Berita Terkini

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Memotret Model Pendidikan Keluarga Nabi Ibrahim Alahissalam

Dr. Zulkifli, MA 
(Foto: Ist/koleksi pribadi)  


 
Oleh: Dr. Zulkifli, MA

 


SALAH satu yang amat kita butuhkan dalam hidup ini adalah mendapatkan sosok figur-figur teladan yang bisa memberi warna positif dalam kehidupan pribadi, keluarga bahkan masyarakat. Oleh karena itu, Allah SWT menjadikan sosok Nabi Ibraim Alahissalam dan keluarga sebagai figur teladan sepanjang masa, Allah SWT berfirman dalam Surat 60:4

Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya Kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, Kami ingkari (kekafiran)-mu dan telah nyata antara Kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.

Kecuali Perkataan Ibrahim kepada bapaknya,"Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatu pun dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan Kami hanya kepada Engkaulah Kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah Kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah Kami kembali."

Setiap orangtua pada hakikatnya mendambakan keturunan yang saleh, cerdas, serta bermanfaat bagi keluarga dan lingkungan. Untuk mendapatkan keturunan atau generasi yang saleh dan salehah harus mendapatkan pembinaan serta pendidikan yang baik sesuai arahan tuntunan Al-Qur’an dan Hadits.

Dalam memberikan pengajaran Al-Qur’an memberikan resep bagaimana cara membina dan mendidik anak menjadi saleh dan salehah. Salah satu model pendidikan itu disematkan kepada keluarga Nabi Ibrahim Alaihissalam, melalui potret wanita yang salehah yaitu Siti Hajar - istri Nabi Ibrahim Alaihissalam, Ibunda Nabi Ismail Alaihissalam.

Sosok Siti Hajar adalah wanita yang sederhana bukan wanita yang cantik, dan bukan wanita berkecukupan. Siti Hajar merupakan potret wanita yang beriman kepada Allah SWT, taat dan patuh, memiliki hati yang mulia, dan akhlak terpuji. Nabi Ibrahim Alaihissalam tipe yang mengedepankan pilihan sosok perempuan yang beriman dan memiliki akhlak terpuji.

Pertama karena dari wanita yang salehah akan lahir generasi yang saleh dan salehah. Tanpa kesalehan Istri mustahil akan mendapatkan keturunan yang baik. Karena Ibu merupakan madrasah pertama sebelum anak itu mengenal bangku sekolahan anak akan mendapatkan pendidikan dikeluarga (Al-Ummu Madrasatul Ula).

Kedua, sebagai  orangtua Nabi Ibrahim dan Siti Hajar selalu bermunajat berdoa kepada Allah SWT, agar diberikan keturunan yang saleh  dan salehah, sebagai mana Allah berfirman Surat 37:100

Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang Termasuk orang-orang yang saleh.

Ayat diatas memiliki makna dalam membina dan mengajarkan anak tidak bisa dengan usaha saja, tetapi semua itu kita minta pertolongan dan bantuan Allah SWT.

Ketiga Model pendidikan keluarga Nabi Ibrahim Alaihissalam adalah meberikan keteladanan kepada keturunannya dan merupakan kunci sukses dalam berkeluarga. Dalam Ilmu Jiwa perkembangan anak tak lepas dari peranan kedua orangtua karena apa yang dilihat, didengar serta yang diajarkan oleh kedua orangtua pasti anak akan mengikuti.

Ibunda Nabi Ismail adalah Siti Hajar, sosok wanita pekerja keras serta wanita yang taat kepada Allah SWT. Siti Hajar merupakan wanita yang penyayang, sabar yang tiada batas. Siti Hajar tidak goyah ketika diuji oleh Allah SWT. Pada saat Nabi Ibrahim Alaihissalam pergi untuk menerima wahyu dengan perbekalan secukupnya di tengah gurun yang tandus tanpa ada seorangpun di sana.

Perjuangan Siti Hajar dari bukit safa dan marwa merupakan bukti syiar agama Allah SWT. Atinya, dalam kehidupan ini manusia diajarkan untuk bisa mendapatkan sesuatu harus dengan usaha yang halal dan baik, panduan kehidupan harus jujur dan doa. Nabi Ibrahim sosok orangtua yang ramah dan tidak memaksakan kehendak atau tidak otoriter, pendekatan yang dipakai adalah diskusi. Sebagaimana Allah SWT berfirman Surat 37:102

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku, Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku, Termasuk orang-orang yang sabar".

 Ayat di atas menerangkan Sikap Nabi Ibrahim Alaihissalam terhadap mimpi yang didiskusikan terlebih dahulu terhadap anaknya. Artinya, demokratis dan komunikasi kepada anak, bukan langsung mengambil keputusan. Bahasa Nabi Ibrahim dalam ayat tersebut,”Ya bunnaya, wahai anakku saying”. Kata tersebut merupakan panggilan kasih sayang dengan komunikasi yang baik maka Nabi Ismail berbicara dengan lemah lembut juga kepada Ayahnya,”Wahai Ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah Ayah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Dilihat dari pembicaraan mereka berdua, sosok Nabi Ibrahim sosok orangtua yang memiliki kharismatik ditakuti, disayangi, dihormati dan sosok guru yang diidolakan anaknya.

Ketika kita memperingati hari raya Idul Qurban, maka kita tidak bisa melupakan sejarah Nabi Ibrahim Alaihissalam sebagai sosok pemuda ideal pada saat ia menjadi pemuda, maka sifat kejujurannya menjadi modal dalam interaksi sosial. Ketika menjadi sosok orangtua iapun sempurna saat ia menjadi orangtua, komunikasi dan keteladan selalu dibangun, sebagaimana Al-Qur’an Surat 37:101

“Maka Kami beri Dia khabar gembira dengan seorang anak yang Amat sabar”.

 Sebagai sosok pempimpin di zamannya bersifat profesional dan adil, bukan dijadikan jabatan itu sebagai alat mengumpulkan kekayaan atau bagi bagi jabatan kepada keluarga atau saudara terdekat tetapi semuanya disandarkan kepada kebenaran dan kejujuran. Pada saat nabi Ibrahim menjadi pemuda ia kritis dan dinamis, ia mampu memaknai kebenaran yang sesungguhnya dan menegakkan kebenaran.

Nabi Ibrahim mampu menegakkan kebenaran dalam pencarian tuhannya. Iya memakai kecerdasan intelektualnya dalam mencari Allah dan menumpas kemusyrikan tentunya dengan diplomatis, tegas, dan masuk akal. Nabi Ibrahim cerdas emosionalnya dan cerdik dalam melawan raja Namruz, kecerdasannya spiritualnya ia gunakan segalanya untuk Allah SWT, maka Allah memberikan Khalilullah (kekasih Allah).

Maka untuk para orangtua jadikan cara pendidikan Nabi Ibrahim sebagai Top Model dalam berkeluarga karena dalam dirinya terdapat sifat dinamis, berfikir akademisi, bermental kritis tetap etis dan masuk akal. Maka kalaulah kita lihat Nabi Ismail tidak jauh sifatnya seperti ayahnya penyabar, akhlak dan budi pekertinya baik dan tegas.

Pribahasa mengatakan buah tidak jauh jatuhnya dari pohonnya, semua karena dalam diri Nabi Ibrahim memiliki Iman dan Taqwa dibalut keikhlasan dan kesabaran. Nabi Ismail sebagai sosok anak yang saleh dan patuh. Jika ada pemuda yang kurang baik di masa sekarang, maka solusinya orangtuanya harus banyak intopeksi diri.

Keempat, Model pendidikan yang diajarkan Nabi Ibrahim Alaihissalam adalah memilih lingkungan yang baik. Perkembangan mental anak dipengaruhi oleh faktor keluarga dan lingkungan. Jika lingkungan baik akan muda membentuk karakter anak dan prilaku anak. Memilih sekolah yang baik, mengawasi pergaulan anak akan mudah mengarahkan dan membimbing menjadi kepribadian yang Islami. Semoga kita mampu menjadi sosok pemimpin yang teladan bagi keluarga kita dan masyarakat dengan adil dan benar, wallahu a’lam bishawwab. (***)

 

Penulis adalah Dosen Tetap Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Tangerang dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

 

Post a Comment

0 Comments