Wagub Banten Andika Hazrumy saat mengikuti diskusi Covid-19. (Foto: Istimewa) |
NET - Wakil Gubernur (Wagub) Banten Andika Hazrumy
mengatakan untuk menangkal isu penolakan pemeriksaan rapid tes perlu dilakukan
peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi yang dilakukan oleh gugus tugas
dari tingkat pusat sampai daerah dengan melibatkan tokoh agama, tokoh
masyarakat, organisasi profesi dan masyarakat.
“Pemprov Banten sudah berkoordinasi dengan pemerintah
kabupaten dan kota serta seluruh stake holder di masyarakat melakukan
pendekatan personal kepada masyarakat menyikapi adanya penolakan rapid test
ini,” ujar Wagub dalam diskusi via video conference yang diselenggarakan Gugus
Tugas Covid -19 Pemerintah Pusat di Kantor Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB),
Jakarta, Jumat (19/6/2020).
Diskusi yang dipandu oleh artis sekaligus praktisi kesehatan
dokter Lula Kamal tersebut menghadirkan Kepala Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Mayjen TNI Dr dokter Tugas Ratmono, Sp S, MA RS, MH dan Ketua Tim Pakar
Gugasnas Percepatan Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito.
Wagub mengungkapkan penolakan masyarakat khususnya di Banten
terhadap rapid test cenderung disebabkan karena faktor psikologis yaitu kekhawatiran
bila positif akan langsung diisolasi atau dikarantina dan dipisahkan dari
keluarganya.
“Atas persoalan tersebut, kami selaku Pemerintah telah
melakukan upaya pendekatan secara personal dengan memberikan pemahaman kepada
mereka melalui alim ulama, tokoh masyarakat dan pesantren bahwa rapid test ini
dilakukan untuk keselamatan bersama dalam upaya deteksi dini penyebaran virus
corona,” jelasnya.
Wagub menyebutkan adapula kekhawatiran masyarakat mengenai
rapid test yang harus mengeluarkan biaya dari masyarakat. Atas hal itu, Wagub
menjelaskan dan menegaskan kepada masyarakat rapid test telah disediakan
pemerintah secara gratis untuk masyarakat.
"Imbauan kami selaku pemerintah kepada masyarakat khususnya masyarakat Banten ini,
agar dalam melakukan aktivitas apapun di luar rumah tetap menerapkan protokol
kesehatan Covid-19. Saya harapkan juga dari pelaksanaan rapid test yang
dilaksanakan oleh pemerintah ini bisa diterima oleh masyarakat dan tidak ada
pemikiran harus bayar karena ini kan gratis disediakan untuk masyarakat,"
ujarnya.
Dijelaskan Wagub, dalam menjalankan rapid test Pemprov
Banten berpedoman kepada apa yang dinamakan positif rate yang merupakan salah
satu indikator pelonggaran sosial dengan target kurang dari 5 persen jumlah
penduduk. Untuk mencapai target tersebut harus memperbanyak jumlah orang yang
diperiksa PCR. Diakuinya, target sampel PCR berdasarkan Bappenas adalah 3.500/1
juta penduduk.
“Jumlah penduduk Provinsi Banten adalah 12 juta. Artinya,
sampel yang harus diperiksa sebanyak 42.000 orang. Saat ini sampel yang dikirim
baru 30 persen dari target,” paparnya.
Ketua Tim Pakar Gugusnas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku
Adisasmito mengatakan rapid-test sendiri bukan hal yang harus ditakuti oleh
masyarakat, tes ini dilakukan dilakukan sebagai screening untuk mengetahui
kasus negatif dan positif. "Rapid-test memiliki alur yang jelas dan
memiliki protokol kesehatan yang dijalankan dengan baik," ujar Wagub.
Sementara, Kepala Pusat Kesehatan Angkatan Darat Mayjen TNI
dokter Tugas Ratmono menjelaskan keadaan
di RSPAD sudah mulai lengang, karena mulai berkurangnya pasien yang dirawat
terkait dengan Covid-19. Terakhir, board menunjukan 40 persen hunian tempat
tidur terpakai oleh pasien terkait Covid-19. Hal ini menunjukkan terjadi proses
penurunan dari kapasitas 100 persen, terutama yang memiliki kondisi berat.
"Adapun contoh dari rapid-test yang dilakukan, dari
110.000 rapid-test yang dilakukan terdapat 22 yang reaktif. Dari 22 yang
reaktif dilakukan PCR dan menghasilkan 3 positif Covid-19 hal ini menunjukkan
0,3 persen kemungkinan positif dari rapid-test. Rapid test yang dilakukan
sangat penting untuk melindungi masyarakat lainnya yang tidak terinfeksi
Covid-19," tutur Ratmono.
Untuk diketahui, per
tanggal 18 Juni 2020 total data Covid-19 Provinsi Banten adalah ODP 9.415
orang, dengan rincian masih dipantau 586 orang, dan sembuh 8.829 orang. Untuk
PDP jumlah 2.727 orang dengan rincian masih dirawat 452 orang, sembuh 1.964 orang
dan meninggal 311 orang. Untuk yang positif sebanyak 1.172 orang dengan rincian
masih dirawat 395 orang, sembuh 693 orang dan meninggal 84 orang. (*/pur)
0 Comments