KImTjoan dengan pernak pernik barongsai yang menjadi kebanggaannya. (Foto: Istimewa) |
Biasanya, menjelang penyambutan Tahun Baru Imlek belasan
topeng barongsai sudah laku. Tak terkecuali para pemain barongsai yang bisa
tampil di tiga lokasi dalam sehari. Mulai dari hotel, mal, hingga dipanggil
untuk tampil di rumah orang ternama.
Kondisi itulah yang dialami Kim Tjoan, 69, seorang pengrajin
topeng barongsai dari Kelurahan Sukajadi, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang.
Menjadi pengrajin sejak 1999 silam, Kim Tjoan mengaku pagebluk Covid-19 sangat
merenggut pendapatannya.
"Sebelum pandemi belasan bahkan hingga puluhan juta
saya dapati dari penjualan, penyewaan, dan orderan penampilan. Sekarang satu
set topeng laku saja udah bersyukur banget, kalau undangan tampil sama sekali
tidak ada," ungkap Kim Tjoan.
Selama pandemi, Kim Tjoan sudah tak lagi memproduksi topeng
barongsai yang baru. Ia bertahan, dengan stok belasan topeng yang ia miliki
hingga saat ini.
Mulai dari barongsai jenis bulu sintetis hingga bulu domba.
Mulai dari warna putih, merah, kuning, hijau, pink hingga barongsai warna hitam
yang infonya sering digunakan untuk acara-acara sakral.
Menjual mulai dari barongsai anak-anak dengan harga Rp 200
ribu, barongsai besar untuk dua pemain dengan bulu sintetis seharga Rp 2,5 juta
hingga bulu domba yang termahal dengan harga Rp 4,5 juta.
Kim Tjoan mengaku sudah tak mencari keuntungan. Pria dengan
15 cucu ini bertahan untuk sebuah pelestarian kebudayaan China.
"Walau pendapatan kian merosot, banyak teman pengrajin
beralih profesi. Kalau saya, akan bertahan untuk melestarikan kebudayaan
barongsai ini, hingga saya tutup mata nanti," tuturnya.
Sejak dulu menjadi pengrajin Barongsai Kim Tjoan tak melulu
perkara uang. Untuk tampil di Kota Tangerang bahkan terutama di Klenteng ia tak
pernah mematok harga.
"Kota Tangerang menjadi tempat saya tinggal, mungkin
lewat Barongsai saya bisa mengangkat nama Kota Tangerang. Kalau di Klenteng di situ
lah saya hidup," imbuhnya.
Kim berharap pandemi Covid-19 kian terkendalikan sehingga
berbagai event dan euforia Imlek bisa kembali normal.
"Kebudayaan China sebagai bagian identitas Kota
Tangerang. Semoga bisa terus dilestarikan dan dibanggakan Kota Tangerang.
Pengrajin dan pemain barongsai bisa kembali normal dengan pendapatan dan
aktivitasnya," harapnya. (*/pur)
0 Comments