![]() |
Oleh Fajar S. Tamim
DALAM Pemilihan
Kepala Daerah (Pilkada), biasanya sangat
tidak sulit untuk mengalahkan incumbent (petahana) dengan posisi elektabilitasnya
dibawah 50 persen, seperti Rano Karno.
Apalagi jika
sudah dipastikan bahwa pertarungannya terjadi “head to head” antara incumbent
dan penantangnya. Dalam hal ini antara Rano Karno dengan Wahidin Halim (WH).
Tanpa perlu
membantah hasil survei yg ada, sudah terlihat jelas bahwa WH-Andika masih
sangat berpotensi untuk naik secara signifikan, baik popularitas maupun
elektabilitasnya.
Tetapi jika jika dilihat dari sisi incumbent yang
tingkat popularitasnya sudah mentok, maka hampir dapat dipastikan bahwa elektabilitas
sudah tidak akan beranjak naik (stuck).
Dalam hal ini,
peneliti telah cermat dengan mengatakan
"Jika Pilgub Banten dilakukan hari ini, RK menang". Masalahnya
adalah bahwa Pemiihan Gubernur (Pilgub) Banten "BUKAN" hari ini, akan
tetapi digelar 5 atau 6 bulan yg akan datang, yakni tanggal 15 Februari 2017.
Jika situasinya
seperti ini, maka yang harus diukur adalah potensi, dan kami meyakini bahwa
potensi 2 bulan ke depan WH-Andika mampu melampaui elektabilitas incumbent yang
saat ini stuck pasang angka dibawah 40 persen.
Dikatakan juga
oleh peneliti bahwa "loyalitas
pemilih WH unggul dibanding yang lain".
Ini membuktikan modal dasar WH secara elektabilitas lebih tinggi dari
incumbent, Rano Karno. Maka, Kedepan kami meyakini bahwa elektabilitas
WH-Andika akan terus naik, sementara RK akan stuck pada posisi saat ini.
Salah satu ciri incumbent dapat dikalahkan oleh challanger (penantang) adalah jika “strong
supporter” (pemilih loyal) incumbent berada dibawah challenger.
Logika dasarnya
sederhana, seorang incumbent yang notabene sedang memerintah bertahun-tahun,
lantas loyalitas pemilih terhadap incumbent rendah, dapat disimpulkan bahwa
tingkat kepuasan kinerja incumbent KURANG atau BURUK dinilai oleh mayoritas
publik Banten.
Sehingga “dapat
dipastikan bahwa Mayoritas publik TIDAK menginginkan incumbent, Rano Karno
kembali menjabat sebagai GUBERNUR BANTEN”.
Penulis:
FAJAR S. TAMIM
Direktur dan
Peneliti di Jaringan Survei Indonesia (JSI)
0 Comments