Berita Terkini

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ketua Umum PWI Pusat Akan Tampilkan Program Khusus Pada Peringatan HPN 2023 Di Medan

Diskusi berlangsung serius dan dinamis 
jelang HPN 2023 di Kota Medan. 
(Foto: Istimewa)  

NET – Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Atal S. Depari mengatakan ingin memperkuat program terutama di luar agenda utama pelaksanaan Hari Pers Nasional (HPN) 2023 sebelum acara puncak yang dihadiri Presiden, akan ada sejumlah kegiatan lainnya.

Hal itu dikatakan Atal saat pertemuan dengan lintas unsur strategis bersama Ketua PWI Sumut Farianda Putra Sinik di Medan, Sumut, Rabu (9/11/2022) malam.

Pertemuan penuh kekerabatan tersebut guna menyongsong pelaksanaan HPN 2023 di Medan, Sumatera Utara (Sumut) pada 7 - 9 Februari 2023.

Pertemuan dan diskusi kali ini bersama pakar dan dosen senior Ilmu Komunikasi Dr. H. Sakhyan Asmara MSP, pakar sejarah Unimed Prof Dr Ichwan Azhari, mantan Kadis Kominfo Sumut Dr Eddy Syofian MAP, dan Plt Kadis Kominfo Sumut Ilyas Sitorus dan praktisi pers Zulfikar Tanjung.

Dalam pertemuan itu, Ketua Umum PWI Pusat didampingi Muhammad Ihsan (Bendahara Umum), Wakil Bendahara Umum Edi Yoga, dan Ketua PWI Sumut meminta masukan agar mendapatkan penguatan pada momentum penyelenggaraan Hari Pers Nasional di Medan.

Dengan berbagai masukan sehingga dapat memberikan dampak positif bagi bangsa dan negara khususnya bagi insan pers di Indonesia

Pada diskusi tersebut muncul beberapa bahasan penting antara lain kemungkinan adanya dihasilkan suatu sikap atau kebijakan tentang pers pada HPN di Sumut. Misalnya Deklarasi Pers Medan, pengusulan berdirinya Monumen Pers yang memanfaatkan salah satu gedung bersejarah tempat kantor redaksi surat kabar pada zaman Belanda De Sumatera Post, menggelar Pameran 100 tahun persuratkabaran di Sumut, UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah), hiburan rakyat dan sebagainya.

Prof Ichwan Azhari menguraikan bagaimana kehidupan pers sejak zaman sebelum kemerdekaan sampai saat ini di Sumatera Utara.

Ichwan menggambarkan di Sumatera Utara terdapat tidak kurang 135 penerbitan pers yang pernah ada dan tersebar mulai dari Langkat sampai Mandailing Natal. Pada zaman Hindia Belanda, pers yang terbit di Sumatera Utara, hampir semua menunjukkan militansinya menginformasikan semangat juang untuk meraih kemerdekaan.

Meski dalam suasana penjajahan, tetapi pers di Sumatera Utara dengan lihai memainkan bahasa-bahasa jurnalistik yang mampu memancing semangat juang bangsa Indonesia di Sumatera Utara. Tetapi tidak dapat didelik sebagai pelanggaran karena menggunakan gaya bahasa jurnalistik yang unik dan mengesankan.

Pakar sejarah yang sangat terkenal di Medan itu, menguraikan bagaimana pers di Sumatera Utara mampu menyajikan trik trik pemberitaan dan informasi yang dapat menarik dan mengikat pembaca, secara sosial, politik maupun ekonomi. 

Di sinilah menurut Ichwan benang merah sejarah kelahiran pers nasional yang melahirkan para tokoh pers nasional seperti Adinegoro, Parada Harahap, H Adam Malik, Mangaraja Salemboewe, sampai pada masa era kemerdekaan seperti Mohammad Said, Ani Idrus, Arif Lubis, Ibrahim Sinik, GM Panggabean, Zahari dan lainnya.

Itulah sebabnya kata Icwan bila bicara pers nasional tidak bisa dilepaskan dari perjuangan pers di Sumatera Utara. Pers perjuangan yang penuh idealisme, menjadi ciri khas pers di Sumatera Utara yang diharapkan dapat terus dipelihara dalam kehidupan pers Indonesia dewasa ini.

Sementara itu Dosen Senior Komunikasi Sumatera Utara dan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Pembangunan (STIKP) Medan Sakhyan Asmara, menggaris bawahi pernyataan Ichwan Azhari, sebab masyarakat saat ini merindiukan pers nasional dan juga pers lokal yang bebas, berintegritas dan memiliki idealisme yang tinggi.

Perkembangan kehidupan pers saat ini menurut Sakhyan berada diantara idealisme dan pragmatisme, sehingga fungsi pers sebagai pengawasan sosial menjadi tergangggu.

Hal itu tidak bisa dihindari karena perkembangan tuntutan zaman dan juga perkembangan siatuasi kehidupan perekonomian bangsa Indonesia.

Corak pers saat ini menurut Sakhyan sangat mudah dikenal dan diketahui isi pemberitaan atau informasinya. Bila kita mengetahi siapa pemilik modal dibelakang suatu penerbitan pers, maka corak informasi dan pemberitaannya juga tidak akan lari dari profil pemodal yang mengidupkan penerbitan pers tersebut.

Oleh sebab itu, Sakhyan berharap perlu ada terobosan baik dalam bentuk penyempurnaan regulasi tentang pers yang mampu mempertegas eksistensi penerbitan pers dan para jurnalis, maupun pelbagai upaya yang mampu meningkatkan kualitas sumberdaya insan pers nasional  sehingga cita-cita untuk membangun Pers yang merdeka tapi bermartabat akan dapat tercapai.

Ketum PWI Atal S Depari mencatat semua masukan itu dan akan digodok dan di-breakdown dalam bentuk kegiatan yang akan dituangkan dalam HPN 2023 di Sumut. (*/pur)


Post a Comment

0 Comments