Dwikorita Karnawati memukul gong tanda dibuka kegiatan symposium tsunami. (Foto: Dade Fahri/TangerangNet.Com) |
NET - Kepala Badan
Meteorologi, Krimatologi, dan Geofisika (BMKG) Prof. Dwikorita Karnawati
mengungkapkan Tsunami setinggi 1,5 meter terjadi di Palu, Sulawesi Tengah,
pasca Gempa Bumi 7,4 Skala Richter menghantam pada pukul 17.02 WIB. Lima menit
setelah terjadi gempa 7,4 skala richter, BMKG langsung mengeluarkan peringatan
tsunami dengan level siaga, yaitu dengan potensi terjadi kenaikan air laut
setinggi 50 cm dan maksimum 3 meter.
"Waktu tiba tsunami diperkirakan 17.22 WIB, terjadi
kenaikan muka air laut sekitar 60 cm pada 17.27 WIB. Selain itu terpantau dari
saksi mata di lapangan ketinggian muka air laut menjadi 1,5 meter di lapangan
pantai Palu. Namun setelah kami pantau Tsunami datang, terlihat air naik
semakin surut dan akhirnya dengan surutnya air, maka peringatan dini tsunami
kami akhiri pada pukul 17.36 WIB atau 18.36 WITA," ungkap Dwikorita di
Jakarta, Kamis (26/9/2019).
Dwikorita mengungkapkan memang benar Tsunami terjadi dengan
ketinggian 1,5 meter tapi sudah berakhir di 17.36 WIB. Pihaknya melakukan
pemutakhiran data bahwa Gempa Donggala yang terjadi pada pukul 17.02 WIB
berkekuatan 7,4 skala richter, dari sebelumnya 7,7 skala richter. Pusat gempa
tersebut terjadi pada 0,2 lintang Selatan dan 119,89 bujur Timur, serta kedalam
11 km. Pusat gempa tersebut berjarak 25 km Timur laut dari Donggala, Sulteng.
Dalam rangka memperingati satu tahun perintiwa tsunami Palu,
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama
Kementerian/Lembaga lain yaitu Kemenkomar, Kemenristek Dikti, BNPB, serta
lembaga Internasional UNESCO, IOC, IORA, UNDRR, GIZ, JICA, dan Ikatanan Ahli
Tsunami Indonesia menyelenggarakan International Symposium on The Lessons
Learnt from The 2018 Tsunami in Palu and Sunda Strait.
Sebelumnya, Dwikorita Karnawati sebagai Chairperson of
Inter-Governmental Coordination Group for Indian Ocean Tsunami Warning and
Mitigation System (ICG/IOTWMS) membuka symposium. Kegiatan dilaksanakan selama
dua hari yaitu pada 26-27 September, di Auditorium BMKG, Jalan Angkasa I No.2,
Kemayoran, Jakarta-Pusat.
"Symposium ini, salah satunya adalah untuk membagikan
secara luas hasil temuan lapangan hasil survei paska tsunami Palu yang di
koordinasikan UNESCO IOC melalui International Tsunami Survey Team (ITST).
Survey yang dilakukan oleh tujuh Team Internasional terdiri dari 87 Peneliti
dari 18 Negara ini pada tahun 2018," kata Dwikorita.
Hasil penelitian mengenai karakteristik dan dampak tsunami
yang dilakuan ini dapat menjadi pembelajaran yang berharga bagi berbagai pihak.
Sebagai contoh dapat menjadi masukan untuk perencanaan wilayah, usaha
peningkatan sistem peringatan dini, dan langkah-langkah penguat kesiapsiagaan
masyarakat dalam menghadapi kemungkinan bencana.
"Symsposium ini diikuti hampir mencapai 300 dari 24
Negara. 34 pembicara mempresentasikan hasil penelitiannya. Selain dari itu akan
ada pameran dari 26 poster dan 30 foto yang menggambarkan dampak kejadian
tsunami di Palu dan Selat Sunda," ujarnya. (dade)
0 Comments