Syafril Elain Rajo Basa. (Foto: Istimewa/koleksi pribadi) |
Oleh: Syafril Elain Rajo Basa
PEMILIHAN Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2020 yang hari
pencoblosannya ditetapkan pada Desembber mendatang, ada tiga kota yang menarik
perhatian untuk disimak yakni Kota Solo (Jawa Tengah), Kota Tangerang Selatan
(Banten), dan Kota Medan (Sumtera Utara).
Ketiga kota tersebut menjadi menarik karena ada tudingan
sedang dibangun dinasti baru. Sebab, di
Kota Medan tercatat ada Bobby Naasution, menantu Pressiden RI Joko
Widodo (Jokowi) yang mencalonkan diri sebagai Walikota Medan. Di Kota Tangerang
Selatan (Tanggsel) ada Siti Nur Azizah, anak dari Wakil Presiden RI
KH Ma’ruf Amin. Dan di Kota Solo ada Gibran Rakabuming Raka, anak dari Presiden
RI Jokowi.
Bila Bobby Nasution dan Gibran maju sebagai calon melalui
jalur partai politik yakni Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Sedangkan Siti Nur Azizah dari Partai Demokrat.
Proses pencalonan di partai politik sudah selesai tapi
saat akan dicalonkan justru menimbulkan gejolak
pada internal partai terutama di lingkungan PDIP. Bobby Nasution yang
sebelumnya dikenal sebagai pengusaha muda, tiba-tiba saja ingin mencalonkan
diri sebagai Walikota Medan.
Guna mencalonkan diri, bila tidak melalui perseorangan
tentu melalui jalur partai politik. Pilihan Bobby adalah PDIP yang dinilai bisa
meloloskan dirinya untuk dicalonkan, maklum sebagai menantu presiden ikut garis
partai mertua. Nah, di sini mulai timbul masalah di lingkungan internal PDI
Perjuangan terutama di Medan khususnya dan Sumatera Utara umumnya.
Oleh karena, PDIP di Kota Medan punya kader dan bahkan
sedang menjabat sebagai pelaksana tugas (Plt) Walikota Medan yakni Akhyar
Nasution, sehingga menimbulkan masalah di kalangan akar rumput. Di kalangan
kader dan akar rumput, Akhyar Nasution dijagokan untuk menjadi calon Walikota
Medan pada Pilkada mendatang.
Bahkan relawan Akhyar Nasution dari kader dan akar rumput
di sejumlah kecamatan di Medan pun sudah tersebar. Singkat cerita, Akhyar
Nasution diyakini 99,99 persen bakal dicalonkan oleh PDIP. Apalagi kini Akhyar
Nasution sedang menjadi Plt Walikota Medan.
Namun, apa mau dikata selera Dewan Pimpinan Pusat (DPP)
PDIP dengan pilihan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Kota Medan tidak selalu sama.
Apalagi ada sosok Bobby Nasution suami dari Kahiyang Ayu, putri Presiden RI
Jopkowi. Akhyar Nasution dengan mudah “ditendang” sebagai bakal calon Walikota
Medan dari PDI Perjuangan.
Meskipun begitu, Akhyar Nasution bukan orang baru di
dunia politik sehingga sebelum “ditendang” dari pencalonan PDIP,
diam-diam loncat pagar ke Partai Demokrat. Ketua DPP PDIP Djarot Saiful
Hidayat yang bertanggung jawab terhadap proses
Pilkada di Sumatera Utara sempat terkecoh oleh siasat Akyar Nasution.
Akhirnya Bobby Nasution mulus dicalonkan sebagai Walikota
Medan dan dipasangkan denganAulia Rachman sebagai Wakil Walikota Medan.
Sementara Akhyar Nasution tetap maju sebagai calon
Walikota Medan melalui partai politik yang baru tempatnya berlabuh yakni Partai
Demokrat. Pada pencalonan tersebut, Akhyar Nasution berpasangan dengan Salman
Alfairisi sebagai Wakil Walikota Medan.
Bagaimana dengan di Kota Tangerang Selatan. Di kota yang
bertetangga langsung dengan Ibu Kota Negara ini, Siti Nur Azizah mulus
dicalonkan sebagai Walikota Tangerang Selatan. Siti Nur Azizah berpasangan dengan Ruhama Ben dari Partai
Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai Wakil Walikota Tangerang Selatan.
Namun demikian, di Kota Tangerang Selatan sempat terjadi
gejolak yang cukup sengit dari kader dan akar rumput PDI Perjuangan. Semula
para kader dan akar rumput PDIP Kota Tangerang Selatan yakni hakkul yakin yang
menjadi calon Walikota Tangerang Selatan adalah dari kader internal yakni Heri
Gagarin, SE MM.
Siapa Heri Gagarin? Pria kelahiran Rempoa, Kota Tangerang
Selatan 1974 tersebut adalah mantan Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDIP Kota
Tangerang Selatan. Oleh karenanya, para kader dan akar rumput PDIP punya
percaya diri yang berlebih bila pada Pilkada 2020 ini orang yang bakal diusung
oleh PDIP adalah Gagarin.
Bahkan para kader dan akar rumput PDIP telah membentuk sejumlah
jaringan relawan di setiap kecamatan yang ada di Kota Tangerang Selatan.
Sosialisasikan pun sudah dilakukan bahwa bakal calon Walikota Tangerang Selatan
dari PDIP adalah Heri Gagarin.
Kepercayaan untuk dicalonkan sebagai Walikota Tangerang
Selatan bukan hanya datang dari kader dan akar rumput PDIP, Heri Gagarin pun
yakin bakal dipercaya untuk menjadi calon Walikota Tangerang Selatan. Bahkan
Heri Gagarin telah menyusun visi, misi, dan program.
Kenapa Heri Gagarin begitu yakin untuk diusung oleh PDI Perjuangan
sebagai calon Walikota Tangerang Selatan karena punya pengalama sebagai bakal
calon. Heri Gagarin tercatat sebagai bakal calon Walikota Tangerang Selatan
pada 2010. Ketika itu Kota Tangerang Selatan baru pertama kali melaksanakan
Pilkada dan Heri Gagarin lulus dari penjaringan PDI Perjuangan.
Pada Pilkada berikut yakni 2015, Heri Gagarin kembali
lulus sebagai bakal calon Walikota Tangerang Selatan. Bahkan Heri Gagarin
pada 2015 itu mengikuti penjaringan di PDI Perjuangan,
Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Demokrat, Partai Hanura, dan Partai
Keadilan Sejahtera (PKS). Cukup menyakinkan sebagai bakal calon Walikota
Tangerang Selatan. Namun, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP berkata lain dan Heri
Gagarin tidak direkomendasikan sebagai.
Namun demikian, pada Pilkada 2020 ini Heri Gagarin
merencanakan ikut kontestasi pada pemilihan Walikota Tangerng Selatan. Dengan
munculnya Heri Gagarin sebagai bakal calon Walikota Tangerang Seltan sempat
ditanya wartawan, apakah tidak kapok kalau gagal dapat rekomendasi dari DPP PDI
Perjuangan.
“Insya Allah tahun ini, saya yang dicalonkan oleh partai
saya yakni PDI Perjuangan,” ucap Heri Gagarin ketika itu.
Namun, apa mau dikata pada awal Juli 2020 beredar surat rekomendasi
DPP PDI Perjuangan bahwa bakal calon Walikota Tangerang Selatan yang diusung
partai bukanlah Heri Gagarin tapi Drs. H. Muhamad, M Si. Muhamad ketika itu
sedang menjabat sebagai Sekretaris Pemerintah (Sekda) Kota Tangerang Selatan.
Beredar rekomendasi PDI Perjuangan tersebut membuat kader dan akar rumput
bagaikan tersengat listrik tegangan tinggi. Kader dan akar rumput PDI
Perjuangan seakan-akan tidak percaya sekaligus kecewa.
Dengan kececewaan yang memuncak, sejumlah kader dan akar
rumput menanyakan langsung ke kantor DPP Perjuangan di Jakarta. Kedatangan para
kader dan akar rumput bukanlah sekadar bertanya sekaligus melancarkan aksi unjuk
rasa yang meminta kepada Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri untuk
membatalkan rekomendasi tersebut dan mencalonkan Heri Gagarin sebagai Walikota
Tangerang Selatan.
Meski unjuk rasa dilancarkan ke kantor DPP PDI Perjuangan
oleh kader dan akar rumput, keputusan bahwa Muhamad sebagai orang yang diusung
menjadai calon Walikota Tangerang Selatan tidak berubah. Bahkan ada keterangan
resmi benar adanya DPP PDI Perjuangan mengusung Muhamad menjadi calon Walikota
Tangerang Selatan berpasangan dengan Rahayu Saraswati dari Partai Gerindra.
Inilah kali ketiga kader tulen PDI Perjuangan Heri
Gagarin gagal melangkah ke jenjang kursi nomor satu di Kota Tangerang Selatan
sebagai walikota. Meski akar rumput dan kader terus bergolak, tapi Heri Gagarin
atas keputusan DPP PDI Perjuangan yang mencalonkan Muhmad sebagai Walikota
Tangerang Selatan, pasrah.
Lantas bagaiman dengan di Solo? Adalah Gibran Rakabuming Raka, putera sulung
Presiden RI Jokowi yang lebih dikenal sebagai pengusaha teruatama martabak
sembilan rasa. Gibran yang semula mau kosentrasi dalam bidang usaha dan tidak
tertarik terjun ke politik, tiba-tiba saja ingin merasa kursi empuk Walikota
Solo yang pernah di duduki sang ayah, Jokowi.
Di Solo partai politik dalam Pemilu baik tingkat nasional
maupun daerah dikuasai oleh PDI Perjuangan. Oleh karenya, pilihan Gibran pun
untuk terjung ke politik sekaligus mencalonkan diri sebagai walikota adalah PDI
Perjuangan.
Di lingkungan PDI Perjuangan sebelum Gibran menyatakan
diri untuk terjun ke politik sudah ada Achmad Purnomo, politikus “gaek” yang
kini menjabat sebagai Wakil Walikota Solo. Kader dan akar rumput PDI Perjuangan
pun menjagokan Achmad Purnomo sebagai bakal calon Walikota Solo. Bahkan Ketua
DPC PDIP Solo Fransiskus Xaverius Hadi Rudyatmo yang akrab dipanggil Rudy, lebih
memilih Achmad Purnomo sebagai bakal calon Walikota Solo.
Namun demikian, Gibran sebagai putera sulung Presiden RI
berlari kencang tanpa peduli dengan sikap kader, akar rumput, dan pengurus DPC
PDI Perjuangan terbang ke Jakarta. Gibran menyambangi rumah Ketua Umum PDI
Perjuangan Megawati Soekarno Putri. Gibran seusai diterima oleh Megawati
mengaku “hanya” bersilaturahmi dengan Megawati. Akan tetapi pers mencium bahwa
Gibran ingin dapat restu dari Megawati agar bisa mencalonkan diri sebagai
Walikota Solo.
Sementara Achmad Purnomo sebagai politikus yang sudah
banyak mengenyam asam garam pemilihan kepada daerah, sejak masih dipilih Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) mencium tidak mungkin lagi bisa mencalonkan
diri sebagaai Walikota Solo lewat jalur partai politik, PDI Perjuangan.
Achmad Purnomo pun menyatakan tidak tertarik untuk
mencalonkan diri sebagai Walikota Solo. Pernyataan Achmad Purnomo membuat
sejumlah kalangan terenyuh terutama dari kader, akar rumput, dan pengurus DPC
PDIP. Mereka menyatakan Purnomo tetap sebagai calon Walikota Solo dari PDIP.
Dorongan Achmad Purnomo menjadi Walikota Solo mulai reda
setelah Presiden RI Joko Widoddo memanggilnnya ke Istana Negara, Jakarta.
Apalagi sepulang dari Istana, Jakarta, Purnomo dikabarkan positif terkena virus
Corona. Setelah itu, keluar rekomendasi dari Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati
Soekarno Putri bahwa yang dicalonkan sebagai Walikota Solo adalah Gibran
Rakabuming.
Setelah pasti Gibran menjadi bakal calon Walikota Solo
dari PDI Perjuangan, dukungan dari partai politik bagaikan air hujan mengalir
deras. Semua partai politik datang silih berganti menyatakan dukungan kepada
Gibran sebagai Walikota Solo. Bahkan dukugan langsung disampaikan kepada kettua
umum mulai dari Prabowo Subijanto dari Gerindra, Zulkifli Hasan dari Partai Amanat
Nasionnal (PAN), dan Agus Harimurti Yudhoyon (AHY) dari Partai Demokrat. Hanya
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang menyatakan tidak mendukung Gibran sebagai
calon Waliktoa Solo.
Gibran Rakabuming pun melenggang menjadi bakal calon
Walikota Solo berpasangan dengan Teguh Prakosa, yang juga masih dari PDI
Perjuangan.
Penulis menyajikan tulisan ini betapa sangat berbeda
perlakuan mantu dan anak Presiden RI Joko Widodo dengan Heri Gagarin dan Achmad
Purnomo dalam proses kontestasi Pemilihan Kepala Daerah. Penulis menyajikan dan
pembaca diserahkan mengambil kesimpulan. (***)
Penulis adalah penyelenggara Pemilu di Kota Tangerang,
rentang waktu 2003-2013.
0 Comments