Berita Terkini

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

“Tahun Baru, Hati Baru: Saatnya Sebuah Bangsa Bertaubat”

Dokter Tifauzia Tyassuma
(Foto: Istimewa/koleksi dokter Tifa) 



Oleh: Tifauzia Tyassuma 




HARI ini adalah 1 Muharam 1447 Hijriah.

Bulan baru. Tahun baru. Langit baru.

Dan semoga… hati yang baru.


Tapi tidak ada pembaruan sejati tanpa kejujuran atas kesalahan yang lalu. 

Tidak ada hijrah yang benar tanpa pengakuan bahwa kita pernah tersesat.


Bangsa ini telah lama berjalan dalam kabut: Kabut pembangunan yang merusak akar, kabut kemajuan yang melupakan nurani, kabut kekuasaan yang menindas rakyatnya dengan senyum.


Dan hari ini, ketika gejala sakit itu mulai muncul, bukan hanya di tubuh mantan pemimpinnya, tapi dalam retak-retak sosial, ekonomi, dan moral negeri ini.


Maka izinkan pagi ini kita berkata dengan rendah hati: "Kami pernah memilih dengan gegabah. Kami terlalu mudah percaya pada pencitraan. Kami menolak kebenaran demi kenyamanan. Dan kini, kami siap untuk bertobat."


Tidak semua luka harus ditutup. Ada luka yang harus dibiarkan menganga, agar umat ini mengingat rasa sakitnya dan tidak jatuh ke jurang yang sama. Kita tidak menghina siapa pun. Kita tidak menghakimi. Tapi kita menyatakan kebenaran sebagai jalan penyembuhan bangsa. Karena kejujuran adalah awal dari pembersihan. Dan pertobatan adalah awal dari kebangkitan. Maka pada tahun baru ini, mari kita niatkan:


Bukan sekadar membuka lembaran baru, tetapi menutup lembaran lama dengan pengakuan, perenungan, dan tekad perubahan.


Katakan dalam doamu hari ini: "Ya Allah, kami akui, kami pernah memilih dengan nafsu, bukan nurani. Kami pernah mendewakan kepalsuan, bukan kebenaran. Ampunilah kami sebagai bangsa.


Tunjukilah kami jalan yang lurus, jalan para pemimpin yang Engkau ridhai, yang takut kepada-Mu lebih dari cinta pada kekuasaan, yang jujur dalam sunyi dan setia kepada rakyat."


Dan ajarkanlah kami, bahwa memilih pemimpin bukan soal citra, tapi soal amanah, integritas, dan keberpihakan pada kebenaran.


Semoga 1 Muharam ini menjadi gerbang taubat nasional, bukan hanya dalam doa dan air mata, tapi dalam kesadaran kolektif untuk tidak mengulang sejarah yang memalukan dan memilukan.


Rakyat Indonesia, Aku serukan kepada engkau, wahai jiwa yang sadar, untuk menjadi bagian dari cahaya yang menyinari jalan pulang bangsa ini. (***)


Jakarta, Jumat Barokah, 27 Juni 2025 1 Muharam 1447H






Post a Comment

0 Comments