Ilustrasi, hamparan tikar di pinggir pantai. (Foto: Istimewa) |
BELUM bisa berubah karakter nih orang sejak menjabat
Walikota Surabaya, Jawa Timur, hingga menjadi Menteri Sosial, marah-marah
melulu sehingga kegaduhan demi kegaduhan selalu terjadi. Di Bandung, Jawa Barat,
marah-marah, di Tangerang, Banten, marah marah, dan terakhir di Gorontalo
marah-marah pula. Rasanya setiap datang ke suatu daerah maka siap-siap untuk
menerima semprot dan wajah buram Bu Risma, Tri Rismaharini.
Di Gorontalo aktingnya lebih dahsyat pake tunjuk-tunjuk dan
teriak tembak segala, lalu menyuruh ke luar bawahannya itu. Gubernur Rusli
Habibie tidak dapat menerima sikap Risma yang dinilai kurang adab. Ia keberatan
warganya dimaki-maki dan dinistakan.
Risma memang keterlaluan. Orang tentu bertanya apakah ini
adalah cara mendidik, atau tidak mampu mengendalikan emosi, atau memang sakit?
Untuk kaitan dengan adab hal ini sudah dinilai "su'ul
adab" (adab buruk) yang tidak pantas untuk dilakukan oleh seorang
pemimpin. Pemimpin seyogyanya arif dan bijaksana. Kehebatan tidak diukur oleh
kerasnya teriakan dan panjangnya telunjuk.
Kini Risma seperti biasa ramai dikecam publik. Adab
kewanitaan, adab sosial, dan adab kepemimpinan dipersoalkan. Presiden Joko
Widodo (Jokowi) pun didesak untuk memecat pembantunya yang gemar marah-marah
ini.
Setelah Juliari Peter Batubara menjadi pesakitan di lembaga
pemasyarakatan (Lapas) karena kasus korupsi kini penggantinya didesak agar
segera out. Kalau Presiden diam saja atau tidak mereaksi atas kekecewaan
dan desakan publik ini, maka pilihan menjadi pecar Risma atau pecat Jokowi.
Dahulu rekor kepemimpinan marah marah dipegang Basuki Tjahja
Purnama alias Ahok, kini tampaknya Risma mampu memecahkannya. Dalam ilmu
kesehatan marah meledak-ledak adalah ciri dari gangguan mental. Bisa stress
atau depresi.
Nah Risma perlu menenangkan fikiran sejenak, Presiden Jokowi
hendaknya menganjurkan agar Risma untuk berkreasi ke pantai atau hiking ke
gunung sambil membawa tenda dan tikar. Lupakan Bansos dulu. Berfoto-foto selfi lah.
Itu jika tidak mampu untuk memecat Menteri dari Partai Demokarasi Indonesia
Perjuangan (PDIP) tersebut. Akan tetapi sebenarnya rakyat akan lebih bahagia
jika memang Risma segera dirumahkan alias diberhentikan. (***)
Penulis adalah pemerhati masalah social dan kebangsaan.
0 Comments