Berita Terkini

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pilkada Serentak 2020: Antara Gagarin Dan Gibran Rakabuming

Syafril Elain Rajo Basa.
(Foto: Istimewa/koleksi pribadi) 




Oleh: Syafril Elain Rajo Basa


PEMILIHAN Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2020 yang hari pencoblosannya ditetapkan pada Desembber mendatang, ada tiga kota yang menarik perhatian untuk disimak yakni Kota Solo (Jawa Tengah), Kota Tangerang Selatan (Banten), dan Kota Medan (Sumtera Utara).

Ketiga kota tersebut menjadi menarik karena ada tudingan sedang dibangun dinasti baru. Sebab, di  Kota Medan tercatat ada Bobby Naasution, menantu Pressiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang mencalonkan diri sebagai Walikota Medan. Di Kota Tangerang Selatan (Tanggsel)  ada  Siti Nur Azizah, anak dari Wakil Presiden RI KH Ma’ruf Amin. Dan di Kota Solo ada Gibran Rakabuming Raka, anak dari Presiden RI Jokowi.

Bila Bobby Nasution dan Gibran maju sebagai calon melalui jalur partai politik yakni Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Sedangkan Siti Nur Azizah dari Partai Demokrat.

Proses pencalonan di partai politik sudah selesai tapi saat akan dicalonkan justru menimbulkan gejolak  pada internal partai terutama di lingkungan PDIP. Bobby Nasution yang sebelumnya dikenal sebagai pengusaha muda, tiba-tiba saja ingin mencalonkan diri sebagai Walikota Medan.

Guna mencalonkan diri, bila tidak melalui perseorangan tentu melalui jalur partai politik. Pilihan Bobby adalah PDIP yang dinilai bisa meloloskan dirinya untuk dicalonkan, maklum sebagai menantu presiden ikut garis partai mertua. Nah, di sini mulai timbul masalah di lingkungan internal PDI Perjuangan terutama di Medan khususnya dan Sumatera Utara umumnya.

Oleh karena, PDIP di Kota Medan punya kader dan bahkan sedang menjabat sebagai pelaksana tugas (Plt) Walikota Medan yakni Akhyar Nasution, sehingga menimbulkan masalah di kalangan akar rumput. Di kalangan kader dan akar rumput, Akhyar Nasution dijagokan untuk menjadi calon Walikota Medan pada Pilkada mendatang.

Bahkan relawan Akhyar Nasution dari kader dan akar rumput di sejumlah kecamatan di Medan pun sudah tersebar. Singkat cerita, Akhyar Nasution diyakini 99,99 persen bakal dicalonkan oleh PDIP. Apalagi kini Akhyar Nasution sedang menjadi Plt Walikota Medan.

Namun, apa mau dikata selera Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP dengan pilihan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Kota Medan tidak selalu sama. Apalagi ada sosok Bobby Nasution suami dari Kahiyang Ayu, putri Presiden RI Jopkowi. Akhyar Nasution dengan mudah “ditendang” sebagai bakal calon Walikota Medan dari PDI Perjuangan.

Meskipun begitu, Akhyar Nasution bukan orang baru di dunia politik sehingga sebelum “ditendang” dari pencalonan  PDIP,  diam-diam loncat pagar ke Partai Demokrat. Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat yang bertanggung jawab terhadap proses  Pilkada di Sumatera Utara sempat terkecoh oleh siasat Akyar  Nasution.

Akhirnya Bobby Nasution mulus dicalonkan sebagai Walikota Medan dan dipasangkan denganAulia Rachman sebagai Wakil Walikota Medan.
 
Sementara Akhyar Nasution tetap maju sebagai calon Walikota Medan melalui partai politik yang baru tempatnya berlabuh yakni Partai Demokrat. Pada pencalonan tersebut, Akhyar Nasution berpasangan dengan Salman Alfairisi sebagai Wakil Walikota Medan.

Bagaimana dengan di Kota Tangerang Selatan. Di kota yang bertetangga langsung dengan Ibu Kota Negara ini, Siti Nur Azizah mulus dicalonkan sebagai Walikota Tangerang Selatan. Siti Nur Azizah  berpasangan dengan Ruhama Ben dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai Wakil Walikota Tangerang Selatan.

Namun demikian, di Kota Tangerang Selatan sempat terjadi gejolak yang cukup sengit dari kader dan akar rumput PDI Perjuangan. Semula para kader dan akar rumput PDIP Kota Tangerang Selatan yakni hakkul yakin yang menjadi calon Walikota Tangerang Selatan adalah dari kader internal yakni Heri Gagarin, SE MM.

Siapa Heri Gagarin? Pria kelahiran Rempoa, Kota Tangerang Selatan 1974 tersebut adalah mantan Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDIP Kota Tangerang Selatan. Oleh karenanya, para kader dan akar rumput PDIP punya percaya diri yang berlebih bila pada Pilkada 2020 ini orang yang bakal diusung oleh PDIP adalah Gagarin.

Bahkan para kader dan akar rumput PDIP telah membentuk sejumlah jaringan relawan di setiap kecamatan yang ada di Kota Tangerang Selatan. Sosialisasikan pun sudah dilakukan bahwa bakal calon Walikota Tangerang Selatan dari PDIP adalah Heri Gagarin.

Kepercayaan untuk dicalonkan sebagai Walikota Tangerang Selatan bukan hanya datang dari kader dan akar rumput PDIP, Heri Gagarin pun yakin bakal dipercaya untuk menjadi calon Walikota Tangerang Selatan. Bahkan Heri Gagarin telah menyusun visi, misi, dan program.

Kenapa Heri Gagarin begitu yakin untuk diusung oleh PDI Perjuangan sebagai calon Walikota Tangerang Selatan karena punya pengalama sebagai bakal calon. Heri Gagarin tercatat sebagai bakal calon Walikota Tangerang Selatan pada 2010. Ketika itu Kota Tangerang Selatan baru pertama kali melaksanakan Pilkada dan Heri Gagarin lulus dari penjaringan PDI Perjuangan. 

Pada Pilkada berikut yakni 2015, Heri Gagarin kembali lulus sebagai bakal calon Walikota Tangerang Selatan. Bahkan Heri Gagarin pada  2015  itu mengikuti penjaringan di PDI Perjuangan, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Demokrat, Partai Hanura, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Cukup menyakinkan sebagai bakal calon Walikota Tangerang Selatan. Namun, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP berkata lain dan Heri Gagarin tidak direkomendasikan sebagai.

Namun demikian, pada Pilkada 2020 ini Heri Gagarin merencanakan ikut kontestasi pada pemilihan Walikota Tangerng Selatan. Dengan munculnya Heri Gagarin sebagai bakal calon Walikota Tangerang Seltan sempat ditanya wartawan, apakah tidak kapok kalau gagal dapat rekomendasi dari DPP PDI Perjuangan.

“Insya Allah tahun ini, saya yang dicalonkan oleh partai saya yakni PDI Perjuangan,” ucap Heri Gagarin ketika itu.

Namun, apa mau dikata pada awal Juli 2020 beredar surat rekomendasi DPP PDI Perjuangan bahwa bakal calon Walikota Tangerang Selatan yang diusung partai bukanlah Heri Gagarin tapi Drs. H. Muhamad, M Si. Muhamad ketika itu sedang menjabat sebagai Sekretaris Pemerintah (Sekda) Kota Tangerang Selatan. Beredar rekomendasi PDI Perjuangan tersebut membuat kader dan akar rumput bagaikan tersengat listrik tegangan tinggi. Kader dan akar rumput PDI Perjuangan seakan-akan tidak percaya sekaligus kecewa.  

Dengan kececewaan yang memuncak, sejumlah kader dan akar rumput menanyakan langsung ke kantor DPP Perjuangan di Jakarta. Kedatangan para kader dan akar rumput bukanlah sekadar bertanya sekaligus melancarkan aksi unjuk rasa yang meminta kepada Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri untuk membatalkan rekomendasi tersebut dan mencalonkan Heri Gagarin sebagai Walikota Tangerang Selatan.

Meski unjuk rasa dilancarkan ke kantor DPP PDI Perjuangan oleh kader dan akar rumput, keputusan bahwa Muhamad sebagai orang yang diusung menjadai calon Walikota Tangerang Selatan tidak berubah. Bahkan ada keterangan resmi benar adanya DPP PDI Perjuangan mengusung Muhamad menjadi calon Walikota Tangerang Selatan berpasangan dengan Rahayu Saraswati dari Partai Gerindra.

Inilah kali ketiga kader tulen PDI Perjuangan Heri Gagarin gagal melangkah ke jenjang kursi nomor satu di Kota Tangerang Selatan sebagai walikota. Meski akar rumput dan kader terus bergolak, tapi Heri Gagarin atas keputusan DPP PDI Perjuangan yang mencalonkan Muhmad sebagai Walikota Tangerang Selatan, pasrah.

Lantas bagaiman dengan di Solo?  Adalah Gibran Rakabuming Raka, putera sulung Presiden RI Jokowi yang lebih dikenal sebagai pengusaha teruatama martabak sembilan rasa. Gibran yang semula mau kosentrasi dalam bidang usaha dan tidak tertarik terjun ke politik, tiba-tiba saja ingin merasa kursi empuk Walikota Solo yang pernah di duduki sang ayah, Jokowi.

Di Solo partai politik dalam Pemilu baik tingkat nasional maupun daerah dikuasai oleh PDI Perjuangan. Oleh karenya, pilihan Gibran pun untuk terjung ke politik sekaligus mencalonkan diri sebagai walikota adalah PDI Perjuangan.

Di lingkungan PDI Perjuangan sebelum Gibran menyatakan diri untuk terjun ke politik sudah ada Achmad Purnomo, politikus “gaek” yang kini menjabat sebagai Wakil Walikota Solo. Kader dan akar rumput PDI Perjuangan pun menjagokan Achmad Purnomo sebagai bakal calon Walikota Solo. Bahkan Ketua DPC PDIP Solo Fransiskus Xaverius Hadi Rudyatmo yang akrab dipanggil Rudy, lebih memilih Achmad Purnomo sebagai bakal calon Walikota Solo.

Namun demikian, Gibran sebagai putera sulung Presiden RI berlari kencang tanpa peduli dengan sikap kader, akar rumput, dan pengurus DPC PDI Perjuangan terbang ke Jakarta. Gibran menyambangi rumah Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri. Gibran seusai diterima oleh Megawati mengaku “hanya” bersilaturahmi dengan Megawati. Akan tetapi pers mencium bahwa Gibran ingin dapat restu dari Megawati agar bisa mencalonkan diri sebagai Walikota Solo.

Sementara Achmad Purnomo sebagai politikus yang sudah banyak mengenyam asam garam pemilihan kepada daerah, sejak masih dipilih Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) mencium tidak mungkin lagi bisa mencalonkan diri sebagaai Walikota Solo lewat jalur partai politik, PDI Perjuangan.

Achmad Purnomo pun menyatakan tidak tertarik untuk mencalonkan diri sebagai Walikota Solo. Pernyataan Achmad Purnomo membuat sejumlah kalangan terenyuh terutama dari kader, akar rumput, dan pengurus DPC PDIP. Mereka menyatakan Purnomo tetap sebagai calon Walikota Solo dari PDIP.

Dorongan Achmad Purnomo menjadi Walikota Solo mulai reda setelah Presiden RI Joko Widoddo memanggilnnya ke Istana Negara, Jakarta. Apalagi sepulang dari Istana, Jakarta, Purnomo dikabarkan positif terkena virus Corona. Setelah itu, keluar rekomendasi dari Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri bahwa yang dicalonkan sebagai Walikota Solo adalah Gibran Rakabuming.

Setelah pasti Gibran menjadi bakal calon Walikota Solo dari PDI Perjuangan, dukungan dari partai politik bagaikan air hujan mengalir deras. Semua partai politik datang silih berganti menyatakan dukungan kepada Gibran sebagai Walikota Solo. Bahkan dukugan langsung disampaikan kepada kettua umum mulai dari Prabowo Subijanto dari Gerindra, Zulkifli Hasan dari Partai Amanat Nasionnal (PAN), dan Agus Harimurti Yudhoyon (AHY) dari Partai Demokrat. Hanya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang menyatakan tidak mendukung Gibran sebagai calon Waliktoa Solo.

Gibran Rakabuming pun melenggang menjadi bakal calon Walikota Solo berpasangan dengan Teguh Prakosa, yang juga masih dari PDI Perjuangan. 

Penulis menyajikan tulisan ini betapa sangat berbeda perlakuan mantu dan anak Presiden RI Joko Widodo dengan Heri Gagarin dan Achmad Purnomo dalam proses kontestasi Pemilihan Kepala Daerah. Penulis menyajikan dan pembaca diserahkan mengambil kesimpulan. (***)


Penulis adalah penyelenggara Pemilu di Kota Tangerang, rentang waktu 2003-2013.

   



Post a Comment

0 Comments