Wahidin Halim dan Andika Hazrumy: menang hasil C-1. (Foto: Istimewa) |
NET – Tim pemenangan pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Banten
Wahidin Halim dan Andika Hazrumy (WH-Andika) nomor urut 1 sejak awal berpegang C-1,
hasil rekapitulasi perhitungan suara di Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada
Pemilhan Kepala Daerah (Pilkada) Banten 2017.
“Sejak awal, kami menyatakan komitmen dengan tahapan berjenjang. Secara
internal, kami berpegang pada C-1 hitungan manual di TPS. Itu yang kita bawa ke
PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan-red)
saat hitung manual dan rekpitulasinya. Kami intruksikan kepada semua saksi
untuk tidak berpegang pada quick count atau real count,” ujar Fitron Nur Ikhsan
kepada wartawan di Serang, Kamis (23/2/2017).
Fitron adalah Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Banten
itu mengatakan quick count dan real count itu hanya proses elektronik untuk
mengobati rasa ingin tahu dengan cepat. Meskipun hasilnya tidak akan berbeda
secara subtansi, tapi itu bukan tahapan resmi.
“Rekapitulasi berjenjang itulah yang penting harus dikawal,” tutur Fitron
yang partai Golkar adalah partai pengusung WH-Andika bersama dengan dengan 6
partai politik lainnya.
Menurut Fitron, saksi WH-Andika kuat, C-1 sudah lengkap di tangan itulah menjadi
pegangan. “Kami mengajak ikuti proses rekapitulasi dengan baik. Jika ada
perbedaan data jangan khawatir, setiap tahapan kan ada form-nya seperti C-1 dan
form DA yang bisa dikonfirmasi secara terbuka dalam rapat pleno setiap
tingkatan,” ucap Fitron.
Mengenai kecurangan, kata Fitron, tuduhan dan demonstrasi itu hanya bentuk
pelampiasan kekecewaan dari yang bakal
kalah yakni dari tim pasangan Rano Karno dan Embay Mulya Syarief (RK-Embaya)
nomor urut 2.
“Kita kan memiliki waktu berbulan-bulan untuk kampanye. Tahapnnya sama,
aturannya sama, wasitnya sama, batasannya sama, kesempatannya pun sama besar,”
ungkap Fitron.
Kalaupun akhirnya, kata Fitron, pasangan WH-Andika lebih unggul itu karena dapat
memanfaatkan waktu kampanye secara lebih efektif. “Sekarang sudah ada hasil,
ibarat main bulu tangkis, lalu kalau kita kalah jangan salahin lapangan atau
raket. Kita harus sportif,” ujar Fitron.
Tim pasangan WH-Andika, kata Fitron, justru dari awal merasa tidak setara, mereka
kan incumbent (petahana-red) semua infrastruktur untuk melakukan kecurangan kan
ada di mereka. Mereka petahana. Kalau petahana teriak kecewa karena kalah itu
seperti melawan kehendak rakyat.
Fitron menjelaskan rakyat sudah memutuskan, mayoritas memenangkan WH- Andika.
“Kasihan masyarakat yang sudah mengorbankan waktu untuk datang ke TPS. Hanya
demi sebuah kekecewaan, kok kita tidak hormati mereka dan proses yang telah
berjalan. Masih ada Pilkada periode berikutnya. Kita bisa bertanding lagi,”
ucap Fitron. (*/ril)
0 Comments