Drs. Solihin, M Pd (Foto: Istimewa/koleksi pribadi) |
Oleh: Drs. Solihin, M Pd
PEMERINTAH sudah mengeluarkan kebijakan untuk keberlangsungan pendidikan masa Covid 19,
setiap sekolah diharuskan proses pembelajaran dengan menggunakan daring atau
belajar dari rumah (BDR).
Instruksi tersebut muncul ketika sekolah memasuki
semester II pada tahun ajaran 2019/2020. Hanya beberapa bulan lagi para siswa
menghadapi ujian nasional, kelulusan siswa kelas 6 Sekolah Dasar (SD) dan kenaikan kelas. Tidak
banyak kendala yang dialami karena kegiatan pembelajarannya tinggal meneruskan dari
semester I. Tapi itupun ada yang melakukan daring dan ada juga yang
tidak.
Kini tahun ajaran baru 2020/2021 sudah ditetapkan oleh
Pemerintah pada tanggal 13 Juli 2020. Muncul kebijakan yang dikeluarkan oleh
Pemerintah dan sepertinya betul-betul
memperhatikan terhadap masyarakat agar bebas dan berhati-hati dalam pandemi
corona. Maka kebijakan proses pembelajaran
sekolah harus menggunakan daring atau belajar di rumah. Tapi tampaknya Pemerintah
selalu melihat perkembangan yang ada sehingga ada kebijakan yang longgar dalam
membijaki, ada yang boleh belajar di sekolah apabila wilayah sekolah tersebut
termasuk zona hijau, namun wilayah zona kuning, merah dan zona hitam tetap
menggunakan belajar di rumah.
Belajar Daring
Pemahaman belajar daring adalah anak belajar memakai
jaringan yang dilakukan di rumah. Jadi anak belajar di rumah dengan memakai
jaringan internet secara jarak jauh. Kurang lebih 2 bulan yang lalu para pelajar sudah melakukannya, dan para
guru memandu dari rumah atau sekolah.
Yang perlu mendapat perhatian adalah proses belajar
daringnya antara guru dan murid, kemungkinan belajar daring bagi siswa Sekolah
Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi tidak
ada masalah dapat berjalan sesuai petunjuknya. Akan tetapi belajar daring untuk
anak Taman Kanak-kanak (TK) dan SD mendapatkan kendala yang serius. Mereka sebagian
besar belum paham untuk menggunakan alat hanphone dan lainnya akan tetapi harus
ada yang membimbing dan mengarahkan pada anak tersebut.
Pada akhirnya menjadi kerepotan dalam belajar daring
berlipat ganda bukan hanya si anak yang belajar tapi pendamping atau orang
tuanya juga kerepotan. Padahal orangtua punya pekerjaan rutin pada waktu belajar
daring anak. Mereka, para orangtua harus pergi bekerja. Kalau sudah demikian
bagaimana jadinya.
Materi daring yang disampsikan oleh guru sangat banyak
karena disesuaikan dengan jadwal belajar biasa ketika masuk sekolah. Hal ini
sangat repot dan berat bagi anak apalagi orang tuanya. Bukan belajar daring
yang terjadi akan tetapi menimbulkan masalah baru antara anak dan orang tua;
pertengkaran kecil terjadi bahwa anak ingin semua dikerjakan orangtuanya, anak
menunggu hasilnya. Di satu sisi orangtua kesulitan untuk mengerjakan
tugas-tugas belajar daring anak karena keterbatasan kemampuan dan waktu orangtua
tersebut.
Permasalahan masyarakat
Masyarakat akhirnya mulai berani dan mengungkapkan
permasalahan belajar anaknya selama belajar di rumah. Dengan beragam masalah
yang diungkapkan; tidak punya pulsa, sulit tidak ada sinyal sehingga di beberapa daerah banyak anak-anak
belajar di rumah sampai naik pohon paling tinggi untuk mencari sinyal. Ada juga
masalah yang banyak diungkapkan bahwa kedua orangtuanya bekerja sedangkan
anaknya tidak ada yang memandu pembelajaran daring di rumah.
Dan juga kebanyakan masyarakat hidup di pedesaan dan
pedalaman. mereka tidak bisa untuk membantu anaknya mengoperasikan handphone
untuk belajar. Akibatnya sangat mengkawatirkan bukan anak belajar daring dengan
handphone malahan lebih banyak mainkan handphone untuk main game dan permainan
lainnya. Ini contoh beberapa masalah
mungkin secara psikologi merupakan keluhan dan kegelisahan dari banyak orangtua
Indonesia umumnya dalam menghadapi tahun ajaran baru 2020/2021.
Belajar dengan jarak jauh atau belajar di rumah secara
teknologi dan informasi, siswa sangat cepat mendapatkan pembelajaran asal sudah
bisa menggunakan alat teknologi tersebut. Akan tetapi ada yang hilang dalam
pembelajaran anak tersebut yaitu dari aspek sikap menjadi tumpul karena kurang
sentuhan pembelajaran akhlak secara langsung. Tidak semua pembelajaran bisa dilakukan
dengan daring yakni pembelajaran dan pembinaan akhlak yang harus langsung
bersentuhan antara guru dan muridnya. Dan pengajaran akhlak diajarkan dengan contoh teladan
selanjutnya diikuti oleh siswanya.
Solusi
Sebuah lembaga sekolah harus benar-benar mencari solusi
belajar daring yang efektif bagi anak khususnya usia TK dan SD. Supaya
pembelajarannya tidak sia-sia. Maka salah satu yang harus diperhatikan dalam
penyampaian daring tidak perlu dengan banyak materi. Dengan satu materi akan
tetapi anak dapat belajar dan mengerjakannya dengan baik dan senang hati. Dalam
belajar daring yang utamakan adalah sebuah prosesnya ketimbang hasil belajar.
Dengan munculnya kelonggaran kebijakan pemerintah
setempat, bahwa belajar anak boleh di
sekolah asalkan pihak sekolah harus mematuhi protokol kesehatan Covid-19 di
zona hijau. Kebijakan ini ada kemajuan yang berarti untuk masyarakat dan juga
kepada pihak sekolah untuk mencoba mematuhi peraturan tersebut.
Pemerintan selalu mengiinformasikan kepada masyarakat
dalam masa Covid-19 ini yaitu ; harus selalu cuci tangan, pakai masker dan jaga
jarak. Sebenarnya imbauan ini tidak sulit untuk dilaksan akan tinggal kembali
ke masyarakat dan pihak sekolah untuk menaatinya. Beberapa hari memasuki tahun
ajaran baru 2020/2021 merupakan kesempatan emas untuk mematuhi protokol
kesehatan tersebut agar belajar anak kembali di sekolah. Persiapan tempat cuci tangan harus memadai
tidak bisa ditawar lagi, memakai masker untuk para guru, semua unsur sekolah, dan pengaturan jaga
jarak anak-anak ketika di sekolah.
Pihak sekolah sedetail mungkin harus mempersiapkannya
dengan sigap dari mulai anak datang ke sekolah dihantar oleh orang tuanya. Sebelum
masuk lingkungan sekolah menugaskan Satpam atau yang diberi tugas untuk mengukur suhu badan anak dan
orangtuanya, ketika suhu badan maksimal 37 derajat maka anak di persilahkan
masuk terlebih dahulu menuju tempat cuci tangan dan memakai masker. Dan apabila
suhu badan anak berada di kisaran 38 derajat ke atas alangkah baiknya petugas
sebaiknya mempersilahkan orangtua dan anak untuk kembali pulang. Ini semua
dilakukan sesuai dengan aturan main dari protokol kesehatan.
Maka dengan kemauan yang tinggi dari orang tua anak,
supaya anaknya belajar di sekolah karena dengan berbagai permasahan tersebut di
atas dan juga kesiapan pihak sekolah untuk melengkapi peraturan yang
diinstruksikan Pemerintah mematuhi protokol kesehatan, keyakinan kuat belajar
anak-anak kita akan terlaksana di sekolah, orang tua bisa bekerja dengan tenang
dan senang. Insya Allah jauh dari Corona. Aamiin. (***)
Penulis adalah pemerhati sosial pendidikan.
0 Comments