Anwar Abbas dan LBH PP Muhmmadiyah saat menerima petani Pulau Laut Tengah. (Foto: Istimewa) |
Mereka didampingi oleh Prof Denny Indrayana dan Swary Utami
Dewi dari Lembaga Pembela Hak Sipil dan
Politik diterima oleh Ketua PP Muhammadiyah Jakarta Dr. Anwar Abbas didampingi
Layanan Bantuan Hukum (LBH) PP Muhammadiyah di kantor PP Muhammadiyah, Jalan
Menteng Raya, Jakarta, Jumat (17/6/2022) .
Anwar Abbas setelah mendengar ungkapan warga tentang adanya
perampasan tanah dan perkebunan sebagai tempat mencari kehidupan bagi petani,
menaruh perhatian khusus dan bahkan merasa prihatin.
“Kita tidak bisa
membiarkan hak-hak rakyat dirampas begitu saja. Meski hal ini tidak mudah tapi
kita harus melakukan sesuatu,” tutur Anwar Abbas di hadapan warga Pulau Laut,
Kabupaten Kotabaru.
Ri, warga Pulau Laut Tengah, mengatakan
tanah berupa kebun sawit seluas 2 hektare yang hasilnya digunakan untuk
kebutuhan keluarga diambil paksa oleh PT MSAM. Setelah pengambilan alihan tanah
tersebut, upaya mendapat kembali sulit karena semua berpihak kepada pengusaha.
“Saya pensiunan setelah
lahan diambil, sulit sekali untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Anak saya masih
sekolah dan kuliah. Belum lagi ada intimidasi dari pihak tertentu meski, kami
berjuangan untuk mendapatkan hak yang diambil pihak lain,” ucap Ri.
So, warga Pulau Laut Tengah, Kabupaten Kotabaru, menyebutkan
hampir putus asa menghadapi pengusaha yang tidak berbuat baik. “Banyak jalan yang
sudah kami tempuh namun belum menunjukkan hasil,” ucap So sembari
mengusap matanya.
Hal senada disampaikan pula oleh Kn, meski warga
tanah dan perkebunan ada tapi untuk mengambil hasilnya kesulitan. Sebab, akses
jalan ditutup dan bila ada jalan bahkan dirusak. Akhirnya, warga bekerja sama
untuk mengambil dan mengangkut hasil panen dengan oknum tertentu.
“Oknum tersebut minta bagian yang cukup besar. Alhasil panen
petani baik sawit maupun buah-buahan lebih banyak dinikmati oleh oknum yang
keberja kepada pengusaha jahat itu,” ungkap Kn.
Koordinator Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Kalsel
Kisworo yang iktu rombongan mengatakan upaya untuk mengembalikan hak-hak
petani, selalu mengalami kesulitan. “Seolah-olah semua institusi Pemerintah,
dan hukum sudah terkontaminasi. Sudah tidak ada lagi yang berpihak warga dan
peduli lagi terhadap kehidupan petani yang hak hidup mereka dirampas,” ucap
Kisworo.
Kisworo mengatakan untuk mengembalikan hak-hak warga dan
petani sudah sering menerima ancaman dan pukulan. “Saya sudah sering berurusan
dengan polisi untuk memperjuangan rakyat kecil. Saya dan kawan-kawan terus
berjuang. Saya yakin kebathilan itu akan kalah pada waktunya,” tutur Kisworo
bersemangat. (*/pur)
0 Comments