Thomas Djamaludin saat memberi penjelasan. (Foto: Dade, TangerangNET.Com) |
Thomas mengatakan Satelit LAPAN-A2/ORARI
merupakan satelit mikro pertama yang dibuat di Indonesia. Satelit ini juga
diluncurkan di orbit near-equatorial (dekat khatulistiwa) dari satelit peluncuran
roket milik ISRO di Sriharikota, India pada (23/9/2015) yang lalu. Bahkan
peluncuran berjalan sukses dan 1,5 jam sejak diluncurkan. Satelit ini telah
memasuki fase pengujian yang dinamakan LEOP/IOT (Launch and Early Orbit
Phase/In Orbit Test).
Namun, masa kritis dalam hidup satelit
(Masa LEOP/IOT) pada periode tersebut, satelit rentan mengalami kegagalan
akibat tidak mampu menahan beban selama peluncuran. Namun, dari hasil observasi
LAPAN-A2 telah menunjukkan semua komponennya betfungsi dengan baik.
Thomas menjelaskan hal itu mempunyai 3 visi utama yaitu sebagai radio
amatir, misi pemantauan kapal, dan pengamatan bumi. Alasannya dibuat satelit
mikro adalah karena biaya dan bisa dititipkan atau ditumpangkan ke satelit yang
besar. Untuk biaya pada pembuatan satelit LAPAN-A1 sekitar Rp 40 miliar kalau A LAPAN-A-2 pembuatannya mencapai Rp 40 miliar dan peluncuran Rp 7,5 miliar. Dengan
demikian secara lengkap mencapai Rp 50 miliar
bisa memenuhi semuanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Tekhnologi
Ruas Bumi Chusnul Tri Judianto menjelaskan ini adalah 8A2 yang didesain untuk
wilayah equator dengan menggunakan 2 kamera digital dan disiapkan untuk
memonitor kapal. Juga siapkan fasilitas untuk teman-teman ORARI dalam
berkomunikasi.
"Selama satu bulan kita betul-betul
melakukan persiapan mengenai peralatan dan kita sudah melewati masa krisis
tersebut. Kita lakukan berkali-kali agar semua sistem sesuai dengan yang
dilakukan. Selain dibantu dari teman-teman US kita juga membuat sendiri,"
ujar Chusnul.
Dalam pembuatan sofware sendiri dan ini merupakan
kekr
eatifan bangsa Indonesia.Ini karena pesawatnya berada di equator 6 derajat
lintang Utara dan 6 derajat lintang Selatan. Namun, jadi bisa melepas sendiri.
dan dipaksa untuk mandiri.
Chusnul mengungkapkan Satelit LAPAN-A2
harus memiliki strategi operasi yang diletakkan di Bogor. Serta juga harus
bekerjasama dengan Berlin. "Pesawat ini difungsikan dan menghadap 90
derajat dengan kecepatan 7,5 km/s. Namun, kemampuan kamera memiliki 1000 mm, resolution 5m and swath
width 3,5 km dengan operation mode automatic target Pointing," katanya.
Oleh karena itu, saat ini masih terus
mempelajari kinerja pesawat karena ini merupakan langkah awal untuk membuat
satelit pada 2016 mendatang. Hasil awal
aja sudah menghasilkan lebih baik dan sudah melihat real data. Satelit A2 dapat
mendeteksi seluruh data AIS yang berada dalam cakupan area dekat.
0 Comments