Berita Terkini

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Sketsa Serba-Serbi Sholat Subuh (20): Tausiah Minggu Subuh Dengan Hidangan Makanan Kecil

Wina Armada Sukardi. 
(Foto: Istimewa)  


Oleh: Wina Armada Sukardi

 

TELAH bertahun-tahun setelah sholat subuh pada hari Minggu, di mesjid kami dilanjutkan dengan ceramah atau tausiah oleh Pak Ustadz Satari Mar’uf, ketua pengurus Dewan  Mesjid kami.  Setelah ritual sholat subuh, para jemaah mundur beberapa shaf, biasanya ke shaf kelima atau keenam. Sedangkan Pak Ustadz kemudian duduk di kursi mimbar yang memang khusus dibuat untuk acara ini.

Mimbar diletakan tiga shaf kosong di hadapan para jemaah. Atau shaf kedua dari depan. Mimbarnya pendek sehingga sesuai dengan tinggi badan yang duduk di kursi.

Acara ini, menurut Pak Ustadz sendiri, pertama-tama untuk silahturahmi para jemaah. Kemudian buat saling mengingatkan dan berbagi ilmu. Biasanya tousiah berlangsung sekitar kurang lebih 30  menitan. Para jemaah yang duduk santai menyimak  dengan cermat yang dikemukakan Pak Ustadz.

Di luar materi tausihanya, ada hal yang yang juga  menarik. Ketika Pak Ustadz sedang menguraikan bahan pembicaraan, para jemaah dibagikan  boks kertas kartun berisi kue. Biasanya isinya tiga macem. Sekali-kali, jika ada yang menyumbang, jumlah dapat menjadi enam macam.

Selain dibagi boks panganan, kami disuguhi minum teh panas manis. Bagi jemaah yang tidak minum air teh manis, boleh pilih air putih.

Selama pembagian makan dan minum, “ceramah” tetap  berjalan. Tak ada yang saling mengganggu.  Sekali-kali penceramah  malah mengatakab, ”Ayo, kita minum dulu suguhanya!”

Sebelumnya,  dalam beberapa selingan tausiahnya, Pak Ustadz menjelaskan selain urusan-urusan aqidah dan ibadah, umat Islam juga diajarkan untuk memperhatikan urusan-suruan dunia. Dan untuk urusan dunia ini, kata Pak Ustadz, manusia diberikan pengetahuan apa yang baik bagi manusia itu, dan atau kelompoknya. Pembagian snack dan minuman adalah bagian dari urusan dunia agar kita juga dapat merasa senang.

Demikianlah sudah berlangsung lama setiap minggu ba’da sholat subuh, di mesjid kami diadakan tausiah dengan juga menyajikan suguhan pangan snack. Biasanya jemaah hanya minum saja, sedangkan boksnya dibawa pulang. 

Jadi, ketika pulang sebagian besar jemaah membawa pulang “oleh-oleh.” Dari raut wajah dan gestur tubuhnya kentara para jemaah bersuka cita membawa makanan dari mesjid, termasuk hamba ini.

Dalam kebudaayaan orang Indonesia, membawa “oleh-oleh” atawa “berkat” dari suatu acara,  merupakan kebiasaan atau tradisi yang kuat. Walaupun “oleh-oleh” atau “berkat” yang dibawa sebenarnya dapat dibeli dengan mudah, baik kesediaan maupun harganya, tapi buah tangan itu mempunyai nilai yang khas yang menyenangkan keluarga yang menerimanya. Maka para jemaah pun membawa pulang boksnya demgan senang hati.

Adapun minumnya ketika ke luar dari mesjid, pengurus mesjid sudah menyediakan petugas yang membawa katong plastik besar untuk tempat bekas minuman. Para jemaah membawa minumannya masing-masing waktu pulang dan nenempatkanya ke kantong plastik itu. Dengan demikian mesjid tetap bersih.

Memang acara ini bukanlah bagian dari kewajiban atau sunah dalam sholat subuh, tapi merupakan kegiatan tersendiri yang memberikan kemanfaatan buat jemaat. Sifatnya juga sukarela dan elastis. Jika setelah sholat subuh, kita ada keperluaan lain, kita boleh tidak ikut acara ini. Bebas saja. Bahkan kalau kita tidak ikut acaranya, tapi mau bawa pulang berkatnya juga boleh….

     Oh ya, tentu ketika bulan puasa, kegiatan ibi sementara ditiadakan.

     T a b i k.*

 

Penulis adalah wartawan dan advokat senior serta Dewan Pakar Pengurus Pusat Muhammadiyah. Tulisan ini merupakan repotase/opini pribadi.


Post a Comment

0 Comments