 45°dan berlumpur, kata Ibnu, dapat dilalui
dengan mudah dan aman, serta tanjakan turunan yang ekstrem tidak ada masalah.
Untuk kondisi semak-semak (yang belum ada jalan), maka FIN Komodo dapat
berfungsi sebagai kendaraan perintis. (dade)
0 Comments