Babar Suharso saat memimpin rapat koordinasi. (Foto: Istimewa) |
NET - Menjelang hari raya Idul Fitri 1440 hijriyah, Gubernur
Banten H. Wahidin Halim mengatakan
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten perlu melakukan upaya antisipasi
terjadinya lonjakan inflasi. Mengingat, adanya kenaikan sejumlah bahan pangan
sejak memasuki bulan Ramadhan sehingga dikhawatirkan akan berlanjut hingga Idul
Fitri mendatang dan berdampak pada nilai inflasi pada Mei 2019.
"Makanya, kita siapkan langkah-langkah preventif agar hal
itu bisa kita tekan. Tapi memang setiap momen Ramadhan dan Idul Fitri selalu
ada kenaikan inflasi secara nasional karena ada kenaikan harga pada sejumlah
bahan pangan. Hanya, kita upayakan agar tidak terlampau tinggi," ungkap
Gubernur di Kota Serang, pada Jum'at (17/5/2019).
Pemprov Banten, kata Gubernur, telah melakukan sejumlah
upaya untuk menekan inflasi dengan melakukan intervensi terhadap beberapa bahan
pokok yang mengalami kenaikan harga di pasaran. Seperti yang terjadi pada
komoditas bawang putih, Pemprov langsung melakukan intervensi dengan menyuplai
bawang putih dan mensyaratkan para penjual memasang harga yang telah
ditentukan.
"Itu dilakukan di beberapa pasar yang tersebar di
kabupaten dan kota yang mengalami ketidakstabilan harga bahan pokok. Nanti,
kita bantu suplai agar stabil kembali," ungkap Gubernur.
Di tempat terpisah, Dinas Perdagangan dan Perindustrian
Provinsi Banten menyelenggarakan rapat koordinasi bersama tim pengendali
inflasi daerah (TPID) 2019 di Kantor Disperindag Banten, Kawasan Pusat
Pemerintahan Provinsi Banten (KP-3B), Jalan Syech Nawawi Al-Bantani, Curug,
Kota Serang. Rapat tersebut dihadiri Kepala Disperindag Banten, Kepala Dishub
Banten, Kepala Diskominfo Banten, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten,
Disperindag kabupaten dankota serta lainnya.
Dalam rapat, Kepala Disperindag Provinsi Banten Babar
Suharso mengatakan inflasi tinggi disebabkan terjadinya fluktuasi harga bahan
pokok dan adanya gap harga grosis ke pengecer yang signifikan. Hal tersebut
harus terus dikawal agar tidak berdampak pada stabilitas harga.
"Padahal, sebenarnya stok banyak tapi bisa saja mahal.
Karena ada momentum tertentu untuk mereka menaikkan harga dan jadi harga
psikologis. Nah ini harus kita redam," terang Babar.
Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Provinsi Banten
Bambang Widjonarko mengatakan terhitung pada April 2019, harga barang-barang
dan jasa kebutuhan pokok masyarakat di Banten secara umum mengalami kenaikan.
Hal ini terlihat dari adanya perubahan angka Indeks Harga Konsumen (IHK) dari
143,81 pada Maret menjadi 144,48 pada April atau terjadi perubahan indeks
(inflasi) sebesar 0,46 persen.
Enam dari tujuh kelompok pengeluaran yang ada mengalami
kenaikan indeks, yaitu berturut-turut: kelompok bahan makanan mengalami
kenaikan indeks sebesar 1,84 persen, kelompok kesehatan naik sebesar 0,17
persen, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan naik sebesar 0,14
persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar naik sebesar 0,12
persen, kelompok sandang naik sebesar 0,04 persen, kelompok makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau naik sebesar 0,02 persen sedangkan kelompok
pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami penurunan sebesar -0,03 persen.
"Komoditas yang dominan menyumbang inflasi pada bulan
April ini adalah bawang merah, bawang putih, telur ayam ras, cabe merah,
angkutan udara dan kembung," papar Bambang.
Untuk tahun ini, lanjutnya, memang perlu dilakukan
upaya-upaya untuk mengantisipasi tingginya inflasi. Karena, bulan ramadhan
tahun lalu inflasi relatif bisa terkendali karena komoditas tidak mengalami
lonjakan signifikan. Pada 2019 ini, sebelum bulan ramadhan kenaikan harga
komoditas sudah terjadi dan kini mulai stabil dengan adanya intervensi
pemerintah.
"Kita harapkan hingga idul fitri ini inflasi di Banten
masih bisa terkendali," tuturnya. (*/pur)
0 Comments