Berita Terkini

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pandemi Covid-19: Empati Semakin Dibutuhkan

Ilustrasi, korban Covid-19 usai dimakamkan.
(Foto: Istimewa)  


Oleh: Nur Hidayat

 

BANYAK orang, yang sedang menikmati bakso dan mie ayam di rumah makan, acuh aja terhadap pengamen yang masuk. Memperhatikan saja tidak. Apalagi memberi uang atau membelikan mie ayam. Kok tega ya? Bagaimana kalau yang jadi pengamen orang yang sedang makan itu?

Itulah pentingnya empati. "Sekiranya saya jadi dia…" Menurut psikolog, empati adalah kemampuan untuk berbagi dan memahami emosi orang lain. Dalam ilmu psikologi dikenal tiga jenis empati.

Pertama adalah empati afektif, yakni kemampuan untuk berbagi emosi dengan orang lain. Orang yang memiliki empati jenis ini biasanya adalah mereka yang menunjukkan reaksi mendalam saat menonton film horor. Mereka akan merasa takut atau merasakan derita orang lain saat melihat orang lain mengalaminya.

Sebaliknya dengan jenis empati yang kedua, yaitu empati kognitif. Ini merupakan kemampuan untuk memahami emosi orang lain. Contohnya adalah psikolog yang memahami emosi kliennya secara rasional, tapi tak harus berbagi emosi secara mendalam.

Terakhir adalah empati regulasi emosional. Ini merujuk pada kemampuan untuk mengatur sebuah emosi. Misalnya, ahli bedah yang bisa mengendalikan emosinya saat mengoperasi pasien. Untuk memiliki rasa empati, kita harus "memiliki kesadaran diri" dan juga jarak antara diri sendiri dan orang lain.

Empati tidak hanya dimiliki manusia. Para ilmuwan menemukannya pada primata, bahkan pada tikus. Orang sering mengatakan psikopat tidak memiliki empati, padahal tidak begitu faktanya. Seorang psikopat memiliki kemampuan empati kognitif, karena mereka perlu mengetahui perasaan korbannya saat disiksa.

Dalam Islam, konsep empati berkaitan dengan tasamuh, toleransi atau tenggang rasa. Empati merupakan sikap terpuji yang sepatutnya dimiliki oleh setiap orang. Di antara sikap yang dapat menumbuhkan empati adalah saling tolong-menolong atau bekerjasama dalam hal kebaikan.

Empati adalah kemampuan seseorang untuk menyadari perasaan, kepentingan, kehendak, masalah, atau kesusahan yang dirasakan orang lain. Singkatnya, empati adalah ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.

Rasulullah SAW bersabda, "Perumpamaan orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh tubuhnya juga akan merasakan sakit dengan tidak bisa tidur dan demam." (HR Bukhari dan Muslim).

Tatkala pandemi Covid-19 merajalela, puluhan juta orang di seluruh Indonesia perlu dibantu, empati menjadi kian penting. Ada yang menolong mereka dengan memberi nasi gratis tiap Jum'at. Ada Pemda yang menyediakan penginapan gratis di hotel bagi tenaga kesehatan. Dan seterusnya.

Membantu orang lain merupàkàn tindakan "menebar vibrasi syukur" kepada Allah SWT. Energi ketulusan dalam bantuan itu akan menebar kepada orang-orang yang dibantu. Allâh SWT berjanji menambah nikmat-Nya bagi siapa saja yang pandai bersyukur. (***)

 

Penulis adalah pemerhati social dan kebangsaan.

Post a Comment

0 Comments