![]() |
Artis senior Widyawati dan Wina Armada dalam suatu kesempatan. (Foto: Ist/koleksi pribadi) |
Ini sekadar catatan tercecer dari HPN.
MANAKALA acara puncak Hari Pers Nasional (HPN) di Medan, Sumatera Utara, pada 9 Februari 2023, penulis
menyaksikan beberapa komisaris Badan Usaha Milik Negara (BUMN) duduk di deretan
tengah barisan paling depan. Mereka pun
menikmati hal tersebut.
Juga masih bertindak layaknya wartawan. Wartawan? Ya.
Maklumlah mereka memang mantan wartawan
senior, dan bahkan pernah menjadi Pemimpin Redaksi (Pemred). Maka mereka pun masih berpenampilan dan bergaya layaknya sebagai wartawan.
Mereka agaknya lupa sudah menyandang jabatan komisaris di
BUMN. Sebagai pejabat komisaris BUMN bagaimana mereka masih independen?
Hemat penulis, posisi mereka duduk paling depan, tepat di
belakang Presiden RI Joko Widodo, sudah
tak pantas. Walaupun mereka mantan wartawan senior, bahkan pernah jadi
Pemred, bagaimanapun mereka sudah memilih jabatan di komisaris salah satu BUMN.
Dengan begitu secara organisasi posisi mereka di bawah Menteri
Negara (Meneg) BUMN dan jajarannya, termasuk di bawah deputi dan direktur
Kementerian BUMN .
Mereka harus patuh kepada para atasannya. Mereka harus
menyesuaikan diri dengan budaya perusahaan negara.
Mereka bukanlah wartawan murni lagi. Mereka sudah
menjadi pejabat pemerintah. Bagaimana
kemudian mereka lantas mendapat kehormatan didudukan di deretan bangku tengah
paling depan. Lebih tidak pantas lagi, penulis mendengar dari panitia, mereka
sendiri yang memilih tempat itu. Wuihh.
Dari pejabat di Sumatera Utara (Sumut), penulis juga
mendapat informasi, mereka berjumpa pula secara khusus dengan para pejabat di
Sumut. Tentu dalam kapasitas sebagai wartawan. Hebat kali…
Seharusnya, kita patuh dengan pikiran kita sejak dalam
pikiran. Kalau kita mau mengambil posisi wartawan, yang konsukuen dengan sikap
kita sebagai wartawan. Sebaliknya jika kita mau menjadi komisari BUMN, kita
juga harus patut terhadap semua konsukuensinya, antara lain kita bukan lagi
wartawan yang independen, bahkan mungkin bukan wartawan lagi.
Jangan mau ambil enaknya sendiri. semua. Fasilitas dan gaji
di BUMN diterima, tapi status wartawan tetap disandang dengan gagah perkasa.
Penulis adalah pakar Hukum Pers dan Kode Etik Jurnalistik.
0 Comments