Berita Terkini

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Bila Kamu Hidup Pada Zaman Rasulullah SAW, Masuk Golongan Manakah?

Ustadz Abdul Somad dan Ustadz Miftah  
el-Banjari. 
(Foto: Istimewa)  



Oleh:  Ustadz Miftah el-Banjary

 

JIKA setiap umat Islam hari ini dilontarkan pertanyaan, "Sekiranya kamu hidup di zaman Rasulullah SAW, kamu berada di pihak yang mana?!" Kita semua yakin jawabannya bahwa semua pasti memilih berada di pihak Rasulullah SAW. Pasti itu jawaban mutlak seorang muslim. Sangat pasti.

Jika pilihannya hanya ada dua opsi, antara berada di barisan kaum muslimin dan kafir musyrikin Mekkah, pasti kita semua memilih berada di barisan kaum muslimin. Sebab, kita semua meyakini bahwa kebenaran ada di pihak Rasulullah SAW dan kaum muslimin.

Namun, jangan lupa bahwa di samping dua pihak yang saling bertentangan tersebut, masih ada kelompok ketiga yang sifatnya Netral, atau boleh jadi disebut kelompok Abu-Abu.

Kelompok ketiga ini, kadang berpihak pada kaum Muslimin, kadang berpihak pada kelompok kaum Musyrikin Mekkah, kadang pula berteman dengan Yahudi Madinah. Tergantung pada kepentingan dan jalan yang paling aman dan selamat. Itulah kelompok yang disebut oleh Al Qur'an dengan kelompok Al Munafiqun.

Kelompok ini selalu hadir dengan komentar-komentar yang menyudutkan posisi umat Islam pada masa itu. Sebagai contoh sejarah, misalnya:

Ketika Rasulullah SAW hijrah dari Mekkah ke Madinah, mereka mengomentari:

"Katanya Rasulullah kok kabur sih!"

Ketika Rasulullah SAW menyatakan peperangan Badr, Uhud, dan Khandaq, orang Munafiqun  kembali berkomentar:

"Katanya Rasulullah, kok membela agama secara kekerasan, bukannya ajaran Islam itu suka damai, rahmatan lil 'alamien?!"

Dan pada saat Rasulullah SAW memerintahkan para sahabat menghancurkan Masjid Dhirar yang menjadi sumber fitnah, orang munafik kembali menuding:

"Hei, jangan bersikap berlebihan! Itu sikap radikal, intoleran, tidak bisa menerima perbedaan!"

Dan berbagai tudingan lain sejenisnya.

Pada saat utusan Rasulullah SAW mengabarkan bahwa Raja zhalim di Persia merobek-robek surat dakwah Rasulullah SAW, lantas Rasulullah SAW mendoakan agar kerajaannya tercabik-cabik, lagi-lagi orang munafiqun mengkiritisi:

"Masa Nabi doanya keras seperti itu. Masa doanya jelek gitu. Apa memang boleh ya melawan kezhaliman dengan kezhaliman juga?!"

Begitulah sikap dan ucapan kelompok orang-orang munafiqun yang menjadi duri dalam daging dalam tubuh umat Islam. Bahkan, dalam setiap ucapan dan tindak-tanduk kelompok ketiga ini, kadang mereka memperlihatkan sikap arif bijaksana dalam situasi-situasi genting. Mereka kadang mengatakan:

"Kami lebih baik diam saja, daripada terbawa-bawa dalam fitnah politik yang tidak menentu." Atau "Ah, sudahlah! Jangan suka ribut-ribut, lebih baik berdamai saja, kita hidup rukun-rukun aman saja."

Meskipun situasi dan kondisi sesungguhnya jelas kaum muslimin menjadi pihak yang dikorbankan, dan menuntut keadilan, kesamaan hak dihadapan hukum, mereka tetap tak mau ambil pusing dan peduli.

Ketika terjadi fitnah yang menimpa keluarga Rasulullah SAW, dimana Sayyidah Aisyah difitnah berselingkuh dengan Shafwan, mereka turut mempercayainya dan ikut pula mereka menebarkan gosip fitnah tersebut, bahkan merekalah yang merekayasa dan menciptakan fitnah tersebut.

Barangkali saat ini ada yang berseloroh, "Habib kok ada chat mesumnya!"

Pada waktu turun perintah kewajiban berperang, mereka punya sejuta alasan untuk tidak ikut berperang bersama Rasulullah SAW. Ketika ikut berperang sekalipun, mereka hanya berani di barisan paling belakang. Jika dalam prediksi mereka kekuatan umat Islam sangat lemah dan sedikit, mereka justru melarikan diri lari tunggang-langgang dari peperangan.

Barangkali hari ini ada yang berkomentar:

"Sudahlah, jangan suka bikin gaduh. Jangan mau negara ini dijadikah Suriah kedua!!

"Agama tak perlu dibela.."

"Sudahlah, jangan suka ikut memperkeruh suasana. Sudahlah, statusnya yang adem-adem saja! Ceramah itu yang menyejukkan saja!"

Dan komentar komentar sejenisnya tanpa mau tahu kezhaliman yang kian merajalela.

Begitulah gambaran singkat kelompok "Al-Munafiqun" dalam persepsi masa lalu, pada masa Rasulullah SAW dan dalam konteks kekinian. Sulit mengenali mereka secara pasti.

Sebab, mereka juga ikut shalat, puasa, haji dan ibadah lainnya seperti kebanyakan orang beriman lainnya, tapi ibadah mereka sekedar tak lebih dari simbolik semata.

Lisan mereka mengatakan beriman, KTP mereka Islam, namun dalam hati mereka tersembunyi sikap kebencian terhadap orang beriman. Kadang mereka bersikap netral, cari aman, cari selamat dan tidak peduli dengan kondisi umat Islam lainnya.

Bagi mereka, selama bisnis mereka tak terganggu, karier jabatan mereka bisa semakin meningkat, keluarga mereka aman-aman saja. Selama itu semua masih bisa dinegosiasikan, semua bisa dibicarakan, tidak peduli apa-apa, yang penting bagi mereka posisinya selamat dan diuntungkan.

Nah itu baru gambaran padai masa Rasulullah SAW, di mana Rasulullah masih hidup dan masih bisa tampak terlihat, orang-orang Munafik sedemikian banyaknya, bagaimana dengan kondisi dimana Rasulullah telah wafat 14 abad yang lalu, dan hanya ada para penerus beliau saja ?!!!

Al-Qur'an menyebut kelompok ini banyak sekali di sekitar kita. Namun sulit bagi kita untuk benar-benar mengetahui keberadaan mereka, terkecuali dengan sikap dan perilaku mereka. Di dalam surah At-Taubah, Allah SWT menyebutkan ancaman ganjaran siksaan bagi mereka:

وَمِمَّنْ حَوْلَكُم مِّنَ الْأَعْرَابِ مُنَافِقُونَ ۖ وَمِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ ۖ مَرَدُوا عَلَى النِّفَاقِ لَا تَعْلَمُهُمْ ۖ نَحْنُ نَعْلَمُهُمْ ۚ سَنُعَذِّبُهُم مَّرَّتَيْنِ ثُمَّ يُرَدُّونَ إِلَىٰ عَذَابٍ عَظِيمٍ.

"Di antara orang-orang Arab Badui yang (tinggal) di sekitarmu, ada orang-orang munafik. Dan di antara penduduk Madinah (ada juga orang-orang munafik), mereka keterlaluan dalam kemunafikannya.

Engkau (Muhammad) tidak mengetahui mereka, tetapi Kami mengetahuinya. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali, kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar." [QS. At-Taubah: 101].

Nah jika demikian faktanya, "Sekiranya kamu hidup di zaman Rasulullah, ikut kelompok dan pihak yang mana?!"  (***)

 

Penulis adalah pemerhati umat beragama.

Post a Comment

0 Comments