![]() |
| Profesor Dr. Sofian Effendi. (Foto: Ist/TvOnenews) |
Panggung yang Salah, Substansi Tetap Berdiri
Prof. Dr. Sofian Effendi akhirnya mencabut pernyataannya.
Tapi bukan substansinya yang dia tarik.
BELIAU tidak pernah menyatakan bahwa apa yang diucapkannya
tentang status Presiden Jokowi di Universias Gajah Mada (UGM) adalah keliru.
Tidak ada satu pun koreksi terhadap isi. Yang beliau sesalkan hanyalah
konteksnya — bahwa ternyata forum diskusi tersebut dipublikasikan ke ruang
publik, bukan sekadar perbincangan santai antaralumni sebagaimana ia bayangkan.
“Saya kira itu obrolan tertutup,” kurang lebih begitu makna
dari surat klarifikasi yang ia sampaikan pada 17 Juli 2025.
Itulah garis tegas yang harus dibaca publik. Bahwa ketika
seorang guru besar, mantan rektor, dan mantan ketua Komisi Aparatur Sipil
Negara (ASN) menyampaikan sesuatu dalam suasana non-formal, lalu tiba-tiba
menjadi bola panas nasional, maka keraguan bukan pada apa yang ia katakan,
tetapi di mana ia mengatakannya.
Prof. Sofian menarik keikutsertaannya dari pusaran opini
publik — bukan karena isi ucapannya salah, tapi karena efek publikasi itu di
luar bayangannya.
Ia tidak mau disebut bagian dari manuver politik.
Tapi publik wajib mencatat satu hal penting: substansi tetap
berdiri. Tidak ada yang dibantah. Tidak ada revisi atas kalimat yang ia ucapkan
sebelumnya. Yang ada hanyalah klarifikasi: bahwa ia merasa perlu mundur dari
pusaran ini karena awalnya menyangka sedang bicara di forum privat.
Itu artinya: yang keliru bukan isinya, tapi pentasnya.
Dalam dunia ilmu pengetahuan dan kesaksian, ini penting:
agar kita bisa membedakan antara substansi dan panggung. Antara isi dan suara.
Antara apa yang dikatakan, dan ke mana arahnya disebarkan.
Prof. Sofian mengajarkan kepada kita: ada saat di mana
intelektual perlu diam — bukan karena ragu pada kebenaran, tapi karena sadar
pada gemuruh panggung yang terlalu gaduh untuk menjernihkan sesuatu yang
sejatinya terang. (***)
Penulis adalah pemerhati masalah social.




0 Comments