Dari kejauhan terlihat KRI Nanggala 402. (Foto: Istimewa) |
INI adalah tragedi terbesar bagi keluarga besar Tentara
Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut dengan tenggelamnya kapal selam Kapal
Republik Indonesia (KRI) Nanggala 402 di laut Utara Bali, pada 21 April 2021.
Ke-53 awak kapal berada di dalam kapal selam yang tenggelam di palung sedalam
sekitar 850 meter, setelah terjadi black out. Saat itu, KRI Nanggala 402 sedang
mengikuti latihan.
Mereka sangat sedih. Terutama keluarga 53 awak kapal itu.
Selama berhari-hari mereka berharap cemas, juga berdoa, agar 53 awak kapal
tersebut dapat diselamatkan dan berkumpul kembali bersama keluarga. Rupanya
Allah Yang Maha Kuasa berkehendak lain. Kendati demikian, Allah Yang Maha
Memberi juga "memberi balasan" yang sungguh besar. Anugerah-Nya
adalah mati syahid.
Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang terbunuh di jalan
Allah, dia syahid. Siapa yang mati (tanpa dibunuh) di jalan Allah dia syahid,
siapa yang mati karena wabah penyakit tha’un, dia syahid. Siapa yang mati
karena sakit perut, dia syahid. Siapa yang mati karena tenggelam, dia syahid.”
(HR Muslim 1915).
Pada dasarnya, orang yang gugur sebagai syahid, jenazahnya
tidak dishalatkan dan tidak dimandikan. Sebagaimana yang Nabi Muhammad SAW
lakukan terhadap pasukan muslim yang gugur di perang Uhud. Dari Jabir bin
Abdillah radhiyallahu ‘anhuma beliau berkata, Nabi Shallallahu’alaihiwasallam
pernah menggabungkan dalam satu liang kubur dua orang laki-laki yang gugur
dalam perang Uhud dan dalam satu kain.
Sungguh menggiurkan pahala yang ditawarkan untuk orang yang
mati syahid. Enam keutamaan telah siap menantinya. Rasulullah SAW bersabda,
"Orang yang mati syahid di sisi Allah mempunyai enam keutamaan; dosanya
akan diampuni sejak awal kematiannya, diperlihatkan tempat duduknya di surga,
dijaga dari siksa kubur, diberi keamanan dari ketakutan yang besar saat
dibangkitkan dari kubur, diberi mahkota kemuliaan yang satu permata darinya
lebih baik dari dunia seisinya, dinikahkan dengan tujuh puluh dua bidadari dan
diberi hak untuk memberi syafaat kepada tujuh puluh orang dari keluarganya.” (HR
At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Semoga keutamaan bagi orang yang mati syahid itu, sedikit
banyak, mampu mengurangi kesedihan keluarga korban. Mereka yang beragama Islam
paham bahwa diperbolehkan bersedih karena kehilangan anggota keluarganya, namun
tidak sampai berkepanjangan.
Menurut Ar-Raghib Al-Ashfahani, orang yang syahid adalah
orang yang ketika hendak mati atau sakaratul maut: 1.Ia menyaksikan para
malaikat turun kepada mereka dan mengatakan, “Janganlah kamu merasa takut dan
janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga
yang telah dijanjikan kepadamu” (QS Fushshilat, 41:30).
2. Ia menyaksikan berbagai macam kenikmatan akhirat yang
telah dijanjikan Allah kepada mereka (QS Al-Hadid, 57:19). 3. Ia menyaksikan
ruh mereka tetap hidup dan berada di sisi Allah. (QS. Ali ‘Imran, 3: 169).
Orang yang mati syahid sebelum meninggal dunia bersaksi dan beriman tiada Tuhan
selain Allah, dan setelah mati dia menyaksikan semua janji Allah adalah benar.
Inilah kisah tewas sahidnya Hanzhalah bin Amir, yang baru
sehari sebelumnya menikah, dalam Perang Uhud. Para sahabat melihat tubuh
Hanzhalah yang terbujur di satu sudut bekas medan perang. Mereka menyaksikan
tubuh Hanzhalah terangkat, kemudian muncullah air yang menetes dan mengguyur
keseluruhan jasad Hanzhalah. Tubuh tersebut terbolak balik seakan ada yang
memandikannya.
Tidak ada yang tahu apa yang terjadi, hingga pada akhirnya
Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Sungguh aku melihat
bahwasanya malaikat memandikan Hanzhalah bin Amir RA antara langit dan bumi
dengan air muzn (mendung) dalam bejana terbuat dari perak.”
Beliau lalu mengutus salah seorang sahabat untuk mengabarkan
hal itu kepada istri Hanzhalah. Dan menanyakan apa yang dikerjakan suaminya
sebelum pergi ke medan perang. "Ketika mendengar panggilan perang,
Hanzhalah dalam keadaan junub dan belum sempat mandi,” kata Jamilah, isterinya.
Beruntunglah Hanzhalah, syuhada yang dimandikan oleh para
malaikat. Dia memperoleh kedudukan yang tinggi di haribaan Allah SWT.
"Itulah sebaik-baik tempat" yang tidak semua orang mampu meraihnya.
Rasulullah SAW hersabda, “Allah Subhanahu wataa'ala
berfirman: Tiada balasan bagi hamba-Ku yang berserah diri saat Aku mengambil
sesuatu yang dikasihinya di dunia, melainkan surga.” (HR Bukhari).
0 Comments