Berita Terkini

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Psikopat Narsisistik Suka Bagi Bingkisan Dengan Melempar

Ilustrasi keceriaan selalu ada di mana pun.
(Foto: Ist/es.bingbunny.com) 

  

Oleh: Nur Hidayat

 

MEREKA yang suka memberi bingkisan dengan cara melempar, menurut  American Psychiatric Association, mengidap gangguan jiwa psikopat narsisistik. Mereka jauh berbeda dari karakter individu yang memiliki harga diri tinggi dan bernurani.

Orang jenis ini pandai bersilat lidah. Mereka tidak akan ragu-ragu untuk menipu orang banyak, lihai berbohong "tanpa mengubah ekspresi wajahnya" sedikit pun.

Pengidap psikopat narsisistik tidak ragu untuk menyalahkan orang lain atas kesalahan yang menjadi tanggung jawabnya. Meskipun dia menyadari bahwa tindakannya salah, tapi akan mengabaikan rasa bersalah tersebut. Dia tidak akan ragu untuk berbuat curang dan menjebak orang lain untuk mendapatkan keinginannya.

Hadiah yang sering dibagikan seorang psikopat narsisistik sebetulnya benar-benar hadiah untuk dirinya sendiri, "untuk kesenangannya sendiri". Bukan muncul dari rasa empati dan peduli. Dia tidak punya empati dan peduli di lubuk hatinya.

Dia "senang melihat kerumunan orang" berebut sesuatu yang dilemparkannya. Psikopat narsisistik gemar pamer bagi-bagi sesuatu didorong rasa takut kehilangan perhatian, dan kebutuhan untuk melanjutkan permainan manipulatifnya. Orang jenis ini mendambakan untuk terus-menerus jadi fokus perhatian.

Tatkala melakukan kunjungan ke Kelurahan Kalijaga, Cirebon, 31 Agustus 2021, untuk memantau aktivitas vaksinasi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga melempar bingkisan dari dalam mobil. Beberapa bingkisan jatuh di selokan. Tak tinggal diam, warga pun nekat turun ke selokan dan mengambil bingkisan itu.

Sebelum melemparnya dari dalam mobil, Jokowi juga membagi bingkisan itu kepada warga sambil berjalan. Warga pun berdesak-desakan demi mendapatkan bingkisan. Aksi saling dorong pun terjadi. Membuat petugas yang membantu membagikan sembako hampir kewalahan memberikannya kepada warga. Tak sedikit anak-anak yang dibawa sang ibu terjepit karena desakan itu.

Menanggapi hal itu, Ustadz Hilmi Firdaus meminta Jokowi agar mengevaluasi cara pembagian bingkisan kepada warga. "Pak Jokowi dan staf, mohon dievaluasi cara membagi-bagikan bingkisan model seperti ini, apalagi di saat pandemi. Cari cara berbagi yang lebih aman dari kerumunan.” 

Selain menyebabkan kerumunan, Ustadz Hilmi juga mengingatkan soal adab dalam Islam dalam memuliakan orang yang dibantu. “Bukankah dalam Islam kita harus juga memuliakan orang-orang yang kita bantu? Maaf ya Pak, semoga saran rakyat kecil ini didengar.”

Mengomentari hal itu, aktivis ProDemokrasi (ProDem) Nicho Silalahi menyindir Jokowi yang berulang kali memicu kerumunan di tengah pandemi Covid-19. Nicho menyebut Jokowi "mempertontonkan kepada dunia" betapa miskinnya Indonesia hingga harus berdesakan demi bingkisan.

“Lagi dan lagi mempertontonkan kepada dunia betapa miskinnya bangsa ini, demi mendapatkan sepaket bantuan yang tidak seberapa itu rakyat terpaksa berebutan,” cuit Nicho di akun Twitter-nya.

Dia menilai hukum seolah tidak adil. Sebab soal kerumunan, katanya, hanya Habib Rizieq yang dihukum. “Oh ya kapan sih yang buat kerumunan ini ditangkap? Adil dong, jangan cuma IBHRS saja yang ditangkap. Kok makin bobrok sih,” tuturnya. Ya. Kian bobrok? (***)

 

 

Penulis adalah pengamat social dan kebangsaan.

Post a Comment

0 Comments