![]() |
Rektor Unindra PGRI Prof. H. Sumaryoto. (Foto: Dade Fachri/TangeangNet.Com) |
Alasannya, jika hal itu tidak dilakukan, learning loss atau
ketinggalan pembelajaran akan dialami para siswa. Praktisi pendidikan Sumaryoto
menilai keputusan Nadiem kurang tepat. "Berkaitan dengan rencana
Mendikbudristek untuk segera menerapkan pembelajaran tatap muka, saya
berpendapat belum saatnya dan terkesan terlalu tergesa-gesa," ujar Rektor
Universitas Indraprasta (Unindra) PGRI Prof. H. Sumaryoto kepada wartawan,
Minggu (29/8/2021).
Nadiem beralasan, apabila menunggu vaksinasi para siswa
selesai barulah PTM digelar, menurutnya hal itu memakan waktu yang cukup lama,
setidaknya 2,5 tahun.
Sumaryoto memandang lebih baik menunggu vaksinasi rampung
baru pembelajaran secara luring dihelat. Ini demi kesehatan dan keselamatan
bersama, yang kian terancam di tengah pandemi Covid-19.
"Perlu menunggu program vaksinasi selesai. Paling tidak
jika PTM mau diberlakukan, kondisi pandemi Covid-19 sudah lebih terkendali dan
terlihat pola perkembangan ke depannya," ujarnya.
Sampai dengan saat ini pertambahan harian masih belum stabil
atau melandai. "Bahkan secara nasional rata-rata masih di atas 10 ribu,”
ungkap Sumaryoto.
Sumaryoto meyakini, masih banyak orang tua yang belum merasa
aman jika putra atau putrinya mengikuti PTM dalam waktu dekat.
Pemberlakuan kembali PTM saat ini, kata Sumaryoto memerlukan
persiapan lebih matang, serta mengantisipasi perkembangan pandemi Covid-19
untuk masa yang akan datang. Sehingga bisa dipersiapkan model PTM yang terbaik
minimal untuk jangka menengah.
Jadi yang lebih tepat, pemberlakuan PTM adalah mulai
semester gasal tahun 2022/2023 yang akan datang. Jika dipaksakan pertengahan
semester gasal tahun 2021/2022, Sumaryoto yakin hal itu berpotensi menimbulkan
masalah baru di lapangan.
"Masih hangat dalam ingatan kita, saat itu
Mendikbudristek sudah menetapkan PTM semester gasal tahun 2021/2022 atau
pertengahan Juli yang lalu, akhirnya gagal karena lonjakan paparan Covid-19
yang berakibat dengan PPKM Darurat dan sampai detik ini masih
diperpanjang," tutur Sumaryoto.
Atas itu, Sumaryoto meminta Nadiem meninjau ulang rencana
pemberlakuan kebijakan tersebut. Sebab jika tidak, bukannya hilang, masalah
baru malah muncul.
Sudah seharusnya keselamatan peserta didik harus
diprioritaskan, daripada hanya semata-mata mengejar ketertinggalan. (dade)
0 Comments