Presiden Joko Widodo menerima gerabah berisi tanah yang diserahkan Wagub Banten Andika Hazrumy. (Foto: Istimewa) |
Tanah yang berasal dari tanah wiwitan Baduy, Kabupaten Lebak
dan dari Keraton Surosowan, Banten Lama, Kota Serang dikemas dalam sebuah
tembikar atau gerabah tanah liat berwarna gelap. Adapun air yang diambil dari
kawasan Tirtayasa, Kabupaten Serang dikemas dalam kendi tanah liat yang juga
berwarna gelap.
Dari tayangan kanal Youtube Sekretariat Presiden yang
menanyangkan secara langsung prosesi tersebut tampak Presiden Jokowi menerima
tembikar berisi tanah terlebih dahulu, untuk kemudian dituangkan Jokowi ke
dalam sebuah gerabah besar berwarna tembaga.
Berikutnya Jokowi menuangkan Air Tirtayasa dari dalam kendi
yang diserahkan Andika ke dalam gerabah besar berwarna tembaga tersebut. Andika
mendapat giliran ke-15 menyerahkan tanah dan air dari Provinsi Banten dalam
prosesi tersebut, yakni setelah giliran Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi.
Andika yang mengenakan pakaian dinas lapangan Wakil Gubernur
Banten berwarna coklat tua tampak menjelaskan kepada Jokowi mengenai asal
muasal tanah dan air yang diserahkannya itu.
"Saya sampaikan ke Pak Presiden tadi bahwa tanah yang
kita bawa adalah tanah Wiwitan yang berasal dari Baduy dan tanah Surosowan dari
Keraton Surosowan di Banten Lama. Dan airnya dari kawasan Tirtayasa di
Kabupaten Serang, merujuk kepada Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Banten yang
merancang sistem pengairan persawahan tempo dulu," ujar Andika usai acara
saat dihubungi melalui ponselnya dari Kota Serang.
Terkait penggunaan tembikar dan kendi tanah liat sebagai
wadahnya, Andika mengatakan Presiden Jokowi sebelumnya memang meminta wadah
yang digunakan setiap provinsi harus berbeda sesuai dengan kebudayaan daerahnya
masing-masing.
"Gerabah dari tanah liat kan memang salah satunya
industri kerajinan di Banten yang berasal dari peradaban masa lalu,"
imbuhnya.
Prosesi penyerahan tanah dan air dari 34 provinsi itu
diawali dengan penyambutan Jokowi dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo oleh
Gubernur Kaltim Isran Noor. Keduanya disambut dengan prosesi penyambutan tamu
khas Kaltim yakni Jokowi dan Ibu Negara tampak diperciki air dari wadah khusus
oleh Gubernur Kaltim dengan menggunakan sejenis rerumputan.
Dalam menerima tanah dan air dari 34 Provinsi ini, Isran
tampak berdiri mendampingi Jokowi, selain satu orang yang berpakaian adat khas
Kaltim. Disebutkan narator kanal Youtube Sekretariat Presiden, dalam prosesi
tersebut juga dihadirkan para kesatria berbaju adat khas 33 provinsi
se-Indonesia, selain yang berbaju adat khas Kaltim tadi.
Tampak juga mendampingi Jokowi Ketua MPR RI Bambang Soesatyo
dan sejumlah menteri serta Kepala Lembaga Tinggi Negara. Mereka di antaranya
adalah Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, Menteri
Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahaladia, Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar, Menteri
PPN/Kepala Bappenas Suharso Monarfa dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono.
Kemudian, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Kepala Otorita
IKN Bambang Susantono, dan Wakil Kepala IKN Otorita IKN Dhony Rahajoe.
Usai prosesi 34 Kepala Daerah Provinsi tersebut tampak
dijamu makan siang oleh Jokowi di bawah tenda besar yang sengaja didirikan
masih di kawasan Nol Kilometer IKN Nusantara tersebut. Tampak Andika duduk satu
meja persis di sebelah kursi Jokowi. Bersama keduanya duduk menghadap satu meja
yang sama adalah Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Gubernur Kaltim Isran Noor, Kepala
Otorita IKN Nusantara Bambang Susantono dan wakilnya, Dhony Rahajoe.
Sebelumnya, Andika berangkat ke IKN Nusantara membawa serta
tembikar atau gerabah berisi tanah Wiwitan dari Baduy di Kabupaten Lebak dan
tanah Surosowan dari kawasan Keraton Surosowan, Banten Lama, Kota Serang.
Selain itu, Andika turut membawa kendi berisi air Tirtayasa
dari kawasan Tirtayasa, Kabupaten Serang.
Diungkapkan Andika, Provinsi Banten memilih membawa tanah dan
air dari Baduy dan Keraton Surosowan mengingat secara akar budaya, Banten
berasal dari dua tempat tersebut.
Andika menyebut keduanya sebagai cikal bakal peradaban
Banten. Adapun air yang diambil dari kawasan Tirtayasa mengingat sejarah
perairan di Banten sangat masyhur pada era Sultan Ageng Tirtyasa membangun
sistem pengairan persawahan di kawasan Tirtayasa tersebut. (*/pur)
0 Comments