![]() |
Pertemuan Fraksi PSI Aji Bromokusumo dan BPPT Nur Hidayat membahas FEWS. (Foto: Bambang TL/TangerangNet.Com) |
NET- Dampak banjir awal 2020 di Kota Tangerang Selatan (Tangsel)
seharusnya dapat ditekan dampak kerusakan dan kerugian warga dengan keberadaan
Flood Early Warning System (FEWS) atau sistem peringatan dini banjir.
Dalam pertemuan Rabu (8/1/2020), di kantor DPRD Kota Tangsel,
Jalan Raya Puspiptek No.1, Kecamatan Setu, antara Fraksi PSI dengan Badan
Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT), ditemukan fakta bahwa sejak tahun 2017,
BPPT dalam hal ini adalah Pusat Teknologi Reduksi Risiko Bencana, sudah
memasang FEWS sebanyak 11 titik di area titik-titik rawan banjir, untuk
mengantisipasi dampak bencana banjir.
Kepala Bagian Pusat Teknologi Reduksi Risiko Bencana Nur
Hidayat mengatakan dengan adanya FEWS maka diharapkan peringatan dini naiknya
ketinggian air jika terjadi hujan lebat dapat diinformasikan segera.
Titik-titik FEWS di Kota Tangsel ada di Kedaung Bukit Pamulang Indah, Kedaung
MA, Ciputat SMAN 05, Ciputat Taman Mangu, Cibenda Hulu, Cibenda Hilir, Ciputat
Hulu, Ciputat Japos, Serua Hulu, Serua Hilir, dan juga di Cantiga.
Hasil dari koordinasi dan penelusuran Fraksi PSI DPRD Kota
Tangsel ke BPPT, ternyata seluruh FEWS tersebut masih berfungsi dengan baik dan
semuanya tidak ada masalah. Bahkan hasil pengetesan yang dilakukan oleh
Nur Hidayat, Kepala Bagian Pusat Teknologi Reduksi Risiko Bencana bersama
dengan Sekretaris Fraksi PSI DPRD Kota Tangsel Aji Bromokusumo berjalan mulus
dan lancar.
“Hanya memang di beberapa titik CCTV (Closed Circuit Television) pemantau tidak
bisa diakses dikarenakan tidak adanya kuota internet atau pulsa modem di CCTV
tersebut. Bagaimana dengan alur koordinasi hasil pantauan FEWS tersebut,"
tanya Aji.
Nur Hidayat menjelaskan tentang situasi keberadaan monitoring
FEWS yang berada dalam lingkungan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Tangsel,
ternyata belum terkoordinasi dengan baik antar dinas terkait kebencanaan. Data
yang diambil oleh Dinas PU hanya digunakan untuk dasar pembenahan
saluran-saluran air.
“Bagaimana dengan mitigasi bencana, ternyata belum
terkoordinasikan dengan pihak BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah-red)
Kota Tangsel," terang Nur Hidayat.
Aji mempertanyakan
mengenai apakah ada integrasi command center terhadap alat-alat pemantau
tersebut yang bisa disinergikan dengan monitoring untuk mengantisipasi bencana
serta koordinasi dengan dinas-dinas terkait. Dalam situasi kebencanaan banjir
seperti kemarin (1/1/2020), seharusnya sudah dapat termonitor karena FEWS akan
mengirimkan notifikasi peringatan dini jika permukaan air sudah mulai naik,
melalui SMS (Short Message Service) ke
nomor yang dapat ditentukan dan diprogram di dalam sistem FEWS.
Dengan adanya FEWS yang terintegrasi dengan command center,
kata Nur Hidayat, akan sangat signifikan memberikan antisipasi jika dalam
kondisi hujan lebat di daerah yang berpotensi banjir. Paling tidak masyarakat
mendapat peringatan dini terutama yang berpotensi paling terdampak. Evakuasi
bisa dilakukan lebih dini dan penyelamatan harta benda masyarakat dapat dilakukan
beberapa jam sebelumnya.
"Kami sangat menyesalkan dan menyayangkan tersedianya
sistem dan teknologi canggih karya anak bangsa ini tapi ternyata tidak
dimanfaatkan dengan baik dan maksimal oleh pihak Pemkot Tangsel, dalam hal ini
Dnas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Tangsel," tandas Aji.
Aji mengatakan pembangunan Kota Tangsel yang semakin melaju
dengan cepat tentu akan berdampak terhadap lingkungan, karena semakin banyaknya
pemukiman, dengan konsekuensi logisnya semakin berkurangnya daerah tangkapan
dan resapan air. Evaluasi menyeluruh secara komprehensif mutlak harus dilakukan
oleh semua stakeholders Kota Tangerang Selatan agar hal tersebut bisa
dimaksimalkan.
"Apakah tidak mungkin mengeliminasi bencana banjir atau
minimal menguranginya? Sangat mungkin. Negara Belanda sebagian wilayahnya
berada di bawah permukaan air laut, bahkan Bandara Schipol yang terletak 12
meter di bawah permukaan air laut, tidak pernah terjadi banjir. Kuncinya adalah
memahami saint dan teknologi secara komprehensif serta bisa memaksimalkan
pengunaannya. Bersinergi dengan semua stakeholders untuk bersama-sama live
harmony with the disaster," pungkas Aji menutup perbincangan dengan BPPT. (btl)
0 Comments