Setiap penonton wajib pakai tiket gelang meski ada juga penonton dijumpai tanpa tiket gelang bisa masuk. (Foto: Ist/koleksi Wina Armada Sukardi) |
Berlagak Dungu
DI DEPAN kami rupanya masih ada yang berdiri. Saya tegur
supaya pindah, atau mereka menonton sambil berjongkok atau duduk di tangga.
Sebagian besar menurut atau pindah tempat. Satu dua orang berlagak _bego _ atau berlagak dungu, bahkan ada
memperlihatkan sikap tidak suka. Hanya lantaran saya perlihatkan sikap tegar
dan tegas, mereka tak melanjutkan melawan.
Beberapa saat sebelum pertandingan dimulai, saya berdiri
juga. Penonton di belakang saya, langsung komplain.
“Duduk!” kata
penonton di belakang saya itu. Ini yang memang saya mau.
“Gimana mau duduk! Tuh lihat pada berdiri di depan di situ!
Mana saya bisa melihat. Suruh mereka duduk dulu donga!”jawab saya keras.
Dari sana saya kembali minta orang yang berdiri tanpa gelang
tiket untuk duduk. Lalu, saya tunjuk orang yang di belakang saya minta saya gak
berdiri. Dengan raut muka masem, orang itu bergeser sedikit ke tangga membuka
pemandangan kami.
Selama pertandingan ada saja penonton, yang umumnya tanpa gelang
tiket, menghalangi kami. Terpaksalah kami minta mereka duduk di lantai atau
menyingkir.
Setelah turun minum baru orang-orang di depan kami pindah,
entah kemana. Tetapi sepanjang tangga
masih penuh penonton yang berdiri.
Perlu Diberi Sanksi Tegas
Seusai pertandingan, kami masih melihat peristiwa
lanjutannya. Ada penonton yang tiba-tiba berlari nekat dapat menerobos barikade penjagaan.
Dari kabar, belakangan dia mengaku fans yang mau berfoto dengan idolanya. Niat
itu sempat terlaksana. Hasilnya, dia pasang di media sosialnya.
Lolosnya penonton ini memperingatkan kepada kita, para
penjaga harus benar-benar waspada,
bahkan ketika pertandingan telah usia. Penonton yang lolos, memanfaatkan celah
penjagaan yang mengurangi kewaspadaan lantaran merasa pertandingan sudah usai
Berikutnya kepada penonton tersebut, demi persepakbolaan Indonesia,
harus ditindak tegas. Selain perlu diberi sanksi tidak boleh menonton
pertandingan sepak bola langsung cukup lama, misal lima tahunan, juga supaya
jera dikenakan hukuman lainnya. Hal ini karena tindakanan dapat merusak sepak
bola Indonesia. Kesebelasan asing menjadi dapat tidak percaya kepada keamanaan
Indonesia. Bisa juga membuat kalut para pemain di lapangan.
Begitu juga agar ke depan perbuatan ini tidak menjadi
preseden. Jika satu penonton diperbolehkan, dapat diduga ke depan akan banyak
penonton lain yang meniru coba-coba juga. Toh, tidak ditindak apa-apa, mereka
dapat berpikir brgitu.
Kami masih menyaksikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) turun
ke lapangan menyalami pemain kesebelasan Indonesia. Para penonton di sisi kami
pun berteriak-teriak,”Jokowi-Jokowi!”
Sebelumnya penonton lebih dahulu berteriak “Messi, Messi….”
Tanpa dikomando penonton pun juga berteriak-teriak,”Arhan, Arhan…”
Sewaktu Shin Ta Young memimpin pasukan keliking stafion,
penonton kembali berteriak-teriak “Shin Ta young, Shin Ta young..!”
Pintu Gerbang Tidak
Terbuka
Sesudah seluruh acara selesai, kami pun pulang keluar
stadion. Proses ke luar stadion berjalan lancar namun di pintu gerbang ke luar
ada sedikit masalah.
Penonton menunpuk dan mengular di sana. Mulai terjadi sedikit
dorong-dorongan. Penyebabnya pintu pagar di sebelah kami keluar hanya dua yang
dibuka. Padahal pintunya kecil. Akibatnya arus penonton tersendat seperti leher
botol. Untung tidak terjadi apa-apa.
Beberapa penonton berteriak,”Panitia belum siap sepenuhnya.”
Ada juga yang bersuara keras,”Awas ingat Kahajuruan.”
Seusai melewati pagar ini, lancar. Kami berjalan kaki dan
menyeberang Jalan Jenderal Sudirman melalui stasion MRT ke SCBD. Selanjutnya, kami menunggu jemputan di depan lobi mall Pasific
Place.
Kendati secara keseluruhan penyelenggaran pertandingan
kesebelasan Indonesia versus juara dunia relatif bagus, tetapi bukan tanpa kekurangan. Masih banyak penonton
tanpa karcis berhasil menerobos pemeriksaan. Masih banyak penoton yang berdiri
mengganggu nikmatnya nonton langsung di stadion. Petunjuk yang minim yakni raw
dan nomer kursi menyebabkan penoton masih banyak yang bingung, terutama yang
dari daerah.
Demikian juga tidak dibukanya semua pintu gerbang waktu
bubar dapat saja membawa malapetakan yang tidak diduga.
Bukan Kesebelasan Kaleng-Kaleng
Pertandingannya sendiri, sebagaimana telah disiarkan dan dibahas
luas di berbagai media, berlangsung dalam atmosfir menenggangkan, khususnya
bagi penonton Indonesia. Sebenarnya kesebelasan Argentina “gagal” menembus
pertahanan Indonesia melalui cara normal. Dua gol yang melesat ke gawang
Indonesia melalui “cannon ball” atau tembakan meriam jarah jauh, dan bola mati
dari tendangan penjuru. Selebihnya berbagai
usaha Argentina mentok.
Indonesia sendiri memikiki dua peluang emas. Pertama 90
persen harus sudah terkonvensi menjadil gol, tetapi tendangan pemain Indonesia
(Ivan Jenner) masih lemah sehingga berhasil ditahan penjaga gawang Argentina.
Peluang kedua dari “lemparan khas” Arhan yang berhasil
disundul dengan baik oleh Elkan Bagot, tapi berhasil ditip atau ditepis dengan
satu tangan sambil terbang oleh penjaga gawang Argentina. Penyelamatan ini
dijadikan foto di media sosial penjaga terbaik kejuaraaan dunia tersebut,
pertanda itu penyelamatan yang gemilang.
Laga Indonesia lawan Argentina setidaknya menunjukkan,
kesebelasan Indonesia kini bukan kelas kaleng-kaleng lagi. Biarpun peringkat
Indonesia masih di 150.
Bermanfaat
Meskipun harus merogoh kocek lima juta dolar U$, atau
sekitar Rp 75 miliar, kehadiran kesebelasan
Argentina memberikan banyak arti di sisi Indonesia. Pertama, dari segi
finansial, pastilah panitia tidak rugi. Penjualan hak siaran televisi dan
sponsorship sudah lebih dari biaya mendatangkan kesebelan Argentina.
Omzet dari pertandingan ini diperkirakan mencapai Rp 1
trilyun. Di tengah kesulitan perekonomian, perputaran uang membantu banyak
masyarakat mendapat penghasilan tambahan
yang lumayan.
Kedatangan kesebelasan Argentina ke Indonesia juga menjadi
promosi besar-besar yang yang gratis.
Hampir media di seluruh dunia melaporkan pertandingan ini. Sebelumnya, banyak
pula media asing menulis tentang budaya atau kuliner Indonesia gegara menyambut
pertandingan ini.
Perlu digarisbawahi, lantaran promosi dilakukan oleh media
seluruh dunia secara independen, laporan dianggap masyarakat dunia terpercaya.
Valid. Sebuah promosi yang sulit dilakukan, kalau dibayar sekalipun.
Dan yang tidak kalah penting di aspek persepakbolaan
sendiri. Dunia menjadi lebih mahfunn Indonesia memiliki infrastruktur sepakbola
modern yang tidak kalah dari banyak negara lain. Kemegawahan Stadion
Gelora Bung Karno kembali mendunia.
Bahkan para pemain Argentina pun terlejut Indonesia memiliki sarana sepak bola
yang demikian hebat.
Akhirnya, para pemain
kesebelasan Indonesia, mendapat pelajaran yang mewah. Untuk sukses tidak boleh
minder, harus kerja keras sampai limit kemampuan terakir, harus menjaga
kerjasama dan menjauhkan egoisme.
Satu lagi, Indonesia masih harus mencari “bomber” atau penyerang tengah yang oportunis, yang begitu ada kesempatan langsung mampu membobol gawang, dari kesebelasan manapun. (***) (habis)
Penulis adalah wartawan senior dan analis sepak bola.
0 Comments