Berita Terkini

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

IPW Harapkan Kapolri Baru Bersikap Satu Kata Dengan Perbuatan

Neta S. Pane.  
(Foto: Istimewa/koleksi pribadi)  



NET - Ind Police Watch (IPW) melihat tantangan yang dihadapi Polri ke depan cukup berat, mengingat dampak pandemi Covid-19 sudah menimbulkan banyak persoalan baru, baik di bidang sosial, ekonomi, budaya maupun politik. Sementara Polri sendiri harus menghadapi berbagai persoalan internal yang tak kalah berat.

Hal itu disampaikan oleh Ketua Presidium Ind Police Watch (IPW) Neta S. Pane dalam Siaran Per IPW yang diterima TangerangNet.Com, Rabu (13/1/2021).

Neta mencontohkan adanya sejumlah ketentuan yang diskriminatif. Untuk itu, Kapolri baru harus segera menghilangkan semua ketentuan yang diskriminatif di tubuh Polri. Misalnya, ketentuan non-Akpol (Akademi Kepolisian) dilarang mengikuti Sespimen, perwira LAN 1 tidak boleh menjadi Kapolda, tidak adanya Kapolda perempuan dan lainnya.

Selain itu, kata Neta, Kapolri baru perlu konsisten dalam menegakkan sikap Promoter Polri dan konsisten menerapkan kontrol terhadap bawahan langsung oleh masing masing atasan, sehingga semua jajaran kepolisian terkendali kinerja, mentalitas maupun moralitasnya.

“Di eksternal, jajaran kepolisian harus menghadapi kian meluasnya narkoba yang meracuni generasi muda. Ini patut menjadi prioritas. Lalu berkembangnya radikalisme, masih bercokolnya potensi terorisme, dan kondisi sosial ekonomi yang memicu berbagai aksi kriminal juga perlu menjadi fokus perhatian agar tidak meresahkan masyarakat,” ucap Neta.

Menurut Neta, sepintas terlihat sederhana tapi permasalahan yang dihadapi Polri bukan permasalahan sederhana. Sebab itu, berbagai masalah yang dihadapi harus dapat diidentifikasi Kapolri baru dan jajarannya dengan tiga pendekatan, yakni what, why dan how, sehingga strategi penyelesaian masalah bisa tepat dan cepat.

Dalam pendekatan what, kata Neta, Kapolri baru dapat melihat tantangan yang akan dihadapi Polri masalah menjadi kompleks karena adanya masalah internal yang serius disamping masalah eksternal yang amat berat.

Neta mengatakan dengan pendekatan why, bisa ditelaah kenapa hal itu terjadi dan kenapa harus cepat ditangani dengan tepat. Dengan pendekatan how, bisa ditelaah bagaimana menghadapi tantangan yang ada dan bisa memberi jawaban kepada jajarannya kenapa masalah itu harus ditangani dengan cepat dan tepat.

“Dengan ketiga pendekatan tadi, strategi apa yg harus dilakukan untuk menghadapi tantangan atau masalah akan bisa dilakukan tanpa harus melanggar HAM (Hak Asasi Manusia-red). Jangan sampai terjadi, penugasannya cuma membuntuti tapi orang yang dibuntuti malam dieksekusi mati, sehingga terjadi masalah berkepanjangan dan ruwet,” tutur Neta.

Masalah yang dihadapi Polri sekarang ini, kata Neta, tidak bisa disamakan dengan era Kapolri sebelumnya, apalagi disamakan dengan era Kapolri Widodo Budidarmo di tahun 1974-1978. Saat ini, bangsa Indonesia sangat berat menghadapi isu ideologi, agama, radikalisme, sparatisme, dan terorisme.

“Artinya, sikap, prilaku, kinerja, dan strategi jajaran kepolisian jangan sampai menimbulkan masalah baru, yang bisa menjadi penghambat kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Untuk itu, IPW berharap, siapa pun Kapolri baru yang menjadi pilihan Presiden Joko Widodo harus mampu menjawab what, why, dan how,” ucap Neta.

Hal itu, kata Neta, sekaligus menerapkan strategi terbaik dalam memimpin 400.000 personil Polri dan meredam isu pertentangan agama, radikalisme, sparatisme, dan terorisme. Bagaimana pun bangsa ini memerlukan Kapolri yang mampu wewujudkan harapan masyarakat dan bukan hanya mampu mewujudkan keinginan satu orang, satu golongan atau kelompok tertentu. (*/pur)

Post a Comment

0 Comments