Soni Solistia Wirawan dan R. Tirto Koesnadi menandatangani kesepakatan. (Foto: Dade Fachri/TangerangNet.Com) |
NET - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
berkomitmen kuat untuk melakukan percepatan pengembangan industri bahan baku
obat dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan impor. Komitmen ini dilandasi
keprihatinan bahwa hampir 95 persen bahan baku obat (BBO) yang dibutuhkan
Indonesia masih diimpor dari luar negeri, salah satunya adalah Antibiotik Amoksisilin
sebanyak 1.200 ton per tahunnya.
Deputi Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAB) BPPT
Soni Solistia Wirawan mengatakan produk Amoksisilin ini banyak digunakan di
Indonesia untuk pengobatan lini utama pada infeksi bakteri gram positif dan
gram negatif, yang hingga saat ini masih tinggi jumlahnya di Indonesia.
“Sebagai salah satu institusi litbang di dalam negeri, BPPT
memiliki peran utama dalam melakukan kaji dan terap teknologi," kata Soni,
Kamis (20/2/2020), saat acara Penandatanganan Kesepakatan Bersama Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi Bidang Bahan Baku Obat dan Sedian Farmasi PT
Mersifarma Timaku Mercusana dan Sekolah Farmasi ITB, di Ruang VIP, Gedung
2 BPPT, Jalan MH Thamrin No. 8,
Jakarta Pusat.
Keterlibatan BPPT dalam pembangunan industri bahan baku obat
Amoksisilin ini merupakan perwujudan peran BPPT, untuk memberikan solusi
terhadap permasalahan teknologi nasional. Amoksisilin sendiri pernah diproduksi
di Indonesia pada 1987, namun tidak bisa bersaing karena biaya produksi yang
tinggi akibat bahan intermediate 6-APA (6-aminopenicillanic acid) dan Dane Salt
(D-p-Hidroksifenilglisin) masih impor.
"BPPT melakukan kaji terap teknologi untuk menghasilkan
6-APA yang selanjutnya dikombinasi dengan Dane Salt yang dihasilkan oleh
Farmasi ITB. Kemudian, dilakukan upscaling sintesa amoksisilin dari kedua bahan
intermediate itu. Selanjutnya, PT Mersifa akan melakukan proses produksi pada
skala industri," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Mersifarma F Tirto
Koesnadi, mengungkapkan amoksisilin yang berperan sebagai antibiotik saat ini
masih sangat besar dipakai masyarakat Indonesia. Semoga kerja sama ini dapat
menjadi jembaran untuk membawa Indonesia menuju kemandirian bahan baku obat,
utamanya amoksisilin.
"Jika pengembangan obat amoksisilin berhasil sampai ke
industri maka diharapkan dapat dilanjutkan untuk bergerak ke pengembangan bahan
baku obat lain di masa mendatang," kata Tirto.
Dekan Sekolah Farmasi ITB Daryono Hadi berharap hilirisasi
hasil riset ini dapat berkontribusi guna mendukung industri nasional mandiri
dalam penyediaan bahan baku. (dade)
0 Comments