Gubernur Banten H. Wahidin Halim memimpin rapat secara virtual. (Foto: Istimewa) |
NET – Gubernur Banteh H. Wahidin
Halim (WH) menyebutkan sejak awal
Provinsi Banten memilih Pembatasan Sosila Berskala Besar (PSBB) dalam melakukan
pengawasan edukasi, dan fasilitasi dalam penanganan Covid -19. Provinsi Banten
keluar dari tiga besarn tertinggi karena PSBB Provinsi Banten lebih efektif
dibanding dengan daerah lain dengan dukungan kesadaran masyarakat yang cukup
baik.
"Kini, Provinsi Banten
berada di urutan 14 nasional dalam kasus Covid-19. Kita harus keluar dari
Covid-19," tutur Gubernur WH, Selasa (15/9/2020).
Gubernur Banten mengatakan hal
itu dalam telekonferensi Rapat Evaluasi Pelaksanaan PSBB XI Perpanjangan Tahap
10 di Kota Serang, yang diikuti oleh Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumi, Sekretaris Daerah Al
Muktabar, para bupati dan walikota, Forkopimda Provinsi Banten, Forkopimda
kabupaten dan kota serta para kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di
lingkungan Provinsi Banten, kabupaten dan kota, Majelis Ulama Indonesia (MUI)
dan segenap unsur terkait lainnya.
Menurut Gubernur, PSBB di
Provinsi Banten memberikan ruang kepada pengusaha di sektor perdagangan dan
industri tetap berusaha. Namun harus bertanggungjawab melaksanakan protokol
kesehatan.
Guna mencegah kasus Covid 19,
Gubernur menjelaskan untuk tidak membuka
sekolah dengan tatap muka karena masih berisiko. Tingkat bahaya Covid-19 masih
tinggi.
"Kalaupun tidak bisa
melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), saat ini sedang kita usahakan upaya
lain," ungkapnya.
Diakuinya, kenaikan tren Covid belakangan
ini dikarenakan terjadi penurunan kesadaran pelaksanaan protokol kesehatan di
kalangan ASN (Aparatur Sipil Negara). Hal itu ditunjukkan dengan munculnya
klaster baru di ASN.
"Untuk itu, mari kita solid
bekerja bersama sebagai bentuk tanggung jawab kita kepada masyarakat," tutur
Gubernur.
Gubernur meminta masukan dari
segenap pihak yang nantinya akan diformulasikan dalam bentuk peraturan
gubernur. Sehingga regulasi yang terbit mampu menampung kebutuhan dan aspirasi
segenap pihak serta dapat menjadikan kebiasaan memakai masker, menjaga jarak,
dan mencuci tangan sebagai budaya masyarakat.
"Kita harus punya semangat
baru. Koordinasi lagi dan soliditas lagi," ungkap Gubernur.
Hal itu, ujar Gubernur, karena saat
ini ada tren kenaikan kasus Covid-19 sehingga perlu mendapatkan respon seluruh
pihak di daerah Zona Merah, termasuk pula di daerah Zona Orange. Untuk Zona
Kuning ke Zona Orange perlu diwaspadai.
"Semua kepala daerah dan
pejabat bertanggungjawab. Termasuk melibatkan TNI dan Polri. Semua dilibatkan
dalam penanganan Covid-19," ungkapnya.
"Ayo kita tingkatkan
soliditas. Saat ini terjadi penurunan soliditas karena lamanya (pandemi)
Covid-19. Bahwa ini perang bersama dalam melindungi masyarakat dan diri
sendiri," ucap Gubernur.
Gubernur menyampaikan mendapatkan
ucapan terima kasih dari IDI (Ikatan Dokter Indonesia) karena Pemprov Banten
mampu menekan jatuhnya korban dari paramedis yang meninggal dalam melakukan
penanganan Covid-19.
"Karena dantara ratusan
paramedis yang meninggal se-Indonesia, satu orang dokter dari Banten. Semoga
tidak terjadi lagi di Banten," harapnya
Dalam kesempatan yang sama, Wakil
Gubernur Banten Andika Hazrumy menyampaikan, perlunya pelaksaan Operasi Yustisi
untuk pendisiplinan masyarakat dalam melaksanakan protokol kesehatan. Sehingga,
pelaksanaan protokol kesehatan dapat diterapkan secara konsisten oleh
masyarakat.
"Perlu sinkronisasi waktu dan
koordinasi pelaksaaan antara provinsi dengan kabupaten dan kota agar linear
khususnya di wilayah Zona Merah. Sehingga pelaksanaannya masif," ungkapnya.
Ditambahkan Wagub, Keputusan
Gubernur Nomor 443 Tahun 2020 tentang Penetapan PSBB di Provinsi Banten agar
dilaksanakan juga di kabupaten dan kota. Hal itu seiring dengan dibukanya
akses-akses publik.
"Sehingga perlu kontroling
dan konistiensi kedisiplinan protokol kesehatan. Kondisi mobilitas masyarakat
sudah tidak terkendali. Karena masyarakat sudah merasa normal kembali,"
ungkap Wagub.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Banten Ati Pramudji Hastuti melaporkan hingga saat ini telah dilaksanakan rapid
test sebanyak 188.520 dan kegiatan SWAB sebanyak 87.069. Untuk laboritorium
kesehatan saat ini ada 19 laboratorium dan akan dilakukakan penambahan sebanyak
4 laboratorium. Saat ini Labaratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Pemprov
Banten dalam sehari mampu tangani 650 specimen.
Untuk layanan perawatan, kata
dokter Ati, ada 164 tempat tidur ICU, 1.368 tempat tidur ruang isolasi, dan
1.508 tempat tidur rumah singgah untuk karantina. Keberadaan rumah singgah
untuk menggantikan karantina mandiri di rumah sekaligus yang berfungsi untuk
menekan munculnya klaster keluarga. (*/pur)
0 Comments