Petugas Dinkes melakukan pemeriksaan sampel makanan di laboratorium. (Foto: Istimewa) |
Kabid Kesehatan Masyarakat, Dinkes Kota Tangerang dokter Harmayani,
MPH mengungkapkan setiap kecamatan diambil 25 hingga 40 sampel, yang dilakukan
oleh petugas Puskesmas melalui pendampingan kecamatan dan kelurahan setempat.
Sampel yang diambil mulai dari soto mie, tahu, batagor, gendar, siomay, bakso,
pacar cina, kwetiau, lumpia, dan berbagai jenis takjil lainnya.
“Pengambilan sampel kita fokuskan pada titik-titik keramaian
jajanan takjil di Kota Tangerang. Hal ini, kita lakukan sebagai tanggung jawab Pemerintah
Kota (Pemkot) melalui Dinkes untuk melakukan pembinaan dan pengawasan pangan
yang beredar di Kota Tangerang,” ungkap Harmayani, saat dihubungi Jumat (30/4/2021).
Dipaparkan dokter Harmayani, hasil dari pengecekan kualitas
mamin dari 401 sampel, ditemukan 21 sampel di antaranya mengandung kandungan
kimia atau bakteri berbahaya.
“Untuk jenis sampel yang ditemukan adanya kandungan
berbahaya, didominasi jenis takjil berbagai tahu. Selain itu, juga ditemukan
pada kikil, somay, ceker, seblak, krupuk pasir, pacar cina, arum manis hingga
lumpia,” jelasnya.
Harmayani menyebutkan 21 sampel tersebut akan didalami
kandungan kimia dan bakterinya di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Labkesda Kota
Tangerang. Dinkes pun akan melakukan tindak lanjut persuasif, berupa pembinaan
dan edukasi kepada para pedagang yang bersangkutan.
“Pada pembinaan atau proses edukasi, Dinkes akan memberitahu
bahaya terparah akan kandungan kimia yang mereka pakai. Selain itu, Dinkes juga
akan memberikan pemaparan jenis-jenis bahan pengganti yang aman atau layak untuk
dimakan konsumen,” ucap Harmayani.
Diketahui, pengecekan kualitas makanan akan dilakukan secara
rutin oleh Dinkes Kota Tangerang per tiga hingga enam bulan sekali. Hal itu,
sebagai bentuk pertanggungjawaban dan pembaharuan data pangan yang beredar di
Kota Tangerang. (*/pur)
0 Comments