Berita Terkini

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Nonton Langsung Pertandingan Indonesia Versus Argentina Di Senayan: Indonesia Perlu ‘Bomber’

Setiap penonton wajib pakai tiket gelang 
meski ada juga penonton dijumpai 
tanpa tiket gelang bisa masuk. 
(Foto: Ist/koleksi Wina Armada Sukardi) 


Oleh: Wina Armada Sukardi



Berlagak Dungu

DI DEPAN kami rupanya masih ada yang berdiri. Saya tegur supaya pindah, atau mereka menonton sambil berjongkok atau duduk di tangga. Sebagian besar menurut atau pindah tempat. Satu dua orang berlagak _bego _  atau berlagak dungu, bahkan ada memperlihatkan sikap tidak suka. Hanya lantaran saya perlihatkan sikap tegar dan tegas, mereka tak melanjutkan melawan.

Beberapa saat sebelum pertandingan dimulai, saya berdiri juga. Penonton di belakang saya, langsung komplain.    

“Duduk!”  kata penonton di belakang saya itu. Ini yang memang saya mau.

“Gimana mau duduk! Tuh lihat pada berdiri di depan di situ! Mana saya bisa melihat. Suruh mereka duduk dulu donga!”jawab saya keras.

Dari sana saya kembali minta orang yang berdiri tanpa gelang tiket untuk duduk. Lalu, saya tunjuk orang yang di belakang saya minta saya gak berdiri. Dengan raut muka masem, orang itu bergeser sedikit ke tangga membuka pemandangan kami.

Selama pertandingan ada saja penonton, yang umumnya tanpa gelang tiket, menghalangi kami. Terpaksalah kami minta mereka duduk di lantai atau menyingkir.

Setelah turun minum baru orang-orang di depan kami pindah, entah kemana.  Tetapi sepanjang tangga masih penuh penonton yang berdiri.     

Perlu Diberi Sanksi Tegas

Seusai pertandingan, kami masih melihat peristiwa lanjutannya. Ada penonton yang tiba-tiba berlari  nekat dapat menerobos barikade penjagaan. Dari kabar, belakangan dia mengaku fans yang mau berfoto dengan idolanya. Niat itu sempat terlaksana. Hasilnya, dia pasang di media sosialnya.

Lolosnya penonton ini memperingatkan kepada kita, para penjaga harus  benar-benar waspada, bahkan ketika pertandingan telah usia. Penonton yang lolos, memanfaatkan celah penjagaan yang mengurangi kewaspadaan lantaran merasa pertandingan sudah usai

Berikutnya kepada penonton tersebut, demi persepakbolaan Indonesia, harus ditindak tegas. Selain perlu diberi sanksi tidak boleh menonton pertandingan sepak bola langsung cukup lama, misal lima tahunan, juga supaya jera dikenakan hukuman lainnya. Hal ini karena tindakanan dapat merusak sepak bola Indonesia. Kesebelasan asing menjadi dapat tidak percaya kepada keamanaan Indonesia. Bisa juga membuat kalut para pemain di lapangan.

Begitu juga agar ke depan perbuatan ini tidak menjadi preseden. Jika satu penonton diperbolehkan, dapat diduga ke depan akan banyak penonton lain yang meniru coba-coba juga. Toh, tidak ditindak apa-apa, mereka dapat berpikir brgitu.

Kami masih menyaksikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) turun ke lapangan menyalami pemain kesebelasan Indonesia. Para penonton di sisi kami pun berteriak-teriak,”Jokowi-Jokowi!”

Sebelumnya penonton lebih dahulu berteriak “Messi, Messi….” Tanpa dikomando penonton pun juga berteriak-teriak,”Arhan, Arhan…”

Sewaktu Shin Ta Young memimpin pasukan keliking stafion, penonton kembali berteriak-teriak “Shin Ta young, Shin Ta young..!”

Pintu Gerbang  Tidak Terbuka

Sesudah seluruh acara selesai, kami pun pulang keluar stadion. Proses ke luar stadion berjalan lancar namun di pintu gerbang ke luar ada sedikit masalah.

Penonton menunpuk dan mengular di sana. Mulai terjadi sedikit dorong-dorongan. Penyebabnya pintu pagar di sebelah kami keluar hanya dua yang dibuka. Padahal pintunya kecil. Akibatnya arus penonton tersendat seperti leher botol. Untung tidak terjadi apa-apa.

Beberapa penonton berteriak,”Panitia belum siap sepenuhnya.” Ada juga yang bersuara keras,”Awas ingat Kahajuruan.”

Seusai melewati pagar ini, lancar. Kami berjalan kaki dan menyeberang Jalan Jenderal Sudirman melalui stasion MRT ke SCBD.  Selanjutnya, kami  menunggu jemputan di depan lobi mall Pasific Place.

Kendati secara keseluruhan penyelenggaran pertandingan kesebelasan Indonesia versus juara dunia relatif bagus, tetapi  bukan tanpa kekurangan. Masih banyak penonton tanpa karcis berhasil menerobos pemeriksaan. Masih banyak penoton yang berdiri mengganggu nikmatnya nonton langsung di stadion. Petunjuk yang minim yakni raw dan nomer kursi menyebabkan penoton masih banyak yang bingung, terutama yang dari daerah.

Demikian juga tidak dibukanya semua pintu gerbang waktu bubar dapat saja membawa malapetakan yang tidak diduga.

Bukan Kesebelasan Kaleng-Kaleng

Pertandingannya sendiri, sebagaimana telah disiarkan dan dibahas luas di berbagai media, berlangsung dalam atmosfir menenggangkan, khususnya bagi penonton Indonesia. Sebenarnya kesebelasan Argentina “gagal” menembus pertahanan Indonesia melalui cara normal. Dua gol yang melesat ke gawang Indonesia melalui “cannon ball” atau tembakan meriam jarah jauh, dan bola mati dari  tendangan penjuru. Selebihnya berbagai usaha Argentina mentok.

Indonesia sendiri memikiki dua peluang emas. Pertama 90 persen harus sudah terkonvensi menjadil gol, tetapi tendangan pemain Indonesia (Ivan Jenner) masih lemah sehingga berhasil ditahan penjaga gawang Argentina.

Peluang kedua dari “lemparan khas” Arhan yang berhasil disundul dengan baik oleh Elkan Bagot, tapi berhasil ditip atau ditepis dengan satu tangan sambil terbang oleh penjaga gawang Argentina. Penyelamatan ini dijadikan foto di media sosial penjaga terbaik kejuaraaan dunia tersebut, pertanda itu penyelamatan yang gemilang.

Laga Indonesia lawan Argentina setidaknya menunjukkan, kesebelasan Indonesia kini bukan kelas kaleng-kaleng lagi. Biarpun peringkat Indonesia masih di 150.  

Bermanfaat   

Meskipun harus merogoh kocek lima juta dolar U$, atau sekitar Rp 75 miliar, kehadiran kesebelasan  Argentina memberikan banyak arti di sisi Indonesia. Pertama, dari segi finansial, pastilah panitia tidak rugi. Penjualan hak siaran televisi dan sponsorship sudah lebih dari biaya mendatangkan kesebelan Argentina.

Omzet dari pertandingan ini diperkirakan mencapai Rp 1 trilyun. Di tengah kesulitan perekonomian, perputaran uang membantu banyak masyarakat mendapat  penghasilan tambahan yang lumayan.

Kedatangan kesebelasan Argentina ke Indonesia juga menjadi promosi besar-besar yang yang  gratis. Hampir media di seluruh dunia melaporkan pertandingan ini. Sebelumnya, banyak pula media asing menulis tentang budaya atau kuliner Indonesia gegara menyambut pertandingan ini.

Perlu digarisbawahi, lantaran promosi dilakukan oleh media seluruh dunia secara independen, laporan dianggap masyarakat dunia terpercaya. Valid. Sebuah promosi yang sulit dilakukan, kalau dibayar sekalipun.

Dan yang tidak kalah penting di aspek persepakbolaan sendiri. Dunia menjadi lebih mahfunn Indonesia memiliki infrastruktur sepakbola modern yang tidak kalah dari banyak negara lain. Kemegawahan Stadion Gelora  Bung Karno kembali mendunia. Bahkan para pemain Argentina pun terlejut Indonesia memiliki sarana sepak bola yang demikian hebat.

Akhirnya,  para pemain kesebelasan Indonesia, mendapat pelajaran yang mewah. Untuk sukses tidak boleh minder, harus kerja keras sampai limit kemampuan terakir, harus menjaga kerjasama dan menjauhkan egoisme.

Satu lagi, Indonesia masih harus mencari “bomber” atau penyerang  tengah yang oportunis, yang begitu ada kesempatan langsung mampu membobol gawang, dari kesebelasan manapun. (***) (habis) 

 

Penulis adalah wartawan senior dan analis sepak bola.

Post a Comment

0 Comments