Bamsoet, Kapolri Jenderal Sigit Listyo Prabowo, Japto Suryosumarno, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dan Menpora Zainuddin Amali. (Foto: Istimewa) |
Salah satu faktor ini jugalah yang membuat Presiden Joko
Widodo dan Wakil Presiden KH Maruf Amin berkenan menjadi bagian dari keluarga
besar Pemuda Pancasila, dengan diangkat sebagai Anggota Kehormatan.
"Rasa bangga dan syukur tersebut, tidak boleh
menjadikan keluarga besar Pemuda Pancasila lalai dan abai," ujar Bambang
Soesatyo (Bamsoet) usai mendampingin Ketua Umum Pemuda Pancasila Japto
Soerjosoemarno peresmian kantor Majelis Pimpinan Nasional (MPN) Pemuda
Pancasila, di kawasan Menteng Jakarta Pusat, Sabtu (1/10/2022).
Saat ini, kata Bamsoet, setelah lewat tiga perempat abad
usia kemerdekaan, dan ditengah modernitas zaman yang terus melaju, tantangan
menjaga dan merawat Pancasila tidak menjadi semakin mudah, bahkan justru kian
terasa berat. Mengingat kehidupan kebangsaan diperhadapkan pada berbagai
paradigma, yang menjadi anti-thesis dari nilai-nilai luhur Pancasila.
Hadir antara lain; Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin
Amali, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Kapolri Jenderal Listyo Sigit
Prabowo, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Ketua Umum DPP Partai Perindo
Hary Tanoesoedibjo serta Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Agung Laksono.
Sementara Pengurus MPN Pemuda Pancasila hadir antara lain
Ketua Umum Japto Soerjosoemarno, Bendahara Umum Popo Parulian, Sekjen Arif
Rahman, Wakil Ketua Umum Ahmad Ali dan Arsjad Rasjid, serta pengurus lainnya.
Ketua DPR RI ke-20 itu menjelaskan satu hal yang menjadi
catatan penting adalah persoalan mendasar dalam internalisasi nilai-nilai
Pancasila, khususnya bagi generasi muda bangsa, adalah 'miskinnya' keteladanan.
Penitikberatan fokus perhatian pada generasi muda bangsa sangat penting,
mengingat saat ini bangsa Indonesia telah menapakkan kaki pada fase bonus
demografi, di mana komposisi penduduk didominasi oleh kelompok usia produktif
yang mayoritasnya adalah generasi muda.
"Diperkirakan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2045
mencapai 319 juta jiwa, sekitar 70 persen atau sebanyak 223 juta jiwa adalah
kelompok usia produktif. Jika tidak dikelola dengan baik, bonus demografi
tersebut malah akan menjadi bencana demografi, sebagaimana dialami Brazil dan
Afrika Selatan. Tidak ada salahnya kita belajar dari Korea Selatan, Tiongkok
dan Jepang, yang pernah berhasil memanfaatkan bonus demografinya untuk
meningkatkan kemakmuran rakyat," jelas Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar itu menerangkan generasi muda
bangsa bukanlah generasi yang mudah percaya dengan bahasa verbal, seruan
slogan, dan parade baliho yang sarat simbolisasi. Salah satu yang dibutuhkan
generasi muda adalah sebuah role model yang dapat menjadi contoh dalam
mengimplementasikan Pancasila dalam ranah realita.
"Karena itu, segenap kader Pemuda Pancasila harus
membumikan Pancasila dalam setiap dimensi kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Tidak perlu muluk-muluk, tetapi nyata," pungkas Bamsoet. (*/pur)
0 Comments